Enzim
RANGKUMAN
ENZIM
A. Pengertian
Enzim
Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani, en = di dalam
dan zyme = ragi) adalah senyawa organik yang tersusun atas protein, dihasilkan
oleh sel, dan berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi kimia. Enzim adalah biokatalisator
organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas
protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi sebagai
senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam
suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein.
B. Tata Nama dan Kekhasan Enzim
a. Tata nama enzim
Biasanya enzim mempunyai akhiran –ase. Di depan –ase
digunakan nama substrat di mana enzim itu bekerja., atau nama reaksi yang
dikatalisis. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan bantuan enzim. Secara
ringkas, sistem penamaan enzim menurut IUB dijelaskan sebagai
berikut:
1) Reaksi dan enzim yang mengkatalisis membentuk 6 kelas,
masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2) Nama enzim terdiri atas 2 bagian, pertama menunjukkan
substrat dan kedua ditambah dengan –ase yang menunjukkan tipe
reaksi yang dikatalisis. Contoh: heksosa isomerase (subsrat: heksosa dengan
reaksi isomerase).
3) Jika diperlukan, ditambah dengan informasi tambahan
tentang reaksi dalam tanda kurung di bagian akhir nama. Contoh: 1.1.1.37
L-malat:NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).
4) Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri dari 4 nomor yaitu:
- Digit
pertama : kelas tipe
reaksi
- Digit
kedua : subkelas tipe reaksi
- Digit
ketiga :
subsubkelas tipe reaksi
- Digit
keempat : untuk enzim
spesifik
Contoh: 2.7.1.1 diuraikan menjadi:
- Kelas
2 :
transferase
- Subkelas
7 : transfer fosfat
- Subsubkelas
1 : alkohol merupakan
akseptor fosfat
- Enzim
spesifik 1 : heksokinase atau
ATP:D-heksosa 6-fosfotransferase.
b. Kekhasan enzim
Suatu enzim
bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah ciri
suatu enzim. Ini berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja
terhadap berbagai macam reaksi.Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi.Daya katalitik enzim
sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal sejuta kali. Tanpa
enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem biologi sangatlah
rendah sehingga tak dapat diukur.
C. Fungsi dan Cara Kerja Enzim
a. Fungsi enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai
1011 kali lebih cepat daripada suatu reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi
enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping mempunyai
derajat kekhasan yang tinggi. Peranan enzim dalam reaksi metabolisme adalah sebagai berikut:
1) Biokatalisator yaitu
meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan
menurunkan energi aktivasinya tetapi tidak ikut
bereaksi.
2) Modulator yaitu mengatur
reaksi yang bersifat acak menjadi berpola.
b. Cara kerja enzim
a) Kompleks enzim
substrat
Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja
pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan
atau kontak antara enzim dengan substrat.
Hubungan atau kontak antara
enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks enzim-substrat. Kompleks
ini merupakan kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai
lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi.
1) Lock and key (gembok
dan kunci)
Menurut teori kunci-gembok,
terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena adanya kesesuaian bentuk
ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari enzim, sehingga
sisi aktif enzim cenderung kaku.
2) Teori Kecocokan Induksi (Daniel Koshland)
Menurut teori kecocokan induksi
reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena adanya induksi substrat
terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga keduanya merupakan struktur
yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif
tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel.
b) Persamaaan
Michaelis – Menten
Leonor Michaelis dan Maude
Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis bahwa dalam reaksi enzim terjadi
dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian menghasilkan hasil reaksi dan
enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis dan Menten itu dapat
dituliskan sebagai berikut :
Enzim (E) + Substrat
(S)
kompleks enzim-substrat (ES)
Enzim (E) + Hasil reaksi (P)
D. Penggolongan Enzim
Enzim digolongkan menurut
reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut
substratnya, misalnya urease, arginase, dan lain-lain.Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peran.
Enam golongan enzim tersebut adalah:
1. Oksidoreduktase
Enzim yang melaksanakan
katalis dengan melibatkan reaksi oksidasi suatu senyawa ataupun reduksi dengan
senyawa lain.
2. Transferase
Enzim melaksanakan katalis
reaksi yang mengalihkan suatu gugus yang mengandung C, P, N, S suatu senyawa ke
senyawa lain
3. Hidrolase
Enzim yang melaksanakan
katalis pemecah hidroik atau sebaliknya
4. Liase
Enzim yang melaksanakan
katalis pemusatan ikatan C-C, C-O, C-N dsb, tanpa melibatkan hidrolisis atau
oksidasi reduksi
5. Isomerase
Enzim yang melaksanakan
katalis reaksi isomerisasi yang merupakan penataan kembali atom yang membentuk
suatu molekul
6. Ligase
Enzim yang melaksanakan
katalis reaksi-reaksi pembentukan ikatan antara dua moekul substrat yang
terkait dengan pemusatan ikatan pirofosfat dalam ATP atau senyawa energi tinggi
lainnya.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi
enzim
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim,
yaitu:
1)
Konsentrasi enzim
2)
Konsentrasi Substrat
3)
Suhu
4)
Ph
5)
Produk/hasil reaksi (dapat menghambat enzim)
6)
Zat penggiat (aktivator)
7)
Zat penghambat (Inhibitor)
a) Hambatan Revesibel
Hambatan revesibel dapat berupa hambatan bersaing atau hambatan tidak
bersaing.
- Hambatan
bersaing.
Hambatan bersaing disebabkan karena ada molekul mirip dengan substrat, yang
dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks enzim inhibitor (EI) pembentukan
kompleks ES, yaitu melalui penggabungan inhibitor dengan enzim pada bagian
aktif enzim.
- Hambatan
tak bersaing
Hambatan tidak bersaing ( non competitive inhibition )
tidak di pengaruhi oleh besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang
melakukannya (inhibitor tidak bersaing).
b) Hambatan tidak reversibel
Hambatan tidak reversibel ini dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak
reversibel dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya
bentuk enzim.
- Hambatan Alosterik
Hambatan yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan hambatan alosterik,
sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan inhibitor alosterik.
- Inhibitor/penghambat kompetitif, produk (sebagai zat
inhibitor) berkompetisi dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif
enzim. Dapat diatasi dengan menambahkan konsentrasi substrat.
- Inhibitor/penghambat alosterik (non-kompetitif),
produk (sebagai zat inhibitor) berikatan pada bagian enzim selain sisi aktif
enzim yang disebut sisi alosterik dan menyebabkan sisi aktif berubah sehingga
substrat tidak dapat berikatan dengan enzim.
F. Koenzim
Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil
yang mentranspor gugus kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya.
Hubungan antara vitamin dengan
koenzim tampak pada contoh berikut :
1) Niasin, merupakan nama vitamin
yang berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat. Molekul nikotinamida
terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+, NADP+. Kekurangan
niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.
2) Molekul riboflavin atau
vitamin B2 terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin issoaloksazon yang
tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan. Molekul
riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD.
3) Asam lipoat adalah suatu vitamin
yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat dalam hati. Asam ini
terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi, berfungsi sebagai kofaktor
pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase, berperan dalam
reaksi pemisahan gugus akil.
4) Biotin adalah vitamin yang
terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu protein. Biotin berfungsi
sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi.
5) Tiamin atau vitamin B1 umumnya
terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau gandum. Kekurangan vitamin B1 akan
mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang berasal dari vitamin B1 ialah
tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang menggunakan enzim alpa keto
dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan fosfo ketolase.
6) Vitamin B6 terdiri
dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin. Kekurangan
vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan
gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B6 ialah
piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat.
7) Asam folat dan derivatnya
terdapat banyak dalam alam. Bakteri dalam usus memproduksi asam fosfat dalam
jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari vitamin ini ialah asam tetrahidrofosfat
(FH4). Peranan FH4 ialah sebagai pembawa unit senyawa satu atom karbon yang berguna
dalam biosintesis purin, serin dan glisin.
8) Vitamin B12 sebagaimana
diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin B12 adalah
bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan
C-O, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase.
9) Asam pantotenat terdapat dalam
alam sebagai komponen dalam molekul koenzim A. Vitamin ini diperlukan oleh tubuh sebagai faktor
pertumbuhan. Koenzim A berperan penting sebagai pembawa gugus asetil, khususnya
dalam biosintesis asam lemak.
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup di bumi
pasti tersusun atas sel-sel yang berperan aktif dalam proses metabolisme. Dalam
proses metabolisme ini tentunya membutuhkan zat-zat seperti protein, karbohidrat,
vitamin, dan bahan lainnya untuk membantu proses metabolisme itu sendiri.
Suatu organisme hidup adalah
rakitan menakjubkan dari reaksi kimia. Masing-masing reaksi seolah berjalan
sendiri tapi memberi sumbangan untuk kehidupann organisme sebagai suatu
kesatuan. Sel dalam tubuh tumbuhan mampu mengatur lintasan – lintasan metabolik
yang dikendalikannnya agar terjadi dan dapat mengatur kecepatan reaksi tersebut
dengan cara memproduksi suatu katalisator dalam jumlah yang sesuai dan tepat
pada saat dibutuhkan. Katalisator inilah yang disebut dengan enzim.
Sebagai contoh proses
metabolisme saat pembentukan urea yang nyatanya membutuhkan suhu tinggi yang
tidak mungkin manusia miliki. Namun, karena adanya enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi
tersebut berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan
dalam menurunkan energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya
dicapai dengan pemberian panas dari luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak
mengubah ΔG reaksi (selisih antara energi bebas produk dan
reaktan), sehingga dengan demikian kerja enzim tidak berlawanan dengan Hukum
Hess 1 mengenai kekekalan energi. Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada
kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Reaksi-reaksi yang
berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi laboratorium
normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim di
dalam tubuh.
Peran enzim sebagai biokatalisator
sangat berpengaruh terhadap peristiwa-peristiwa dalam tubuh. Hal ini karena
enzim sebagai determinan yang menentukan kecepatan berlangsungnya suatu
peristiwa fisiologik, yang memainkan peranan sentral dalam masalah kesehatan
dan penyakit. Sehingga, dalam keadaan-keadaan tertentu kerja enzim akan
mengalami perubahan. Dalam keadaan tubuh yang kurang seimbang, atau tubuh yang
kurang sehat, reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tubuh menjadi tidak seimbang.
Hal ini disebabkan kerja enzim tidak terkoordinasi dengan cermat. Sementara
dalam keadaan sehat , semua proses fisiologis akan berlangsung dengan baik
serta teratur.
Enzim sendiri merupakan polimer biologik yang
mengatalisis lebih dari satu proses dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti
yang kita kenal sekarang. sifat-sifat enzim pun sangat khas, salah satunya
yaitu satu enzim hanya memiliki satu substrat. Selain sifat, enzim juga
memiliki klasifikasi, tata nama serta spesifikasi tersendiri. Perananan enzim
dalam tubuh manusia sangatlah besar. Untuk itu, pemahaman selengkapnya tentang
enzim akan dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian enzim?
2. Bagaimana tatanama dan kekhasan enzim?
3. Bagaimana fungsi dan cara kerja enzim?
4. Bagaimana cara penggolongan enzim?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?
6. Apakah pengertian koenzim?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian enzim.
2.
Untuk mengetahui bagaimana tatanama dan kekhasan enzim.
3.
Untuk mengetahui fungsi dan cara kerja enzim.
4.
Untuk mengetahui cara penggolongan enzim.
5.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja enzim.
6.
Untuk mengetahui pengertian koenzim.
1.4 Metode
Penulisan
Metode yang digunakan oleh
penulis dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan yang bersumber
dari buku dan internet yang berkaitan dengan permasalahan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Enzim
Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani, en = di dalam
dan zyme = ragi) adalah senyawa organik yang tersusun atas protein, dihasilkan oleh
sel, dan berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi kimia. Enzim adalah biokatalisator
organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas
protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi sebagai
senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam
suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein.
Enzim sangat penting dalam
kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada
enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan
terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Pada reaksi yang dikatalisasi
oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah
molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Jenis
produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang
disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan
oleh hormon sebagai promoter.
