LAS GAS (LAS ASETILIN)
LAS GAS (LAS ASETILIN)
(Laporan
Praktikum Mata Kuliah Perbengkelan)
Oleh:
Hendri
Setiawan
1314071028
LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengelasan yang banyak digunakan pada
saat ini yaitu pengelasan dengan cara mencairkan bahan dasar dan bahan tambah.
Las semacam ini sering disebut dengan las fusi. Las fusi dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu las busur listrik dan las gas. Las busur listrik masukan panas
diperoleh dari energi listrik. Apabila dua kutub listrik didekatkan maka akan
terjadi loncatan electron pada kedua permukaan tersebut dan akan meninmbulkan
panas yang akhirnya mampu melelehkan logam. Prinsip ini yang digunakan dalam
pencairan bahan dasar dan bahan tambah pada las busur listrik. Sedangkan las
gas sumber panas diperoleh dari pembakaran gas asitelilin dan gas oksigen.
Kedua gas ini membentuk campuran dan akan menghasil nyala api yang mampu
mencairkan logam dasar dan bahan tambah.
Dalam
proses penyambungan logam tidak cukup hanya dilihat dari bisa tidaknya benda
yang disambung melekat. Untuk mengetahui hasil yang lebih meyakinkan maka perlu
dilihat mengenai kekuatan sambungan, perubahan sifat pada daerah sambungan,
struktur pada sambungan dan fasa yang terbentuk pada daerah sambungan.
Berdasarkan fakta tersebut cukup menarik untuk meneliti karakteristik sambungan
besi tuang kelabu dengan menggunakan las gas oksi asitelin. Karakteristik yang
perlu diteliti meliputi bagaimana kekuatannya, apakah memenuhi standar kekuatan
material dasarnya. Selain itu juga perlu dilihat bagaimana kekerasan dan bentuk
struktur pada daerah sambungan, apakah getas, terjadi retakan atau tidak dan
fasa apa yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan penelitian karakteristik
sambungan besi tuang kelabu yang dilas dengan menggunakan las oksi asitelin.
1.2 Tujuan
a.
Mengetahui peralatan dan fungsi perlengkapan las gas.
b.
Mengoperasikan pembakaran dengan benar.
c.
Melakukan gerakan
dan posisi pengelasan dengan benar.
d.
Mengetahui
teknik penggunaan las gas.
I.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Las Gas Oksi-Asetilin
Las Gas adalah suatu proses pengelasan seni menyambung
dua logam atau lebih, dimana panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api
hasil pembakaran bahan bakar gas Oksigen (O2) dengan gas Asetilin (C2H2). Dalam
proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2)
dan gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memilikirumus kimia C2H2). Gas
Asetilin ini memiliki beberapa kelebihan antara lain, menghasilkan temperature
nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan
udara ataupun Oksigen. Sehingga bagian logam yang langsung terkena nyala api
panas akan mencair dan cairan itu akan menutupi antara dua bagian logam yang
akan disambung (Graham, 1990).
2.2 Bahan Bakar Gas
-
Asetilin ( C2H2 )
Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah suatu
hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena
merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom
karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan
rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp
untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak
pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180 (Smith, 1992)°.
-
Propan
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang
berwujud gas dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang
mudah dipindahkan
dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini
diturunkan dari produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas
alam. Propana umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque
(pemanggang), dan di rumah-rumah.
2.3 Peralatan Las Oksi – Asetilin
a. Silinder atau Tabung
Gas
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair
dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang
ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Ukuran
tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas
dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah
didalamnya berisi gas Oksigen atau Asetilen dapat dilihat dari tinggi tabung
Oksigen yaitu 1,4 m dan tabung Asetiline 1 m serta terdapat kode warna yang ada
pada tabung itu.
b. Katup Tabung
Katup tabung berfungsi pengatur keluarnya gas dari
dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas
dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material
Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material
Baja.
c. Regulator
Regulator ini juga berfungsi untuk mempertahankan
besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika
tekanan dalam tabung menurun, tekanan kerja harus dipertahankan tetap oleh
regulator.
d. Selang Karet Gas
Oksi-Asetilin
Selang Karet Gas Oksi-Asetilin Berfungsi untuk
mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju brander pembakaran. Untuk
memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak
mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang
dialirkan. Untuk memudahkan bagimana membedakan selang Oksigen dan selang
Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang.
e. Brander atau
Torch ( Pembakar )
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya
diteruskan oleh Brander atau Torch, tercampur didalamnya dan akhirnya pada
ujuang nosel terbentuk nyala api.
Brander atau Toch memiliki dua fungsi yaitu :
1.
