PENGELASAN BESI SIKU (BENTUK SEGI EMPAT)
PENGELASAN BESI SIKU (BENTUK SEGI EMPAT)
(Laporan
Praktikum Mata Kuliah Perbengkelan)
Oleh:
Hendri
Setiawan
1314071028
LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Besi adalah bahan teknik yang memiliki kekuatan yang
tinggi. Besi sangat bermanfaat sebagai konstruksi yang kuat dari suatu rangka
mesin maupun alat pertanian. Kenyataanya setiap alat dan mesin pertanian
semuanya mengandung unsur besi sebagai penyusunnya. Tentunya dalam penyusunan
besi tersebut membutuhkan kekuatan atau teknik khusus sehingga terbentuk suatu
rangkaian.
Dalam dunia bengkel penyambungan besi disebut pengelasan.
Pengelasan sendiri ada beberapa macam seperti las listrik, karbit dan
lain-lain. Dalam teknik pengelasan membutuhkan keahlian khusus sehingga besi
yang dilas tidak salah posisi. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal
tersebut pada praktikum kali ini kita akan melakukan pengenalan terhadap
pengelasan listrik.
1.2 Tujuan
a.
Mahasiswa
mampu mengetahui teknik cara mengelas.
b.
Mahasiswa
mampu melakukan pengelasan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengelasan
Pengelasan merupakan
penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses
difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Kelebihan
sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi,
mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama
adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi
perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas. Perkembangan teknologi pengelasan logam
memberikan kemudahan umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini
kemajuan ilmu pengethuan di bidang elektronik melalui penelitian yang melihat
karakteristik atom, mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan
material baru dan sekaligus bagaimanakah menyambungnya. Jauh sebelumnya,
penyambungan logam dilakukan dengan memanasi dua buah logam dan menyatukannya
secara bersama. Logam yang menyatu tersebut dikenal dengan istilah fusion.
Las listrik merupakan salah satu yang menggunakan prinsip tersebut (Djamiko, 2008).
Pada zaman sekarang
pemanasan logam yang akan disambung berasal dari pembakaran gas atau arus
listrik. Beberapa gas dapat digunakan, tetapi yang sangat popular adalah gas
Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama pengelasan, gas
Acetylene dicampur dengan gas Oksigen murni. Kombinasi campuran gas tersebut
memproduksi panas yang paling tinggi diantara campuran gas lain. Cara lain yang paling utama digunakan untuk memanasi logam
yang dilas adalah arus listrik. Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan
dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang menjepit elektroda diujungnya,
yaitu suatu logam batangan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Ketika
arus listrik dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan kemudian
ditarik ke belakang sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah sempit
antara ujung elektroda dengan benda kerja. Arus yang mengalir ini dinamakan
busur (arc) yang dapat mencairkan logam (Djamiko,
2008).
Terkadang
dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung, namun terkadang masih
diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk dengan baik,
bahan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya
berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (Elektroda las).
Pada proses las, welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang
tertampung dalam suatu cekungan yang disebut welding pool dan secara
bersama-sama membentuk deposit logam lasan, cara seperti ini dinamakan Las
Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding), lihat gambar
1.

Sebagian
besar logam akan berkarat (korosi) ketika bersentuan dengan udara atau uap air,
sebagai contoh adalah logam besi mempunyai karat, dan alumunium mempunyai
lapisan putih di permukaannya. Pemanasan dapat mempercepat proses korosi
tersebut. Jika karat, kotoran, atau material lain ikut tercampur ke dalam
cairan logam lasan dapat menyebabkan kekroposan deposit logam lasan yang
terbentuk sehingga menyebabkan cacat pada sambungan las (Djamiko,
2008).
2.2 Klasifikasi Proses Las
Sambungan
las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses difusi
dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan dengan
kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi padat disebut Solid
state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid
state welding (LSW) atau Fusion welding (Djamiko, 2008).
Proses SSW
biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure
welding Presure welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak
sama, proses cepat, presisi, dan hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas
(heat affected zone / HAZ). Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan
yaitu persiapan sambungan dan prosesnya rumit, sehingga dibutuhkan ketelitihan
sangat tinggi (Djamiko, 2008).
LSW
merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita, sambungan
las terjadi karena adanya pencairan ujung kedua material yang disambung. Energi
panas yang digunakan untuk mencairkan material berasal dari busur listrik,
tahanan listrik, pembakaran gas, dan juga beberapa cara lain diantaranya adalah
sinar laser, sinar electron, dan busur plasma. Penyambungan material dengan
cara ini mempunyai persyaratan material harus sama, karena untuk mendapatkan
sambungan yang sempurna suhu material harus sama, jika tidak proses
penyambungan tidak akan terjadi. Kelebihan metode pengelasan ini adalah proses
dan persiapan sambungan tidak rumit, beaya murah, pelaksanaannya mudah.
Kelemahannya adalah memerlukan juru las yang terampil, terjadinya HAZ yang
menyebabkan perubahan sifat bahan, dan ada potensi kecelakaan dan terganggunya
kesehatan juru las (Djamiko, 2008).
2.3 Reaksi
Kimia Selama Proses Las
Dalam
proses LSW bagian dari logam yang dilas harus dipanasi sampai mencair.
Pemanasan logam dengan temperature yang sangat tinggi ini dapat megakibatkan
terjadinya reaksi kimia antara logam tersebut dengan Oksigen dan Nitrogen yang
ada dalam udara. Jika selama proses las cairan logam las (welding pool)
tidak dilindungi dari pengaruh udara, maka logam akan bereaksi dengan Oksigen
dan Nitrogen membentuk Oxides dan Nitrides yang dapat menyebabkan
logam tersebut menjadi getas dan keropos karena adanya kotoran (slag
inclutions), sedangkan kandungan unsur Karbon dalam logam akan membentuk
gas CO yang dapat mengakibatkan adanya rongga dalam logam las (caviety) (Djamiko,
2008).
Reaksi
kimia lainnyapun bisa terjadi dalam cairan logam las (welding pool). Gas
Hydrogen dan uap air juga dapat menyebabkan cacat las (welding defect).
Hydrogen yang bereaksi dengan Oxides yang ada dalam logam dasar dapat
menyebabkan terjadinya uap yang mengakibatkan terjadnya porositas pada logam
lasan (Djamiko,
2008).