Dari hasil penelitian para
ahli biokimia ternyata banyak enzim mempunyai gugus bukan protein (kofaktor), jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim
semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan
protein (kofaktor). Apoenzim adalah bagian
enzim yang tersusun atas protein, dan merupakan bagian yang paling utama dari
enzim. Kofaktor ada yang terikat kuat
pada protein (protestik), ada pula yang tidak begitu
kuatikatannya (koenzim). Sebagai contoh enzim
katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri
dari protein dan logam, misalnya askorbat oksidase adalah protein yang mengikat
tembaga.
2.2 Tata
Nama dan Kekhasan Enzim
a. Tata nama enzim
Biasanya enzim mempunyai
akhiran –ase. Di depan –ase digunakan nama substrat di mana enzim itu bekerja.,
atau nama reaksi yang dikatalisis. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan
bantuan enzim. Sebagai contoh enzim yang menguraikan urea (substrat) dinamakan
urease. Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut
fungsinya, misalnya hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi
sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. Karena itu disamping nama trivial
(biasa) maka oleh Commisison on Enzymes of the International Union of
Biochemistry telah ditetapkan pula tata nama yang sistematik, disesuaikan
dengan pembagian atau penggolongan enzim didasarkan pada fungsinya. Secara ringkas, sistem penamaan enzim menurut IUB dijelaskan
sebagai berikut:
1) Reaksi dan enzim yang mengkatalisis membentuk 6 kelas,
masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2) Nama enzim terdiri atas 2 bagian, pertama menunjukkan
substrat dan kedua ditambah dengan –ase yang menunjukkan tipe
reaksi yang dikatalisis. Contoh: heksosa isomerase (subsrat: heksosa dengan
reaksi isomerase).
3) Jika diperlukan, ditambah dengan informasi tambahan
tentang reaksi dalam tanda kurung di bagian akhir nama. Contoh: 1.1.1.37
L-malat:NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).
4) Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri dari 4 nomor yaitu:
- Digit
pertama : kelas tipe
reaksi
- Digit
kedua : subkelas tipe reaksi
- Digit
ketiga :
subsubkelas tipe reaksi
- Digit
keempat : untuk enzim
spesifik
Contoh: 2.7.1.1 diuraikan menjadi:
- Kelas
2 :
transferase
- Subkelas
7 : transfer fosfat
- Subsubkelas
1 : alkohol merupakan
akseptor fosfat
- Enzim
spesifik 1 : heksokinase atau
ATP:D-heksosa 6-fosfotransferase.
Suatu enzim yang mengkatalisis pemindahan fosfat dari
ATP ke gugus hidroksil atom C ke enam molekul glukosa.
b. Kekhasan enzim
Suatu enzim
bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah ciri
suatu enzim. Ini berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja
terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap berbagai
macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada
juga enzim yang bekerja terhadap
lebih dari suatu substrat namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan
tertentu, misalnya enzim esterase dapat menghidrolisir beberapa ester
asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat lain yang bukan ester.
Kekhasan terhadap suatu reaksi
disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino tertentu sebagai substrat dapat
mengalami berbagai reaksi dengan berbagai
enzim. Jadi, walaupun reaksi tersebut berjalan namun tiap enzim hanya
bekerja pada satu reaksi. Jadi, kekhasan reaksi bukan disebabkan oleh koenzim
tetapi oleh apoenzim.
Daya katalitik enzim sangat
besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal sejuta kali. Tanpa enzim,
kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem biologi sangatlah rendah
sehingga tak dapat diukur.
Enzim sangat spesifik, baik
terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya maupun terhadap substrat
atau reaktan yang diolahnya. Satu enzim biasanya mengkatalisis satu jenis
reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik
sangat jarang terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan terbentuknya hasil
sampingan yang tak berguna.
2.3 Fungsi
dan Cara Kerja Enzim
a. Fungsi enzim
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai
1011 kali lebih cepat daripada suatu reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi
enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping mempunyai
derajat kekhasan yang tinggi. Oleh karena itu, enzim mempunyai peranan yang sangat
penting dalam reaksi metabolisme. Peranan enzim dalam reaksi
metabolisme adalah sebagai berikut:
1) Biokatalisator yaitu meningkatkan kecepatan
reaksi kimia dengan menurunkan energi aktivasinya tetapi tidak ikut bereaksi.