Sebagai
pencampur gas oksigen dan gas asetilin.
2.
Sebagai
pembentuk nyala api diujung nosel.
f. Pematik atau
Korek Api Las
Alat yang berfungsi untuk menyalakan api pada ujung
pembakaran waktu memulai mengelas.
g. Kaca Mata Las
Kaca mata las berfungsi :
a. Melindungi mata terhadap radiasi sinar ultraviolet dan
inframerah,
b. Melindungi mata terhadap sinar yang tajam dan
menyilaukan, agar dapat
melihat benda
kerja dengan baik,
c. Melindungi mata terhadap bahaya percikan bunga api.
h. Kawat atau Bahan Tambah
Kawat atau Bahan Tambah digunakan sebagai bahan
pengisi benda kerja yang bercelah dan menambah kekuatan dalam pengelasan (Graham, 1990).
2.4 Proses Pengelasan Oksi - Asetilin
a. Menentukan Tekanan
Gas
Pengaturan tekanan yang disetel, tekanan gas yang
dianjurkan :
-
Oksigen bertekanan 2,5 bar (kg/cm2), untuk
semua pipa pembakaran
-
Asetilin bertekanan 0,5 bar (kg/cm2), disesuaikan dengan besar
kecilnya pipa pembakaran. Awas! Untuk asetilin tekanan maksimum 1,5 bar (kg/cm2).
b. Menyalakan Api Las
Gas
1. Pilih pipa pembakaran
yang sesuai dengan proses pengelasan,
2. Pasang pipa
pembakarnya harus erat, Jangan bocor !,
3. Arahkan pipa
pembakaran ke tempat yang aman,
4. Buka kran asetilin
kira – kira seperempat putaran secukupnya,
5. Nyalakan dengan api
pada mulut pembakaran,
6. Buka kran oksigen
kira – kira setengah putaran secukupnya,
7. Atur komposisi dan
volume api las yang dikehendaki,
8. Api las siap
digunakan.
c. Mengatur dan
Menentukan Nyala Api Las Gas
Pada nyala api las gas oksi-asetilin bisa diperoleh 3
jenis, yaitu :
No
|
Gambar
|
Penjelasan
|
1.
|
Nyala Api Netral
|
Nyala Api Netral merupakan hasil
pembakaran gas Oksigen dan Asetilin dengan perbandingan komposisi -+ 1:1
Nyala Api Netral dipakai untuk :
- Pengelasan biasa
|
2.
|
Nyala Api Karburasi
|
Nyala Api Karburasi merupakan Nyala api dimana perbandingan gas asetilin
lebih banyak dari gas oksigen.
Nyala Api Karburasi dipakai untuk :
-
Memanaskan,
-
Solder Lunak,
-
Pengelasan logam monel.
|
3.
|
Nyala Api Oksidasi
|
Nyala Api Oksidasi merupakan
Nyala api dimana perbandingan gas oksigen lebih banyak dari gas asetilin.
Nyala Api Oksidasi dipakai untuk
:
- Pengelasan kuningan dan perunggu.
-
|
Gambar Nyala Api Netral dan suhu yang dicapai pada
ujung pembakar.
d. Teknik Pengelasan
Macam – macam posisi pengelasan adalah sebagai berikut
:
1. Posisi pengelasan di
bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan
yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut
ujung pembakar(brander) terletak diantara 45° dan kawat las dimiringkan dengan
sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut
sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan.
Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya
adalah lurus.
2. Posisi pengelasan
mendatar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan
pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung
mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin.
Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di
bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di
atas garis mendatar.
3. Posisi pengelasan
tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan
berlangsung ke atas atauke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api
dan tempat sambunganyang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.
4. Posisi pengelasan di
atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit
dibandingkan dengan posisilainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan
pengelasan dilakukan daribawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander
dimiringkan 10° dari garisvertikal sedangkan kawat pengisi berada di
belakangnya bersudut 45°-60°.
5. Pengelasan arah ke
kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana
nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30°
terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah
pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan
tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
6. Pengelasan arah ke
kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada
arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan
baja yang tebalnya 4,5mm ke atas.
e. Macam – macam
Sambungan
Ada beberapa sambungan benda kerja pada las gas, yaitu
:
1. Sambungan Tumpul
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih sejajar pada kedua benda kerja
dalam posisi horizontal pada bidang datar.
2. Sambungan Tumpang
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih dalam posisi horizontal pada
keadaan tumpang tindih antara kedua benda kerja.
3. Sambungan T
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih secara horizontal dan vertikal
sehingga membentuk huruf T.