2.4 Melindungi Cairan Logam Las dari Pengaruh Udara Luar
Type energi
panas yang digunakan untuk pencairan logam dan teknik pelindungan cairan logam
las sangat berpengaruh terhadap perubahan komposisi kimawi dalam deposit logam
lasan. Ketika nyala oksidasi dalam las Karbit (Oxy-acetylene welding/OAW)
akan merubah besi menjadi Oxides sehingga deposit las keropos karena Oxides
tersebut tercampur di dalamnya. Untuk mengelas baja karbon akan lebih baik
bila digunakan nyala Netral. Pengelasan logam dengan OAW, cairan logam
dilindungi dari udara luar oleh reduksi gas hasil pembakaran gas Acetylene (Djamiko, 2008).
Dalam
teknik pengelasan SMAW, proses pelindungan logam lasan dilakukan dua
tahap. Ketika logam las dalam kondisi cair dilindungi oleh bermacam-macam gas
hasil pembakaran elektroda las dan ketika sedang membeku cairan ini dilindungi
oleh lapisan terak yang terbentu dari fluks yang membeku. Pelindungan
deposit logam las dalam pengelasan Metal inert gas (MIG) dan Tungsten
inert gas (TIG), terjadi karena sifat inert gas yang tidak dapat
mengikat elemen lain dalam udara sehingga tidak akan terjadi reaksi kimia. Jika
las MIG menggunakan gas pelindung CO2, akan terjadi proses deoksidasi
CO2 ketika terbakar dengan busur listrik, gas ini terpecah menjadi Karbon
monoksida (CO) dan Oksigen (O2). Oksigen yang lepas tidak bersentuhan dengan
logam lasan, sedangkan deoxidisers bereaksi dengan Oksigen membentuk lapisan slag
yang sangat tipis di atas permukaan deposit logam lasan (Djamiko,
2008). Dalam las OAW deposit logam lasan dapat dilindungi dari oksidasi
dan pengaruh reaksi kimia lainnya dengan menggunakan Flux. Flux merupakan
gabungan berbagai elemen yang berfungsi meminimalkan terjadinya oksidasi.
Komposisi kimia flux bervariasi tergantung jenis logam yang akan dilas.
2.5 Ruang Lingkup Pekerjaan Las
Industri
manufaktur tidak dapat terlepas dari penyambungan logam. Penyambungan logam
dilakukan dengan berbagai tujuan, diantaranya adalah untuk membuat suatu barang
yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik lain, memudahkan pekerjaan, serta
dapat menekan biaya produksi. Proses penyambungan logam yang banyak digunakan
dalam industri manufaktur adalah las. Pengelasan logam merupakan pilihan yang
cukup tepat. Pengelasan tidak membutuhkan waktu lama, konstruksi ringan,
kekuatan sambungan cukup baik, serta biaya relatif murah (Djamiko,
2008).
III.
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Perbengkelan dengan judul Pemotongan
Sudut Besi Siku ini
dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 20 Mei
2015 pukul 10:00 – 12:00 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan
Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.2 Alat
dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu mesin las busur listrik.
Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu besi siku.
3.3 Diagram Alir

![]() |
||
![]() |
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil
dari praktikum pengenalan las adalah:

