-->

Wednesday, April 22, 2015

PENGOLAHAN TANAH SEKUNDER


PENGOLAHAN TANAH SEKUNDER (GARU PIRING)
(Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian)

Oleh:
Hendri Setiawan
1314071028





LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015



I.                   PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Pengolahan tanah adalah kegiatan menghancurkan tanah dengan cara membolak-balikkan tanah dengan kedalaman yang sudah ditentukan. Dalam pengolahan tanah dikelompokkan menjadi dua yaitu pengolahan tanah primer dan pengilahan sekunder. Dalam dunia pertanian sendiri pengolahan tanah sangat diperlukan dan menjadi kebutuhan.
Setelah pengolahan tanah pertama selesai atau dilakukan tidak serta merta lahan bisa ditanami tanaman. Namun ada juga tanaman yang tidak harus melakukan pengolahan laahan sekunder, tetapi pada umumnya harus dilakukan pengolahan lahan secara sekunder atau kedua. Oleh karena itu dalam sistem tanam-menanam harus melihat kondisi tanah atau lahan yang akan ditanami.
Pada kegiatan praktikum ini akan dilakukan pengolahan lahan secara sekunder dengan garu piring. Karena melihat kondisi penanaman yang tidak menggunakan pengolahan lahan secara sekunder hasilnya akan berbeda juga. Oleh karena itu dilakukan praktikum pengolaha tanah sekunder dengan garu piring.
2.2       Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
a.       Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis pengolahan tanah.
b.      Mahasiswa mampu mengetahui teknik pengolahan tanah secara sekunder dengan garu piring.
c.       Mahasiswa mampu melakukan pengolahan secara sekunder.



II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Sejarah Traktor
Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian untuk membuat motor bakar internal mulai sekitar tahun 1800. Antara 1800-1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi satupun belum ada yang memuaskan. Baeu de roches Insyiniur Prancis memberikan sumbangan yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Selanjutnya pada tahun 1898 Rudolf Diesel seorang Insyiniur Jerman berhasil membuat motor diesel dan sejak itu traktor berkembang terus (Daywin, 1976).
Di Indonesia sendiri mekanisasi dimulai sejak 1914 diperkebunan gula tebu di Sidoarjo kemudian berkembang dari perkebunan ke kehutanan. Pada tahun 1946 pemerintah mulai melakukan percobaan mekanisasi pertanian di dataran Sekom Pulau Timur dan pada tahun 1951 sampai 1970 pemerintah berusaha mencetak kader-kader mekanisasi dan pada tahun 1970 berhasil mencetak lulusan pertama Fatemeta IPB (Daywin, 1976).
2.2       Pengelolaan Tanah
Pengolahan tanah adalah penyiapan tanah untuk penanaman dan proses mempertahankannya  dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman budidaya (Smith, 1990: 188).
Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap ditanami. Pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam (>15 cm ) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal (< 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami) (Anonim, 2008).
Sifat fisik dan kimia tanah sangat erat hubunganya dengan jenis dan kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat tanah yang baik selain dipengaruhi oleh bahan induk dan proses pembentukannya juga oleh tindakan pengolahan tanah. Struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah, perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis. Dari hal tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolahan tanah perlu mendapat perhatian.(Sachez,1993)
Menurut intensitasnya, pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : 1.No tillage (tanpa olah tanah). 2.Minimum tillage (pengolahan tanah minimal, hanya pada bagian yang ditanami). 3.Maximum tillage (pengolahan intensif pada seluruh lahan yang akan ditanami). (Sosroatmojo,1980) Fungsi tanah yang primer menurut Haryadi (1988) adalah :1. Memberikan unsur-unsur mineral, melayani baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan. 2. Memberikan air dan melayaninya sebagai perubahan. 3.Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak. Untuk mendapatkan tanah yang bagus, maka pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lingkungan antara lain ;  iklim, keadaan tanah, jenis tanaman dan saat tanam.
Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap ditanami. pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Contoh alat dan mesin pengolahan tanah pertama adalah: bajak singkal, bajak piringan, bajak pahat (chisel plow), rotavator atau rotary tiller, cangkul, dan lain-lain. Contoh alat dan mesin pengolahan tanah kedua adalah: garu gerigi, garu pegas (spring tooth harrow), garu piringan, rotavator, cangkul, dan berbagai macam alat pembentuk guludan atau juringan (Anonim, 2009).
Tanah merupakan medium alami pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan sumber organik sebagai nutrisi tanaman. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, dan organisme tanah. Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh sistem pengelolaan tanah (Rao, N. S. Subba, 1994 :15).
Suhardi Sutedja (2001: 9) mendefinisikan sistem pengelolaan tanah merupakan suatu proses mengelola tanah untuk menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Sistem pengelolaaan tanah dapat dilakukan dengan pemupukan organik dan anorganik. Pengelolaan tanah secara organik banyak dikembangkan oleh masyarakat sehubungan dengan penggunanan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat menyebabkan perubahan struktur tanah dan
kekurangan hara. Pengelolaan tanah organik lebih menekankan pada penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan dan dapat memperbaiki struktur tanah (Sukamto Hadisuwito, 2007: 25).
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun melalui tanaman dapat menambah unsure hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang .



2.3       Garu Piring
Gambar 43. Garu piring aksi tunggal
Apabila posisi garu piring dalam penggandengannya dengan traktor menyamping, maka garu tersebut disebut garu offset. Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).
Gambar 44. Garu piring aksi ganda
Piringan dapat bersisi rata atau bergerigi. Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65sampai70cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong(spool).Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan. Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa besi tuang yang cukup berat untuk menambah tekanan ke samping. Apabila garu piring tidak cukup berat untuk memecah tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada kotak pemberat. Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat pada rangka (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI).

















III.             METODOLOGI

3.1       Waktu dan Tempat
Praktikum Mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian yang berjudul Pengolahan Tanah Sekunder Dengan Garu Piring ini dilaksanakan pada hari rabu, 15 April 2015 pukul 08:00 – 10:00 WIB. Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah traktor, garu piring, stopwatch, kamera, meteran, buku tulis, pena.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah atau lahan.

Disiapkan traktor dan garu yang digunakan untuk praktikum
3.3       Diagram alir


Dilakukan pengarahan oleh asisten saat penggaruan

Dilakukan penggaruan oleh masing-masing mahasiswa serta dihitung waktu penggaruan dan manufer

Dilakukan dokumantasi terhadap praktikum ini
 













IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil
Parameter
Hasil
Panjang Lintasan
16 meter
Waktu Penggaruan
56 detik
Waktu Manufer
44 detik
4.2       Pembahasan
4.2.1    Proses Praktikum
Pada praktikum kali ini adalah melakukan pengolahan tanah secara sekunder yaitu penggaruan dengan garu piring. Sebelum dilakukan penggaruan mahasiswa akan diberi pengarahan oleh asisten dosen bagaimana cara menggaru atau pengolahan tanah sekunder dengan baik. Setelah dilakukan pengarahan, mahasiswa diberi kesempatan oleh asisten untuk masing-masing melakukan pengolahan tanah sekunder dengan traktor roda empat. Dalam pengolahan tanah mahasiswa didampingi oleh asisten dalam pelaksanaanya. Ini bertujuan agar pada saat pelaksanaan terdapat kesalahan oleh mahasiswa bisa dikendalikan oleh asisten seperti masalah dalam mengendarai traktor. Pengolahan tanah ini secara bolak-balaik pada lintasan yang panjangnya 16 meter. Pada saat praktikum dihitung lama waktu penggaruan dan manufer. Setelah selesai praktikum dilanjutkan oleh mahasiswa yang lainnya.
4.2.2        Pembahasan Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum di atas dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa menggaru lahan sepanjang 16 meter yaitu sekitar 56 detik. Hasil ini hampir sama dengan waktu manufer yaitu sekitar 44 detik. Pada waktu manufer dan penggaruan sendiri akan berbeda setiap mahasiswa, ini disebabkan karena perbedaan mengatur kecepatan traktor oleh setiap mahasiswa. Pada manufer sendiri sangat dibutuhkan keahlian terutama saat balik ke tempat asal traktor atau kembali dengan arah sebaliknya.
4.2.3    Manufer
