-->

Friday, June 3, 2016

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK TERHADAP LAJU INFILTRASI





PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK
TERHADAP LAJU INFILTRASI
(Laporan Teknik Konservasi Tanah dan Air)

Oleh:
Kelompok 2
1.      Della Eka Putri                         1214071024
2.      Fara Kurnia Dewi                     1214071030
3.      Hanang Agung Prastyo             1214071036
4.      Heri Febriyanto                        1214071039
5.      Danesta Ayu Saputri                 1314071012
6.      Dyah Isworo                           1314071017
7.      Fanya Alfacia Arafat                 1314071022
8.      Hendri Setiawan                       1314071028











JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
















I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah. Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah ( Hardjowigeno,1993).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah tekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanahpasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah bertekstur lempung atau liat (Hardjowigeno, 2003). Pada tanah yang memiliki campuran bahan lain tentunya akan memiliki pori-pori yang lebih besar dibandingkan tanah tanpa bahan campuran. Seperti halnya, jika tanah ditambahkan bahan organik seperti arang sekam, serbuk gergaji, maka tanah akan memiliki pori-pori yang lebih besar. Pemadatan tanah juga dapat mempengaruhi besarnya pori-pori tanah. Tanah yang padat akan memiliki pori-pori yang kecil sehingga dapat menghambat laju infiltrasi. Oleh karena itu, pada praktikum ini mahasiswa akan melakukan praktikum tentang pengaruh penambahan bahan organik terhadap laju infiltrasi.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
 -  Mengetahui laju infiltrasi pada campuran tanah dan arang sekam yang dipadatkan dan tidak dipadatkan.
-- Membandingkan laju infiltrasi antara campuran tanah dan arang sekam yang dipadatkan dan tidak dipadatkan.

















II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya (tetapi tidak mesti) melaliu permukaan dan secara vertical (Arsyad, 2010). Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus kebawah yaitu kedalam profil tanah. Gerakan air kebawah di dalam profil tanah disebut perkolasi.
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi.
Laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah dinyatakan dalam mm jam-1 atau cm jam-1. Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi cenderung tinggi.  Setelah tanah menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Kondisi permukaan, seperti sifat pori dan kadar air tanah, sangat menentukan jumlah air hujan yang diinfiltrasikan dan jumlah runoff (Hakim, et al, 1986).
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi
Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Selama intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi

sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka terjadilah genangan air dipermukaan tanah atau aliran permukaan (Arsyad, 2010).
Lebih lanjut Hakim, et al (1986), menyatakan bahwa pergerakan air kebawah sangat ditentukan oleh sifat pori, atabilitas agregat, terkstur, kedalaman lapisan impermesbel, serta ada tidaknya liat yang mengembang. Oleh karena itu, pada masing-masing jenis tanah laju infiltrasinya akan berbeda-beda. Misalnya saja tanah berpasir yang dalam umumnya menahan sedikit air dan sebaliknya memungkinkan banyak hilang melalui perkolasi.
2.3 Pentingnya Mengetahui Laju Infiltrasi
Dengan mengetahui data dapat digunakan untuk menduga kapan terjadi runoff akan terjadi bila suatu jenis tanah telah menerima sejumlah air tertentu baik melalui curah hujan  ataupun irigasi dari suatu tendon air di permukaan tanah (Siradz, et al, 2007). Selain itu dari hasil penelitian Siswanto dan Joleha (2001), disebutkan bahwasannya dengan mengetahui infiltrasi maka pada setiap rumah dengan sadar membuat sumur resapan. Seperti halnya daearah perkotaan yang sangat memerlukannya. Sehingga denganhal ini dapat dihindari air limpasan dan juga banjir.
2.4 Definisi Bahan Organik
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
2.5 Pengukuran Infiltrasi
Infiltrasi dapat diukur dengan cara berikut :
-          Dengan infiltrometer
Infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja yang ditekankan kedalam tanah.Permukaan tanah di dalam tabung diisi air.Tinggi air dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian banyaknya air yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus diukur. Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke samping di bawah tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari banyaknya air yang ditambahkan kedalam tabung sebelah dalam per satuan waktu.
-          Dengan testplot
Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap luasan yang kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil kesimpulan terhadap besarnya infiltrasi bagi daerah yang lebih luas. Untuk mengatasi hal ini dipilih tanah datar yang dikelilingi tanggul dan digenangi air. Daya infiltrasinya didapat dari banyaknya air yang ditambahkan agar permukaannya konstan. Jadi testplot sebenarnya adalah infiltrometer yang berskala besar.
-          Lysimeter
Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang ditanam dalam tanah diisi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi dengan fasilitas drainage dan pemberian air. Untuk mencapai tujuan ini lebih baik digunakan lysimeter timbang, dengan lysimeter timbang besarnya infiltrasi dengan kondisi curah hujan yang sebenarnya dapat dipelajari. Curah hujan harus diukur dengan alat pencatat hujan (recording rain gauge) yang harus ditemptkan di dekat lysimeter tersebut.


