Gambar
Besi siku yang sudah di las dengan membentuk segi empat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengertian Las Busur Listrik
Pada electric arc welding, energi
panas ditimbulkan oleh loncatan elektron dari elektroda las ke benda kerja. Besar kecilnya energi
dipengaruhi oleh arus & tegangan listrik, serta jarak (gap) antara
elektroda dengan benda kerja. Banyak pengelasan logam yang dilakukan dengan
metode ini, namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian,
yaitu: (1) flash butt, (2) consumable electrode, dan (3) non consumable
electrode.
4.2.2 Pengertian Pengelasan
Pengelasan merupakan kegiatan penyambungan bagian-bagian
besi dengan teknik pemancaran lelehan timah akibat pemanasan. Pengelasan
sendiri terbagi menjadi beberapa jenis yaitu las listrik dan las karbit. Tujuan
dari pengelasan sendiri adalah menyambungkan bahan besi mejadi satu kesatuan
yang utuh. Bagi pengelasan keahlian secara khusus sangat dibutuhkan karena ini
ada hubungannya dengan sengatan listrik. Percikan api yang timbul harus
dihindari oleh pengelas. Oleh karena itu dibutuhkan pakaian yang kuat dan
penutup muka. Prinsip las sendiri menggunakan arus listrik DC. Pada pengelasan
teknik mengelas tidak bisa langsung menempelkan elektroda ke bahan yang akan
disambung, karena akan lengket. Oleh karena itu pengelesan harus memilki jarak
antara elektroda dengan bahan.
4.2.3 Langkah Praktikum

Langkah praktikum untuk saat ini sebenarnya sama dengan
praktikum sebelumnya, hanya kali ini membentuk segi 4 bukan sudut 900.
Kegiatan pengelasan dimulai dengan mencocokkan hasil potongan besi yang akan disambung.
Setelah cocok lalu disiapkan las yang akan digunakan untuk mengelas. Setelah
itu besi di letakkan di besi penghantar arus pada las, lalu besi disikukan agar
pas pada ukuran yang diharapkan. Lalu pengelasan dimulai dengan mengelas dengan
teknik memberi titik-titik pada sambungan besi sampai tergandeng besi satu
dengan besi lainnya.
4.2.4 Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Mengelas
Dalam pengelasan hal yang perlu diperhatikan yaitu
keselamatan pengelas. Contohnya seperti penutup mata. Jika dalam megelas tidak
menggunakan penutup maka mata akan sakit atau penglihatan kabur sehingga
berdampak pada kesehatan mata kita sendiri. Sebaiknya jika mengelas menggunakan
penutup mata atau masker muka.
4.2.5 Perlengkapan Keamanan Saat Mengelas
Pada saat mengelas perlu diperhatikan juga kondisi
perlengkapan atau keamanan yang kita gunakan. Perlengkapan yang kita gunakan
bertujuan untuk melindungi diri kita dari percikan api yang timbul dari
pengelasan. Di bawah ini adalah peralatan yang perlu dibawa saat mengelas.
1.
Pakaian
terbuat dari bahan katun.
2.
Memakai
sarung tangan.
3.
Memakai
kacamata las.
4.
Memakai
sepatu tertutup.
4.2.6 Hasil Pengelasan
Hasil dari pengelasan sendiri bergantung pada cara
mengelasnya. Apabila mengelasnya dengan teknik menyambungkan titik-titik maka hasilnya
akaan kuat dan tidak mudah patah, namun jika masih ada celah antara pengelasan
hasilnya tidak akan sempurna.
4.2.7 Manfaat
Kegunaan dari besi yang sudah dilas membentuk segi 4
yaitu dapat digunakan sebagai alas pot bunga, kerangka, maupun kegiatan yang
membutuhkan penopang. Hal ini karena besi siku dalam dunia pertania biasa
digunakan sebagai rangka green house mini.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1.
Perlengkapan
saat mengelas pakaian terbuat dari bahan katun, memakai sarung tangan, memakai
kacamata las, memakai sepatu tertutup.
2.
Teknik
Pengelasan sendiri yaitu menggabungkan titik-titik lelehan menjadi satu dengan
cara berderet.
3.
Macam-macam
pengelasan yaitu las listrik dan las karbit.
4.
Hal
yang perlu diperhatikan saat mengelas yaitu menggunakan penutup muka dan
pakaian yang kuat dan tidak mudah bolong jika terkena percikan api.
5.
Hasil
dari pengelasan ditentukan dari kerapatan titik-titik pengelasan.
6.
Manfaat
dari besi yang sudah di las yaitu sebagai rangka, alas pot, maupun penopang.
DAFTAR PUSTAKA
Djamiko, Riswan Dwi, M.PD. 2008. Modul Teori Pengelasan
Logam. UNY,
Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment