PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD) (Makalah Pengembangan Masyarakat)
PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)
(Makalah Pengembangan Masyarakat)
Oleh :
Fatkhul
Rohman 1314071023
Hendri
Setiawan 1314071028
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar
adalah proses menjadi dirinya sendiri bukan proses untuk dibentuk menurut
kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa kegiatan belajar harus
melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran: apa yang mereka
inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan
tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan tersebut. Inti dari
pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka
sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang,
dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.
Pada dasarnya orang dewasa memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang
pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam
kehidupannnya. Tentu saja
untuk menghadapi peserta pendidikan yang pada umumnya adalah orang dewasa dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang
berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau
pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan Pedagogis.
Dalam praktek "pendekatan
pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan seringkali tidak
cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan
"kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman
peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal
dengan "Pendidikan Orang
Dewasa".
B.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan orang dewasa.
2.
Untuk mengetahui karakteristik pendidikan
orang dewasa.
3.
Untuk tujuan dari andragogi atau
pendidikan orang dewasa.
4.
Untuk mengetahui prinsip
pendidikan orang dewasa.
II.
PENDIDIKAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
A. Pengertian Andragogi
Andragogi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan
agogos berarti memimpin. Dapat juga dikatakan bahwa andragogi merupakan suatu
ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar
(Knowles:1980). Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan sebagai
perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan
"agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian
secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing
atau memimpin atau mengajar anak.
a. Perbedaan antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
b.
Ciri
psikologis, individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak
selalu tergantung dengan oranglain, bertanggung jawab, mandiri, berani
mengambil resiko, mampu mengambil keputusan merupakan ciri orang dewasa.
c. Ciri biologis,
individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau
pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah
pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena
mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang,
banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada
orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara
yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan
anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang dewasa.
Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah
mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang
terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang
bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang
guru mengajarkan sesuatu.
Beberapa defenisi Pendidikan
Orang Dewasa, menurut para ahli:
1. UNESCO (Townsend Coles, 1977), pendidikan
orang dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa
pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun
yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta
latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat
mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi
teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan
perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi
dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas. Definisi
diatas menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi
sosial.
2. Bryson, menyatakan bahwa pendidikan orang
dewasa adalah semua aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk
mendapatkan tambahan intelektual.
3. Reeves,et al,
pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan
diri yang dilakukan individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang
utama kegiatannya.
B. Karakteristik Andragogi atau
Pendidikan Orang Dewasa
Adapun
karakteristik dari andragogi atau pendidikan orang dewasa adalah sebagai
berikut :
1.
Memiliki lebih banyak pengalaman
hidup.
2.
Memiliki motivasi yang tinggi
untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh
pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan
perwujudan diri.
3.
Banyak peranan dan tanggung jawab
yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap
peranan yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Penting
bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya
persaingan penggunaan waktu.
4.
Kurang percaya diri atas kemampuan
diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang
tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat
meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar.
5.
Pengalaman dan tujuan hidup orang
dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu
kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman
dikalangan pembelajar orang dewasa.
6.
Makna belajar bagi orang dewasa.
Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang
melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui
pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan.
C.
Tujuan Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan Orang
Dewasa umumnya memiliki sasaran kelompok orang dewasa yang beraneka ragam, baik
usianya, tingkat pendidikannya. Lingkungan sosialnya, pelajarannya dan
lain-lain. Misalnya pendidikan keaksaraan Functional (Functional Literacy
program) warga belajrnya orang dewasa yang masuk buta huruf dan sering terdiri
ekonominya msikin. Sedang Pendidikan kepelatihan di industri / perkantiran
warga belajarnya adalah para pekerja maupun sifat yang umumnya tingat
pendidikannya cukup tinggi dn kondisi ekonominya cukup baik.
Tujuan POD dengan
demikian beraneka ragam sesuai dengan permasalahannya , dan sasarannya. Secara umum
terdapat beberapa tujuan. Houle (1972), menggambarkan enam orientasi yang
dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu:
1.