III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 12 April 2016 pukul 10:00-12:00 WIB yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Sumberdaya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah infiltrometer, ember, karung, kamera, tanah, arang sekam, ATK, stopwatch, gelas ukur.
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Data laju infiltrasi campuran tanah dan arang sekam tanpa pemadatan
Tinggi Permukaan Tanah (ml)
Waktu Laju Infiltrasi (s)
400
0
350
11
300
31
250
37
200
40
150
49
100
67
50
94
Air menetes / 0
141
Air tidak menetes
407
*Air yang tertampung sebanyak 800 ml pada gelas ukur
Tabel 2. Data laju infiltrasi campuran tanah dan arang sekam dengan pemadatan
Tinggi Permukaan Tanah (ml)
Waktu Laju Infiltrasi (s)
400
0
350
21
300
93
250
244
200
413
150
597
100
772

50
957
Air menetes / 0
1307
Air tidak menetes
1743
* Air yang tertampung sebanyak 200 ml pada gelas ukur
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat hasil data pengukuran laju infiltrasi pada tabel di atas. Perlakuan yang diberikan yaitu dengan memadatkan bahan dan tanpa pemadatan bahan. Dari data yang dihasilkan, campuran bahan arang sekam dengan pemadatan atau tanpa pemadatan memberikan hasil yang berbeda. Pada campuran tanah dan arang sekam yang tanpa pemadatan waktu yang dibutuhkan sebesar 141 detik untuk air menembus tanah setinggi 400 ml. Sedangkan pada campuran tanah dan arang sekam yang dipadatkan waktu yang dibutuhkan air menembus tanah setinggi 400 ml sebesar 1307 detik. Artinya, pemadatan sangat mempengaruhi laju infiltrasi dikarenakan pori-pori setelah dipadatkan akan mengecil sehingga akan menghambat laju air. Hasil di atas dapat kita lihat pada grafik perbandingan di bawah ini.

Grafik 1. Perbandingan Laju Infiltrasi dan Waktu pada campuran tanah dan arang sekam tanpa pemadatan

Grafik 2. Perbandingan Laju Infiltrasi dan Waktu pada campuran tanah dan arang sekam dengan pemadatan
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata grafik mengalami penurunan laju infiltrasi pada setiap waktunya. Rata-rata laju infiltrasi tercepat berada pada kondisi awal, namun akan semakin menurun seketika bertambahnya waktu. Untuk mendapatkan nilai laju infiltrasi tentunya menggunakan rumus:
Keterangan:
F          = Laju infiltrasi (ml/jam)
Fc        = Laju infiltrasi konstan (ml/jam)
Fo        = Laju infiltrasi awal (ml/jam)
K         = Konstanta
T          = Waktu (jam)
Pada perhitungan data praktikum, persamaan linear regrasi y = mx+C atau y = t dan x = log(f-fc) dengan memplotkan hubungan t dan log (f-fc). Pada campuran arang sekam dan tanah tanpa pemadatan didapat persamaan regresi y = -23,11x+4,518. Dari persamaan tersebut diperoleh m = -23,11 dan nilai K dengan rumus K = -1/0,434m, didapat nilai K sebesar 0,0997. Sedangkan Untuk campuran arang sekam dan tanah yang dipadatkan didapat persamaan regresi y = -2,393x+3,507. Dari persamaan tersebut diperoleh m = -2,393 dan nilai K dengan rumus K = -1/0,434m, didapat nilai K sebesar 0,963.
Pada praktikum ini dilakukan pengisian air pada tabung secara perlahan dan terjaga. Hal ini untuk menstabilkan infiltrasi yang terjadi. Dari praktikum yang sudah dilakukan bahwa bahan organik yang dalam hal ini adalah arang sekam dapat memperbesar pori-pori tanah sehingga laju infiltrasi cukup cepat. Selain itu, proses pemadatan tanah juga dapat menghambat laju infiltrasi karena mengecilnya pori-pori tanah. Faktor lain yang dapat menghambat maupun mempercepat laju infiltrasi yaitu jenis tanah. Pada praktikum ini kami menggunakan jenis tanah yang memiliki agregat butiran kecil. Jiika semakin kecil ukuran tanah maka tanah akan semakin padat. Dengan bertambahnya kepadatan tanah maka laju infiltrasi pun akan terhambah. Terlihat pada grafik di atas, bahawa rentang waktu antara pemadatan dan tanpa pemadatan cukup tinggi karena proses pemadatan. Jika tanah yang dipadatkan tidak ditambah bahan organik mungkin hasilnya bisa lebih lama waktu yang dibutuhkan untuk satu rentang nilai tinggi.