4. Sambungan Sudut Luar
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih dengan membentuk sudut dimana
sambungan terjadi di luar sudut tersebut.
f. Memadamkan Api
Las Gas
Cara untuk memadamkan Api Las Gas adalah :
1. Tutup kran Asetilin,
aliran gas asetilin terputus, maka api las padam,
2. Tutup kran Oksigen,
aliran gas oksigen terputus,
3. Penutupan kran jangan
dipaksakan.
g. Penutupan Kerja Las
Gas
Beberapa cara menutup Kerja Las Gas antara lain :
1. Padamkan api las,
2. Tutup kran-kran
tabung gas,
3. Buanglah sisa-sisa
gas melalui pipa pembakar,
4. Sekrup pengukuran dan
pengatur tekanan gas dikendorkan,
5. Letakkan atau gantung
pipa pembakar pada tempat yang aman,
6. Gulung selang saluran
gasnya.
(Smith, 1992)
2.5 Keuntungan Las Gas
Oksi-Asetilin
Terdapat beberapa keuntungan Las Gas Oksi-Asetilin
antara lain :
1. Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan
minimal/sedikit,
2. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan
teknik-teknik
pengelasanyang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari,
3. Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di
pabrik atau
dibengkel-bengkel
karena peralatannya kecil dan sederhana,
4. Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis
logam dapat
dilas danalat ini dapat digunakan untuk pemotongan
maupun penyambungan.
III. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Perbengkelan dengan judul Pemotongan
Sudut Besi Siku ini
dilaksanakan pada hari Jum’at
tanggal 12 Juni
2015 pukul 15:00 – 17:00 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan
Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu las gas, korek api..
3.3 Diagram Alir

![]() |
||
![]() |
IV.
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
4.1.1 Proses
Praktikum
Pada praktikum kali ini, kita akan melakukan praktikum
terhadap las gas asetilin. Mulamula asisten dosen melakukan pengenalan terhadap
bagian-bagian dari las gas kepada mahasiswa. Selanjutnya, setelah dirasa
mahasiswa sudah mengerti dengan penjelasan asisten maka akan dilakukan
praktikum pengenalan langsung ke alatnya.
Padapraktikum ini asisten meberi contoh praktikum dengan
kategori beberapa jenis api yang ditimbulkan dari gas. Setelah itu mahasiswa
mencoba satu per satu praktikum ini.
4.1.2 Nyala Api
Pada praktikum ini kita akan menguji 3 jenis api yang
dihasilkan dari las gas asetilin. Adapaun jenis api itu adalah sebagai berikut:
a.
Nyala
api netral
Nyala api ini digunakan untuk memanaskan permukaan benda
yang akan di las. Fungsi dari jenis api ini hanya sebatas memanaskan saja.
Ciri-ciri dari api ini yaitu masih dominan api, tidak berekor.
b.
Nyala
api karbon
Nyala api karbon digunakan sebagai mengelas maupun patri
keras. Api ini memiliki ciri-ciri berekor.
c.
Nyala
api oksidasi
Nyala api ini digunakan untuk memotong permukaan benda.
Api ini bercirikan adanya bunyi mendesis yang kencang.
4.1.3 Keselamatan Kerja
Untuk melindungi operator las dari bahaya yang dapat
ditimbulkan dari pengelasan maka perlu diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a)
Pakaian
Las
Pakaian harus terbuat darai bahan katun. Pakaian harus
menutupi badan.
b)
Sepatu
Las
Sepatu yang digunakan adalah sepatu dengan bahan tebal
dan kuat. Sebaiknya menutupu seluruh bagian kaki.
c)
Sarung
Tangan
Gunakan sarung tangan yang tebal agar tidak terkena
percikan api.
d)
Masker
Las
Masker las berfungsi untuk menghindari operator dari
debu.
e)
Kamar
Las
Kamar las harus dibuat dari bahan tahan api.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1.
Proses
pengelasan gas memiliki 3 jenis api yang keluar dari nozzle.
2.
Jenis-jenis
api tersebut adalah netral, karbon, oksidasi.
3.
Keselamatan
kerja yang harus dipakai yaitu pakaian las, sarung tangan, masker las, seatu
las, dan kamar las.
4.
Dalam
pengelasan gas yaitu berfungsi untuk menggabungkan dua bagian besi dengan cara
meleburkan kedua ujung bahan menjadi satu.
DAFTAR PUSTAKA
Graham
E. (1990). Maintenance Welding, Prentice-Hall Inc: New Jersey.
Smith,
F.J.M. (1992). Basic fabrication and welding engineering, Hong Kong:
Wing Tai Cheung Printing Co. Ltd.

0 comments:
Post a Comment