Pada saat melakukan pembajakan atau pengolahan lahan kondisi traktor harus prima atau dapat digunakan. Pada praktikum kali ini sebelum melakukan pengolahan lahan maka harus dicek dulu bagian traktor seperti radiator, dan sebagainya. Pengemudi traktor harus dalam keadaan sehat.
Pada praktikum ini setiap anggota kelompok kami sebagai pengemudi traktor di dampingi oleh asisten. Pengemudi diarahkan oleh asisten ke arah sepanjang lintasan yang sudah ditentukan sepanjang 16 m. Setelah sampai pada ujung lintasan bajak selanjutnya kembali lagi pada awal star dengan arak berlawanan. Pada keadaan ini pengemudi harus memiliki keahlian khusus mengemudikan traktor.
4.2.3        Jenis-jenis Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah adalah inti dari serangkaian dunia pertanian khususnya pada bididaya pertanian. Oleh karena itu perlu diketahui jenis-jenis pengolahan lahan khususnya yang dilakukan pada praktikum kali ini. Pengolahan tanah dibagi menjadi dua kelompok yaitu primer dan sekunder. Pada kegiatan praktikum ini yaitu pengolahan tanah sekunder. Pengolahan tanah ini bertujuan menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah akibat pengolahan tanah primer yang belum rata.
4.2.4    Teknik Pengolahan Tanah Sekunder
Pada pelaksanaanya pengolahan tanah sekunder memilki teknik atau cara melakukannya. Teknik pengolahannya pada umumnya sama dengan pengolahan tanah primer hanya saja tujuannya yaitu menghaluskan atau meratakan tanah dan menghancurkan bongkahan tanah setelah dilakukan pengolahan tanah primer.
4.2.5    Fungsi Pengolahan Sekunder
Adapun fungsi dari pengolahan tanah sekunder sendiri yaitu:
1.      Menghancurkan tanah akibat pengolahan tanah primer.
2.      Membersihkan sisa-sisa gulma.
3.      Meratakan tanah.
4.      Memperbaiki filtrasi air ke tanah.

















V.                KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1.      Jenis-jenis pengolahan tanah ada dua yaitu pengolahan tanah primer dan sekunder.
2.      Prinsip dan teknik pengolahan tanah sekunder sendiri yaitu menghancurkan bongkahan tanah menjadi rata.
3.      Funsi dari penolahan sekunder yaitu meratakan tanah, membersihkan gulma, memperbaiki filtrasi air ke tanah.
4.      Adapun hasil dari praktikum yaitu lama pengolahan tanah 56 detik dan manufer 44 detik.











DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pengantar Mata Kuliah Mesin Peralatan Pertanian. http://teknoperta.wordpress.com/2008/09/18/pengantar-mk-mesin-peralatan-pertanian-2/. Diakses pada tanggal 2 Maret 2015 pukul 17:15 WIB.
Anonim, 2009. Mesin pertanian. http:// Rizaltekpert's Blogspot.com. Diakses tanggal 2 Maret 2015 pukul 14:00 WIB.
Daywin, F.J., L.Katu., M.Djojomartono., R.G.Sitompul dan S.Supardjo. 1976.
Diktat Kuliah Tenaga Pertanian. IPB Press. Yogyakarta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2013. Alat Mesin Pertanian. Jakarta.
Rao, N. S. Subba. (1994). Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanah.
Penerjemah: Herawati Susilo, pendamping: Subiyanto. Jakarta: Percetakan Universitas Indonesia .
Sanchez, Pedro A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit ITB,
Bandung.
Smith, H. P. dan Wilkes, L. H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani (Edisi keenam). Texas: Gadjah Mada University Press.
Sukamto Hadisuwito. (2007). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: Agro Media
Pustaka.

0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com