V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum ini adalah:
1.      Pemadatan terhadap tanah dapat menghambat laju infiltrasi.
2.      Penambahan bahan organik dapat memperbesar pori-pori tanah sehingga dapat mempercepat laju infiltrasi.
3.      Salah satu faktor yang dapat menghambat maupun mempercepat laju infiltrasi yaitu jenis tanah.
4.      Pada campuran arang sekam dan tanah yang dipadatkan membutuhkan waktu sebesar 1307 detik untuk air menembus lapisan tenah. Sedangkan pada campuran yang tanpa dipadatkan membutuhkan waktu sebesar 141 detik untuk air menembus lapisan tanah.
5.      Pada praktikum ini didapat persamaan regrasi untuk campuran arang sekam dan tanah yang tanpa pemadatan dan dipadatkan berturut-turut yaitu y = -23,11x+4,518 dan y = -2,393x+3,507.





 



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Insitut Pertanian Bogor Press.
Bogor
Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas
Lampung. Lampung
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Edisi Pertama.
Akademika Presindo. Jakarta.
Kononova, M. M. 1961. Soil Organic Matter. T. Z.  Nowakowski and greenwood
(trans). Pergamon, Oxford.
Siradz, Syamsul., Bambang DK dan Suci Handayani. 2007. Peranan Uji In Situ
Laju Infiltrasi dalam Pengelolaan DAS Grindulu-Pacitan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 : 122-126
Siswanto dan Joleha. 2001. System Drainase Untuk Meningkatkan Pengisisn
(Recharge) Air Tanah. Jurnal Natur Indonesia III (2) : 129-137
Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th
ed. John Wiley & Sons, inc. New York.













LAMPIRAN




















Tabel Perhitungan Praktikum
Perhitungan untuk campuran tanah dan arang sekam tanpa pemadatan
Ketinggian (ml)
Waktu (jam)
Selisih (h)
Selisih (t)
f (ml/jam)
fc (ml/jam)
f-fc
log (f-fc)
400
0






350
0.00305556
50
0.003055556
16363.63636
1
16362.64
4.21385328
300
0.00861111
50
0.005555556
9000
1
8999
3.95419425
250
0.01027778
50
0.001666667
30000
1
29999
4.47710678
200
0.01111111
50
0.000833333
60000
1
59999
4.77814401
150
0.01361111
50
0.0025
20000
1
19999
4.30100828
100
0.01861111
50
0.005
10000
1
9999
3.99995657
50
0.02611111
50
0.0075
6666.666667
1
6665.667
3.82384359
0
0.03916667
50
0.013055556
3829.787234
1
3828.787
3.58306123

(-kt)
e(-kt)
Waktu (jam)
Laju infiltrasi (f)



0
-0.00030464
0.99969541
0.003055556
16358.65243
-0.00085853
0.99914184
0.008611111
8992.277424
-0.00102469
0.99897583
0.010277778
29969.27594
-0.00110778
0.99889284
0.011111111
59933.57124
-0.00135703
0.99864389
0.013611111
19972.87921
-0.00185553
0.99814619
0.018611111
9981.46378
-0.00260328
0.99740011
0.026111111
6649.336652
-0.00390492
0.9961027
0.039166667
3814.865292

Perhitungan untuk campuran tanah dan arang sekam tanpa pemadatan
Ketinggian (ml)
Waktu (jam)
Selisih (h)
Selisih (t)
f (ml/jam)
fc (ml/jam)
f-fc
log (f-fc)
400
0






350
0.00583333
50
0.005833333
8571.428571
1
8570.429
3.93300254
300
0.02583333
50
0.02
2500
1
2499
3.39776626
250
0.06777778
50
0.041944444
1192.05298
1
1191.053
3.07593108
200
0.11472222
50
0.046944444
1065.088757
1
1064.089
3.02697785
150
0.16583333
50
0.051111111
978.2608696
1
977.2609
2.99001051
100
0.21444444
50
0.048611111
1028.571429
1
1027.571
3.01181202
50
0.26583333
50
0.051388889
972.972973
1
971.973
2.98765419
0
0.36305556
50
0.097222222
514.2857143
1
513.2857
2.71035918

(-kt)
e(-kt)
Waktu (jam)
Laju infiltrasi (f)


0

-0.0056175
0.99439825
0.005833333
8523.419162
-0.0248775
0.97542939
0.025833333
2438.598058
-0.06527
0.93681449
0.067777778
1116.795689
-0.1104775
0.89540648
0.114722222
953.7919651
-0.1596975
0.8524016
0.165833333
834.0187303
-0.20651
0.81341813
0.214444444
836.845227
-0.2559975
0.7741439
0.265833333
753.446952
-0.3496225
0.70495416
0.363055556
362.8428994


0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com