2) Modulator yaitu mengatur reaksi yang
bersifat acak menjadi berpola. Misalnya glukosa yang terbentuk selama proses
fotosintesis. Jika konsentrasi glukosa telah melebihi keseimbangan, maka akan
terurai menjadi CO2 dan H2O. Dengan adanya enzim,
glukosa dapat diubah menjadi sukrosa atau amilum. Dalam bentuk sukrosa dapat
diedarkan ke seluruh jaringan melalui floem dan disimpan dalam bentuk amilum.
Dengan mengubah glukosa menjadi molekul lain, maka proses fotosintesis dapat
terus berlangsung tidak terhambat oleh akumulasi hasilnya.
b. Cara kerja enzim
a) Kompleks enzim
substrat
Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan
yaitu hanya bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau
substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Oleh
karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat.
Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau
tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau
kontak dengan substrat dinamai bagian aktif (active site). Hubungan
hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat
menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain,
maka tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim
itu tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Ini adalah penjelasan mengapa tiap
enzim mempunyai kekhasan terhadap substrat tertentu.
Hubungan atau kontak antara
enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks enzim-substrat. Kompleks
ini merupakan kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai
lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi.
1) Lock and key (gembok
dan kunci)
Menurut teori
kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena adanya
kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari
enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai
kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga
terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat
terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali pada
konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas,
maka bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.
2) Teori Kecocokan Induksi (Daniel Koshland)
Menurut teori kecocokan induksi
reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena adanya induksi substrat
terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga keduanya merupakan struktur
yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif
tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel.
(Sumber: http://josuasilitonga.files.wordpress.com/2010/10/enzim1.jpg?w=468. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013)
b) Persamaaan
Michaelis – Menten
Leonor Michaelis dan Maude
Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis bahwa dalam reaksi enzim terjadi
dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian menghasilkan hasil reaksi dan
enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis dan Menten itu dapat
dituliskan sebagai berikut :
Enzim (E) + Substrat
(S)
kompleks enzim-substrat
(ES)
Enzim (E) + Hasil reaksi (P)
Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan
reaksi tergantung pada konsentrasi kompleks enzim-substrat [ES], sebab apabila
tergantung pada konsentrasi substrat [S], maka penambahan konsentrasi substrat
akan menghasilkan pertambahan kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan
merupakan garis lurus.
2.4 Penggolongan
Enzim
Enzim digolongkan menurut
reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut
substratnya, misalnya urease, arginase, dan lain-lain. Disamping itu ada pula beberapa
enzim yang dikenal dengan nama lama, misalnya pepsin, tripsin, dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peran. Enam golongan enzim
tersebut adalah:
1. Oksidoreduktase
Enzim yang melaksanakan
katalis dengan melibatkan reaksi oksidasi suatu senyawa ataupun reduksi dengan
senyawa lain.
2. Transferase
Enzim melaksanakan katalis
reaksi yang mengalihkan suatu gugus yang mengandung C, P, N, S suatu senyawa ke
senyawa lain
3. Hidrolase
Enzim yang melaksanakan
katalis pemecah hidroik atau sebaliknya
4. Liase
Enzim yang melaksanakan
katalis pemusatan ikatan C-C, C-O, C-N dsb, tanpa melibatkan hidrolisis atau
oksidasi reduksi
5. Isomerase
Enzim yang melaksanakan
katalis reaksi isomerisasi yang merupakan penataan kembali atom yang membentuk
suatu molekul
6. Ligase
Enzim yang melaksanakan
katalis reaksi-reaksi pembentukan ikatan antara dua moekul substrat yang
terkait dengan pemusatan ikatan pirofosfat dalam ATP atau senyawa energi tinggi
lainnya
2.5 Faktor-faktor
yang mempengaruhi enzim
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim,
yaitu:
1) Konsentrasi enzim, pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
2) Konsentrasi Substrat, hasil eksperimen menunjukkan
bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi
substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi
tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat
diperbesar. Dengan demikian konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini
menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Pada suatu batas konsentrasi
substrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh substrat atau telah
jenuh dengan substrat. Dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi
substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya kosentrasi kompleks substrat,
sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar.