Memusatkan pada tujuan.
2.
Memenuhi kebutuhan dan minat.
3.
Menyerupai sekolahan.
4.
Menguatkan kepemimpinan.
5.
Mengembangkan lembaga pendidikan
orang dewasa.
6.
Meningkatkan informalisasi.
Bergeivin
mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa sebagai berikut:
1.
Membantu pelajar mencapai suatu
tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
2.
Membantu pelajar memahami dirinya
sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan hubungan interpersonalnya.
3.
Membantu mengenali dan memahami
kebutuhan lifelong education.
4.
Memberikan kondisi dan kesempatan
untuk membantu mencapai kemajuan proses pematangan secara spiritual, budaya,
fisik, politik dan kejujuran.
5.
Memberikan kemampuan melek huruf,
keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi orang dewasa yang sebelumnya tidak
memiliki kesempatan untuk belajar.
D.
Beberapa Asumsi Dasar dan
Implikasinya
1.
Konsep Diri
Konsep diri yang dimiliki orang
dewasa berbeda dengan konsep diri anak. Jika konsep diri anak bahwa dirinya
tergantung dengan orang lain. Maka, konsep diri orang dewasa adalah tidak lagi
tergantung namun, telah dapat mengambil keputusan, mampu mengatur diri sendiri.
Oleh sebab itu, orang dewasa perlu perlakuan yang sifatnya menghargai,
terkhusus pada pengambilan keputusan. Orang dewasa juga akan menolak apabila
kondisi belajar berbeda dengan konsep diri yang ia miliki. Orang dewasa telah
mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri) untuk belajar.
Implikasi :
a.
Iklim belajar diciptakan sesuai
dengan keadaan orang dewasa. Seperti : ruangan, kursi, meja dan sejenisnya
disusun sesuai keinginan orang dewasa. Dengan demikian diharapkan terciptanya
kenyamanan belajar.
b.
Pelajar dilibatkan dalam proses merancang
perencanaan belajar.
c.
Pelajar diikutsertakan dalam
mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih terlibat dan termotivasi untuk
belajar jika hal yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka.
2.
Pengalaman
Perbedaan
pengalaman yang dimiliki merupakan akibat dari masa mudanya.
Seiring
berjalannya waktu maka pengalaman yang dimilikinya pun semakin banyak.
Implikasi
a.
:Proses belajar lebih ditekankan
pada metode yang menyaring pengalaman mereka, seperti melalui diskusi kelompok,
metode kasus, metode insiden kritis, simulasi dll. Dengan demikian akan lebih
banyak keterlibatan diri pada proses belajar.
b.
Penekanan pada proses belajar
aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalan konsep baru pengajar memberikan
penjelasan melalui pengalaman yang berasal dari pelajar itu sendiri.
3.
Orientasi Terhadap Belajar
Orang dewasa cenderung mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan
apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai
suatu proses untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang
ia hadapi.
Implikasi :
a.
pendidik berperan sebagai pemberi
bantuan kepada pelajar dewasa bukan sebagai guru yang mengajar materi.
b.
Kurikulum POD tidak berorientasi
pada mata pelajaan tertentu, tetapi berorientasi pada masalah. Karena orang
dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang
didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka juga.
E. Prinsip Pendidikan Orang
Dewasa
Pendidikan orang
dewasa memiliki 10 Prinsip yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu :
1. Prinsip
kemitraan
Prinsip kemitraan
menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan demikian
pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra
belaajar sehingga
hubugan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah, tetapi
hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal
mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
2. Prinsip
pengalaman nyata
Prinsip pngalaman
nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa
terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran pendidikan
orang dewasa tidak berlangsung di kelas atu situasi yang simulative, tetapi
pada situasi yang sebenmarnya.
3. Prinsip
kebersamaan
Prinsip
kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara
peserta dengan difasilitasi pengajar.
