-->

Friday, May 29, 2015

PENGELASAN BESI SIKU (BENTUK SEGI EMPAT)


PENGELASAN BESI SIKU (BENTUK SEGI EMPAT)
(Laporan Praktikum Mata Kuliah Perbengkelan)

Oleh:
Hendri Setiawan
1314071028




LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


I.                   PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Besi adalah bahan teknik yang memiliki kekuatan yang tinggi. Besi sangat bermanfaat sebagai konstruksi yang kuat dari suatu rangka mesin maupun alat pertanian. Kenyataanya setiap alat dan mesin pertanian semuanya mengandung unsur besi sebagai penyusunnya. Tentunya dalam penyusunan besi tersebut membutuhkan kekuatan atau teknik khusus sehingga terbentuk suatu rangkaian.
Dalam dunia bengkel penyambungan besi disebut pengelasan. Pengelasan sendiri ada beberapa macam seperti las listrik, karbit dan lain-lain. Dalam teknik pengelasan membutuhkan keahlian khusus sehingga besi yang dilas tidak salah posisi. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut pada praktikum kali ini kita akan melakukan pengenalan terhadap pengelasan listrik.
1.2       Tujuan
a.       Mahasiswa mampu mengetahui teknik cara mengelas.
b.      Mahasiswa mampu melakukan pengelasan.








II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Pengertian Pengelasan
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas. Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini kemajuan ilmu pengethuan di bidang elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik atom, mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan material baru dan sekaligus bagaimanakah menyambungnya. Jauh sebelumnya, penyambungan logam dilakukan dengan memanasi dua buah logam dan menyatukannya secara bersama. Logam yang menyatu tersebut dikenal dengan istilah fusion. Las listrik merupakan salah satu yang menggunakan prinsip tersebut (Djamiko, 2008).
Pada zaman sekarang pemanasan logam yang akan disambung berasal dari pembakaran gas atau arus listrik. Beberapa gas dapat digunakan, tetapi yang sangat popular adalah gas Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama pengelasan, gas Acetylene dicampur dengan gas Oksigen murni. Kombinasi campuran gas tersebut memproduksi panas yang paling tinggi diantara campuran gas lain. Cara lain yang paling utama digunakan untuk memanasi logam yang dilas adalah arus listrik. Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang menjepit elektroda diujungnya, yaitu suatu logam batangan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Ketika arus listrik dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan kemudian ditarik ke belakang sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah sempit antara ujung elektroda dengan benda kerja. Arus yang mengalir ini dinamakan busur (arc) yang dapat mencairkan logam (Djamiko, 2008).
Terkadang dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung, namun terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk dengan baik, bahan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (Elektroda las). Pada proses las, welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam suatu cekungan yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membentuk deposit logam lasan, cara seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding), lihat gambar 1.