3) Suhu, pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim
adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses
denaturasi, sehingga bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan
reaksinya pun menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi
dapat menaikkan kecepatan reaksi. Namun kenaikan suhu pada saat terjadinya
denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena ada dua pengaruh yang
berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat
bagi suatu proses reaksi yang menggunakan enzim tersebut.
4) pH, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat berbentuk ion
positif, ion negative atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian
perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif
enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Tinggi rendahnya pH juga dapat
menyebabkan denaturasi yang dapat menurunkan aktifitas enzim, sehingga
diperlukan suatu pH optimum yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi enzim yang
paling tinggi.
5) Produk/hasil reaksi (dapat menghambat enzim)
6) Zat penggiat (aktivator), misalnya logam alkali, logam
alkali tanah, Mn, Mg, dan Cl.
7) Zat penghambat (Inhibitor), yaitu molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi
pembentukan kompleks enzim-substrat. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak
revesibel atau hambatan revesibel.
a) Hambatan Revesibel
Hambatan revesibel dapat berupa
hambatan bersaing atau hambatan tidak bersaing.
- Hambatan
bersaing.
Hambatan bersaing disebabkan
karena ada molekul mirip dengan substrat, yang dapat pula membentuk kompleks,
yaitu kompleks enzim inhibitor (EI) pembentukan kompleks ES, yaitu melalui
penggabungan inhibitor dengan enzim pada bagian aktif enzim. Dengan demikian
terjadi persaingan antara inhibitor dengan substrat terhadap bagian aktif enzim
melalui reaksi sebagai berikut :
E + S -------------- ES
E + I --------------- EI
Inhibitor yang menyebabkan hambatan bersaing
disebut inhibitor bersaing. Inhibitor ini menghalangi terbentuknya kompleks ES
dengan cara membentuk kompleks EI dan tidak dapat membentuk hasil reaksi ( P).
E + S -------------- ES ------------ E + P (membentuk
hasil reaksi)
E + I -------------- EI ------------ ( tidak
terbentuk hasil reaksi)
Dengan demikian adanya inhibitor
bersaing dapat mengurangi peluang bagi terbentuknya kompleks ES dan hal ini
menyebabkan berkurangnya kecepatan reaksi.
- Hambatan
tak bersaing
Hambatan tidak bersaing ( non
competitive inhibition ) tidak di pengaruhi oleh besarnya konsentrasi
substrat dan inhibitor yang melakukannya (inhibitor tidak bersaing). Dalam hal
ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim di luar bagian aktif. Penggabungan
antara inhibitor dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas, atau pada enzim
yang telah mengikat substrat yaitu kompleks enzim substrat.
E + I ----------- EI
ES + I ------------ ESI
b) Hambatan tidak reversibel
Hambatan tidak reversibel ini
dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu
pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk enzim. Dengan demikian
mengurangi aktivitas katalik enzim tersebut. Reaksi ini berlangsung tidak
reversibel sehingga menghasilkan produk reaksi dengan sempurna.
8) Hambatan Alosterik
Hambatan yang terjadi pada enzim
alosterik dinamakan hambatan alosterik, sedangkan inhibitor yang menghambat
dinamakan inhibitor alosterik. Bentuk molekul inhibitor alosterik berkaitan
dengan enzim pada tempat diluar bagian aktif enzim. Dengan demikian, hambatan
ini tidak akan dapat diatasi dengan penambahan sejumlah besar substrat.
Terbentuknya ikatan antara enzim dengan inhibitor mempengaruhi konformasi
enzim, sehingga bagian aktif mengalami perubahan bentuk. Akibatnya ialah
penggabungan substrat pada bagian aktif enzim terhambat.
- Inhibitor/penghambat kompetitif, produk (sebagai zat
inhibitor) berkompetisi dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif
enzim. Dapat diatasi dengan menambahkan konsentrasi substrat.
- Inhibitor/penghambat alosterik (non-kompetitif),
produk (sebagai zat inhibitor) berikatan pada bagian enzim selain sisi aktif
enzim yang disebut sisi alosterik dan menyebabkan sisi aktif berubah sehingga
substrat tidak dapat berikatan dengan enzim.