4. Prinsip
partisipasi
Prinsip
partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam
kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam
kegiatan pembelajaran pendidikna orang dewasa semua pesrta harus terlibat atau
mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajarn mulai dari
perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
5. Prinsip
keswadayaan
Prinsip
keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek
atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
6. Prinsip
kesinambungan
Prinsip yang
menjamin adanya kesimambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan
materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan dipelajari
di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan
terwujud konsep
pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang dewasa.
7. Prinsip manfaat
Prinsip manfaat
menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah ssesuai
dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap untuk
belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran
terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa
tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk belajar.
8. Prinsip
kesiapan
Prinsip kesiapan
menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk dapat
melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan
kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah
itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
9. Prinsip
lokalitas
Prinsip lokalitas
menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local. Generalisasi
dari hasil pembelajaran dalm pendidikan orang dewasa akan sulit dilakukan.
Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang spesifik
yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat mereka
masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat
diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat
diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sakarang mungkin
sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau
tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat
diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri
karena hasil pembelajaran tersebut diiproses dari pengalaman-pengalaman yang
dimiliki oleh pelajar.
10. Prinsip
keterpaduan
Prinsip
keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang
dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover
materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang
utuh, tidak partial atau terpisah-pisah.
Prinsip Belajar Untuk Orang Dewasa Menurut Hommonds
Terdapat 4
prinsip belajar yang dapat digunakan untuk mempercepat proses perubahan
perilaku pelajar, yaitu :
1. Prinsip latihan (praktik)
Ketika
kita telah menerima materi dan melakukan aktifitas yang konkrit dan juga yang
tidak nyata seperti aktifitas penggunaan indera, susunan syaraf dan pusat
susunan syaraf. Pelajar akan terdorong untuk mengaplikasikan ilmu yang ia
terima sebelumnya. Hal ini akan mempercepat perkembangan dan perubahan kualitas
pelajar.
2. Prinsip hubungan
Kejadian
atau pengalaman dimasa lampau dapat dijadikan pedoman untuk meramalkan akibat
atau hasil yang akan mungkin akan terjadi dari suatu proses. Menghubungkan
pengalaman baru dengan pengalaman terdahulu.
3. Prinsip akibat
3. Prinsip akibat
Dalam
pendidikan orang dewasa, emosi, perasaan, lingkungan belajar, hingga pendidik
yang memberikan materi sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidak tercapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pendidik
yang peka terhadap kepuasan pelajar yang berkaitan dengan segala hal yang berkaitan
dengan proses belajar pendidikan orang dewasa. Dengan adanya kepuasan
diharapkan pelajar dapat mencapai keberhasilan dan tujuan pembelajaran.
4. Prinsip kesiapan
4. Prinsip kesiapan
Kesiapan
diri pelajar akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh dari proses belajar.
Baik fisik maupun mental pembelajar sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Dengan adanya kesiapan mental dan fisik diharapkan pelajar dapat mencurahkan
seluruh perhatiannya pada materi yang sedang dihadapi. Dengan demikian diharapkan,
pelajar dapat memaksimalkan usaha pencapaian dan dapat mengatasi rintangan belajar,
agar dapat berprestasi.
III.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan
yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan Orang Dewasa adalah
suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang
dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan
tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan
keterampilan.
2.
Tujuan pendidikan orang dewasa, yaitu:memusatkan
pada tujuan, memenuhi kebutuhan dan minat, menyerupai sekolahan, menguatkan
kepemimpinan, mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa, meningkatkan
informalisasi.
3.
Prinsip pendidikan orang dewasa
yaitu : Prinsip kemitraan, pengalaman nyata, kebersamaan, partisipasi,
keswadayaan, kesinambungan, manfaat, kesiapan, lokalitas, dan keterpaduan
DAFTAR PUSTAKA
Padmowiharjo.
2006. Pendidikan orang dewasa. Jakarta. Universitas Terbuka.
Suprijanto, H. 2007. Pendidikan orang dewasa; dari
teori hingga aplikasi. Jakarta Bumi Aksara
Yusnadi. 2002. Andragogi, pendidikan orang dewasa.
Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Negeri Medan.
.jpg)
0 comments:
Post a Comment