Sebagian besar logam akan berkarat (korosi) ketika bersentuan dengan udara atau uap air, sebagai contoh adalah logam besi mempunyai karat, dan alumunium mempunyai lapisan putih di permukaannya. Pemanasan dapat mempercepat proses korosi tersebut. Jika karat, kotoran, atau material lain ikut tercampur ke dalam cairan logam lasan dapat menyebabkan kekroposan deposit logam lasan yang terbentuk sehingga menyebabkan cacat pada sambungan las (Djamiko, 2008).
2.2       Klasifikasi Proses Las
Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi padat disebut Solid state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid state welding (LSW) atau Fusion welding (Djamiko, 2008).
Proses SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure welding Presure welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak sama, proses cepat, presisi, dan hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas (heat affected zone / HAZ). Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan yaitu persiapan sambungan dan prosesnya rumit, sehingga dibutuhkan ketelitihan sangat tinggi (Djamiko, 2008).
LSW merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita, sambungan las terjadi karena adanya pencairan ujung kedua material yang disambung. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan material berasal dari busur listrik, tahanan listrik, pembakaran gas, dan juga beberapa cara lain diantaranya adalah sinar laser, sinar electron, dan busur plasma. Penyambungan material dengan cara ini mempunyai persyaratan material harus sama, karena untuk mendapatkan sambungan yang sempurna suhu material harus sama, jika tidak proses penyambungan tidak akan terjadi. Kelebihan metode pengelasan ini adalah proses dan persiapan sambungan tidak rumit, beaya murah, pelaksanaannya mudah. Kelemahannya adalah memerlukan juru las yang terampil, terjadinya HAZ yang menyebabkan perubahan sifat bahan, dan ada potensi kecelakaan dan terganggunya kesehatan juru las (Djamiko, 2008).
2.3       Reaksi Kimia Selama Proses Las
Dalam proses LSW bagian dari logam yang dilas harus dipanasi sampai mencair. Pemanasan logam dengan temperature yang sangat tinggi ini dapat megakibatkan terjadinya reaksi kimia antara logam tersebut dengan Oksigen dan Nitrogen yang ada dalam udara. Jika selama proses las cairan logam las (welding pool) tidak dilindungi dari pengaruh udara, maka logam akan bereaksi dengan Oksigen dan Nitrogen membentuk Oxides dan Nitrides yang dapat menyebabkan logam tersebut menjadi getas dan keropos karena adanya kotoran (slag inclutions), sedangkan kandungan unsur Karbon dalam logam akan membentuk gas CO yang dapat mengakibatkan adanya rongga dalam logam las (caviety) (Djamiko, 2008).
Reaksi kimia lainnyapun bisa terjadi dalam cairan logam las (welding pool). Gas Hydrogen dan uap air juga dapat menyebabkan cacat las (welding defect). Hydrogen yang bereaksi dengan Oxides yang ada dalam logam dasar dapat menyebabkan terjadinya uap yang mengakibatkan terjadnya porositas pada logam lasan (Djamiko, 2008).
2.4       Melindungi Cairan Logam Las dari Pengaruh Udara Luar
Type energi panas yang digunakan untuk pencairan logam dan teknik pelindungan cairan logam las sangat berpengaruh terhadap perubahan komposisi kimawi dalam deposit logam lasan. Ketika nyala oksidasi dalam las Karbit (Oxy-acetylene welding/OAW) akan merubah besi menjadi Oxides sehingga deposit las keropos karena Oxides tersebut tercampur di dalamnya. Untuk mengelas baja karbon akan lebih baik bila digunakan nyala Netral. Pengelasan logam dengan OAW, cairan logam dilindungi dari udara luar oleh reduksi gas hasil pembakaran gas Acetylene (Djamiko, 2008).
Dalam teknik pengelasan SMAW, proses pelindungan logam lasan dilakukan dua tahap. Ketika logam las dalam kondisi cair dilindungi oleh bermacam-macam gas hasil pembakaran elektroda las dan ketika sedang membeku cairan ini dilindungi oleh lapisan terak yang terbentu dari fluks yang membeku. Pelindungan deposit logam las dalam pengelasan Metal inert gas (MIG) dan Tungsten inert gas (TIG), terjadi karena sifat inert gas yang tidak dapat mengikat elemen lain dalam udara sehingga tidak akan terjadi reaksi kimia. Jika las MIG menggunakan gas pelindung CO2, akan terjadi proses deoksidasi CO2 ketika terbakar dengan busur listrik, gas ini terpecah menjadi Karbon monoksida (CO) dan Oksigen (O2). Oksigen yang lepas tidak bersentuhan dengan logam lasan, sedangkan deoxidisers bereaksi dengan Oksigen membentuk lapisan slag yang sangat tipis di atas permukaan deposit logam lasan (Djamiko, 2008). Dalam las OAW deposit logam lasan dapat dilindungi dari oksidasi dan pengaruh reaksi kimia lainnya dengan menggunakan Flux. Flux merupakan gabungan berbagai elemen yang berfungsi meminimalkan terjadinya oksidasi. Komposisi kimia flux bervariasi tergantung jenis logam yang akan dilas.
2.5       Ruang Lingkup Pekerjaan Las
Industri manufaktur tidak dapat terlepas dari penyambungan logam. Penyambungan logam dilakukan dengan berbagai tujuan, diantaranya adalah untuk membuat suatu barang yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik lain, memudahkan pekerjaan, serta dapat menekan biaya produksi. Proses penyambungan logam yang banyak digunakan dalam industri manufaktur adalah las. Pengelasan logam merupakan pilihan yang cukup tepat. Pengelasan tidak membutuhkan waktu lama, konstruksi ringan, kekuatan sambungan cukup baik, serta biaya relatif murah (Djamiko, 2008).





