2.6 Koenzim
Koenzim adalah kofaktor berupa
molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau elektron dari satu
enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa
mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus asetil yang dibawa
oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang
dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim
seperti riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah vitamin.
Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi
enzim, adalah dapat dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun
substrat sekunder. Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan
koenzim NADH.
Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim
terjadi dalam sel. Contohnya, NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina
melalui metionina adenosiltransferase.
Beberapa
koenzim mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin bahkan menjadi
bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tampak
pada contoh berikut :
10) Niasin, merupakan nama vitamin
yang berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat. Molekul nikotinamida
terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+, NADP+. Kekurangan
niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.
11) Molekul riboflavin atau
vitamin B2 terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin issoaloksazon yang
tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan. Molekul
riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD.
12) Asam lipoat adalah suatu
vitamin yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat dalam hati. Asam
ini terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi, berfungsi sebagai
kofaktor pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase,
berperan dalam reaksi pemisahan gugus akil.
13) Biotin adalah vitamin yang
terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu protein. Biotin berfungsi
sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi.
14) Tiamin atau vitamin B1 umumnya
terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau gandum. Kekurangan vitamin B1 akan
mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang berasal dari vitamin B1 ialah
tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang menggunakan enzim alpa keto
dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan fosfo ketolase.
15) Vitamin B6 terdiri
dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin. Kekurangan
vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan
gangguan pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B6 ialah
piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat.
16) Asam folat dan derivatnya
terdapat banyak dalam alam. Bakteri dalam usus memproduksi asam fosfat dalam
jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari vitamin ini ialah asam tetrahidrofosfat
(FH4). Peranan FH4 ialah sebagai pembawa unit senyawa satu atom karbon yang
berguna dalam biosintesis purin, serin dan glisin.
17) Vitamin B12 sebagaimana
diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin B12 adalah
bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan
C-O, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase.
18) Asam pantotenat terdapat dalam
alam sebagai komponen dalam molekul koenzim A. Vitamin ini diperlukan oleh tubuh sebagai faktor
pertumbuhan. Koenzim A berperan penting sebagai pembawa gugus asetil, khususnya
dalam biosintesis asam lemak.
Di samping koenzim yang
mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada pula koenzim yang tidak
berhubungan dengan vitamin, yaitu adenosine
trifosfat atau ATP. Koenzim ini termasuk golongan senyawa berenergi tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Enzim adalah biokatalisator
organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas
protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein, berfungsi sebagai
senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam
suatu reaksi kimia.
2. Secara umum enzim berfungsi sebagai katalis dan
memiliki peranan penting dalam reaksi metabolisme, yaitu sebagai biokatalisator
dan modulator.
Untuk dapat bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak
antara enzim dengan substrat (kompleks enzim-substrat).
3. Enzim digolongkan
menurut tipe reaksi yang diikutinya dan mekanisme reaksi, sedangkan masing-masing
enzim diberi nama menurut substratnya, misalnya urease, arginase dan
lain-lain. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi kerja enzim, yaitu konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu, pH, produk/hasil reaksi, aktivator, dan
inhibitor.
4. Koenzim adalah kofaktor berupa
molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau elektron dari satu
enzim ke enzim lainnya.
5. Penggolongan enzim berdasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang
peranan, yaitu : oksidoreduktase, tranferase, hidrolase, liase, isomerase, dan
ligase.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah,
membutuhkan bahan yang cukup banyak sehingga cukup sulit untuk memahami materi
sebagai bahan makalah. Dan dengan mempelajari makalah yang singkat ini diharapkan kita dapat
mengetahui apa itu enzim.
DAFTAR PUSTAKA
Heru Santoso Wahito Nugroho, 2008. Protein dan
Enzim, www.heruswn.teach-
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW,
2003, Biokimia Harper, Edisi
XXV, Penerjemah Hartono Andry,
Jakarta: EGC
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press).
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV,
Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah
Bagian Biokimia
FKUI), Jakarta: EGC
http://ira-raners.blogspot.com/2011/05/biokimia-enzim.html. Diakses tanggal
20
Februari 2013.
http://josuasilitonga.wordpress.com/2010/10/07/enzim/. Diakses pada tanggal 21
Februari 2013
0 comments:
Post a Comment