III.             METODOLOGI

2.1       Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Perbengkelan dengan judul Pemotongan Sudut Besi Siku ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2015 pukul 10:00 – 12:00 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2       Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu mesin las busur listrik.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu besi siku.
3.3       Diagram Alir     
Rounded Rectangle: Disiapkan besi dan alat yang digunakan untuk praktikumAdapun diagram alir praktikum kali ini yaitu:
 










IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil
Adapun hasil dari praktikum pengenalan las adalah:
Gambar Besi siku yang sudah di las dengan membentuk segi empat
4.2       Pembahasan
4.2.1    Pengertian Las Busur Listrik
Pada electric arc welding, energi panas ditimbulkan oleh loncatan elektron dari elektroda las ke benda kerja. Besar kecilnya energi dipengaruhi oleh arus & tegangan listrik, serta jarak (gap) antara elektroda dengan benda kerja. Banyak pengelasan logam yang dilakukan dengan metode ini, namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: (1) flash butt, (2) consumable electrode, dan (3) non consumable electrode.
4.2.2    Pengertian Pengelasan
Pengelasan merupakan kegiatan penyambungan bagian-bagian besi dengan teknik pemancaran lelehan timah akibat pemanasan. Pengelasan sendiri terbagi menjadi beberapa jenis yaitu las listrik dan las karbit. Tujuan dari pengelasan sendiri adalah menyambungkan bahan besi mejadi satu kesatuan yang utuh. Bagi pengelasan keahlian secara khusus sangat dibutuhkan karena ini ada hubungannya dengan sengatan listrik. Percikan api yang timbul harus dihindari oleh pengelas. Oleh karena itu dibutuhkan pakaian yang kuat dan penutup muka. Prinsip las sendiri menggunakan arus listrik DC. Pada pengelasan teknik mengelas tidak bisa langsung menempelkan elektroda ke bahan yang akan disambung, karena akan lengket. Oleh karena itu pengelesan harus memilki jarak antara elektroda dengan bahan.
4.2.3    Langkah Praktikum
Langkah praktikum untuk saat ini sebenarnya sama dengan praktikum sebelumnya, hanya kali ini membentuk segi 4 bukan sudut 900. Kegiatan pengelasan dimulai dengan mencocokkan hasil potongan besi yang akan disambung. Setelah cocok lalu disiapkan las yang akan digunakan untuk mengelas. Setelah itu besi di letakkan di besi penghantar arus pada las, lalu besi disikukan agar pas pada ukuran yang diharapkan. Lalu pengelasan dimulai dengan mengelas dengan teknik memberi titik-titik pada sambungan besi sampai tergandeng besi satu dengan besi lainnya.
4.2.4    Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Mengelas
Dalam pengelasan hal yang perlu diperhatikan yaitu keselamatan pengelas. Contohnya seperti penutup mata. Jika dalam megelas tidak menggunakan penutup maka mata akan sakit atau penglihatan kabur sehingga berdampak pada kesehatan mata kita sendiri. Sebaiknya jika mengelas menggunakan penutup mata atau masker muka.
4.2.5    Perlengkapan Keamanan Saat Mengelas
Pada saat mengelas perlu diperhatikan juga kondisi perlengkapan atau keamanan yang kita gunakan. Perlengkapan yang kita gunakan bertujuan untuk melindungi diri kita dari percikan api yang timbul dari pengelasan. Di bawah ini adalah peralatan yang perlu dibawa saat mengelas.
1.      Pakaian terbuat dari bahan katun.
2.      Memakai sarung tangan.
3.      Memakai kacamata las.
4.      Memakai sepatu tertutup.
4.2.6    Hasil Pengelasan
Hasil dari pengelasan sendiri bergantung pada cara mengelasnya. Apabila mengelasnya dengan teknik menyambungkan titik-titik maka hasilnya akaan kuat dan tidak mudah patah, namun jika masih ada celah antara pengelasan hasilnya tidak akan sempurna.
4.2.7    Manfaat
Kegunaan dari besi yang sudah dilas membentuk segi 4 yaitu dapat digunakan sebagai alas pot bunga, kerangka, maupun kegiatan yang membutuhkan penopang. Hal ini karena besi siku dalam dunia pertania biasa digunakan sebagai rangka green house mini.



















V.                KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1.      Perlengkapan saat mengelas pakaian terbuat dari bahan katun, memakai sarung tangan, memakai kacamata las, memakai sepatu tertutup.
2.      Teknik Pengelasan sendiri yaitu menggabungkan titik-titik lelehan menjadi satu dengan cara berderet.
3.      Macam-macam pengelasan yaitu las listrik dan las karbit.
4.      Hal yang perlu diperhatikan saat mengelas yaitu menggunakan penutup muka dan pakaian yang kuat dan tidak mudah bolong jika terkena percikan api.
5.      Hasil dari pengelasan ditentukan dari kerapatan titik-titik pengelasan.
6.      Manfaat dari besi yang sudah di las yaitu sebagai rangka, alas pot, maupun penopang.










DAFTAR PUSTAKA

Djamiko, Riswan Dwi, M.PD. 2008. Modul Teori Pengelasan Logam. UNY,
Yogyakarta.







0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com