-->

Tuesday, March 24, 2015

ANALISIS KELAYAKAN PENGENDALIAN GULMA MENGGUNAKAN KNAPSACK HANDSPRAYER



ANALISIS KELAYAKAN PENGENDALIAN GULMA MENGGUNAKAN KNAPSACK HANDSPRAYER
(Laporan Analisis Mata Kuliah Ekonomi Teknik)

Oleh:
Kelompok
1.      Haposan Simorangkir              1314071027
2.      Hendri Setiawan                     1314071028
3.      Japen H Sigiro                         1314071030


download (13).jpg


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Analisis Pengendalian Gulma Menggunakan Knapsack Handsrpayer ini sebagaimana mestinya. Laporan ini ditulis guna memenuhi salah satu persyaratan lulus mata kuliah Ekonomi Teknik.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan, yaitu:
1.      Dr. Ir. Sigit Prabawa, M. Si. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Ekonomi Teknik.
2.      Dr. Ir. Agus Haryanto, M. S. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Teknik.
3.      Anna Ditya selaku asisten dosen mata kuliah Ekonomi Teknik.
4.      Mahasiswa Teknik Pertanian angkatan 2013.
Atas bantuannya serta dukungan yang mereka berikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.           
Makalah ini disusun berdasarkan data yang nyata dan didapat dari berbagai sumber. Isi dari laporan ini adalah tentang bagamana menyusun suatu proyek pengendalian gulma menggunakan knapsack handsprayer. Adanya kelebihan atau kekurangan dalam laporan ini hanya sebatas kesalahan teknis saja. Karena dalam menyusunnya kami masih menemukan kesulitan  di dalamnya. Harapan kami, laporan ini dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan yang dapat digunakan sebagai penelitian khususnya mengenai knapsack handsprayer.       
Demikian laporan tentang knapsack hand sprayer ini, kami sebagai penyusun laporan ini mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak kesalahan yang ditemukan. Sekian, kami ucapkan banyak terimakasih.

Bandar Lampung, 22 Desmber 2014
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL            ……………………………………………….........   i
KATA PENGANTAR         …………………………………………….   ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….   iii
I.          PENDAHULUAN    …………………………………………….   1
            1.1       Latar Belakang            …………………………………….   1
            1.2       Tujuan             …………………………………………….   2
            1.3       Manfaat           …………………………………………….   2
II.        TINJAUAN PUSTAKA      …………………………………….   3
III.       METODOLOGI       …………………………………………….   10
            3.1       Waktu dan Tempat     …………………………………….   10
            3.2       Alat dan Bahan           …………………………………….   10
            3.3       Metode Analisis          ………………………………….....   10
            3.4       Prosedur Analisis        …………………………………….   10
IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN        …………………………….   11
            4.1       Hasil    …………………………………………………….   11
                        4.1.1    Data Pengamatan        …………………………….   11
                        4.1.2    Analisis Ekonomi        …………………………….   11
                        4.2.3    Analisis proyek           …………………………….   15       
            4.2       Pembahasan    …………………………………………….   15
V.        KESIMPULAN        …………………………………………….   20
DAFTAR PUSTAKA          …………………………………………….   21
LAMPIRAN  …………………………………………………………….   23
  



I. PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Tentunya dalam hal ini masing-masik penduduk mempunyai komoditas jenis tanaman yang berbeda-beda. Dalam proses bertani tentunya memerlukan perawatan terhadap gulma tanaman yang menyebabkan hasil produksi tidak maksimal. Atas dasar tersebut, maka diperlukan adanya perawatan yang baik dalam tanaman pertanian agar didapatkan hasil pertanian yang berkualitas. Karena tanaman pertanian tidak terlepas dari hama dan penyakit serta gulma yang menyerang. Dalam menjaga kualitas tanaman pertanian yang baik, sehat harus diusahakan suatu pengendalian hama/penyakit tanaman serta gulma. Untuk memudahkan pengendalian tanaman terhadap gulma dan segala penyakit yang menyerang, tentunya membutuhkan alat pertanian yang cocok dan efisien dalam penggunaannya. Sebab jika menggunakan alat yang tidak cocok akan berdampak pada efek pengendalian hama yang tidak sempurna dan akan menurunkan hasil produksi. Oleh karena itu pada praktikum analisis pengendalian gulma kali ini kita akan melakukan analisis kelayakan terhadap alat tersebut. Alat pertanian yang akan di analisis yaitu knapsack handsprayer.
Praktikum analisis kali ini sangat erat hubungannya dengan studi praktikan.  Hal ini karena nantinya praktikan akan menemui peralatan maupun mesin-mesin tersebut di dalam kehidupan kerjanya. Dengan mempelajari praktikum analisis kali ini, maka praktikan diharapkan akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai knapsack handsprayer sehingga tidak akan mengalami kesulitan ketika nantinya sudah bekerja di bidang teknologi pertanian. Selain itu praktikan juga akan mendapatkan ilmu yang lebih, sehingga dalam masa perkuliahannya akan semakin mudah menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
1.2       Tujuan
1.      Mahasiswa mampu menganalisis kelayakan alat pertanian terhadap penggunaanya di bidang pertanian.
2.      Mengetahui kondisi layak dan tidak layak alat untuk aplikasinya pada bidang pertanian.
1.3       Manfaat
Pada praktikum analisis kali ini diharapakan dapat membuat mahasiswa bisa mendapatkan kondisi yang layak serta tidak layaknya terhadap penggunaan knapsack handsprayer dalam pengendalian gulma. Selain itu diharapkan juga mengetahui jenis-jenis Knapsack handsprayer yang digunakan dalam proses pengendalian gulma.














II. TINJAUAN PUSTAKA

Sprayer adalah salah satu dari penggunaan mesin secara umum untuk bahan kimia cair untuk pengendalian gulma dan serangga. Pupuk cair juga dapat menggunakan sprayer. Tipe dari penyemprotan pertanian digolongkan berdasarkan tujuan pemakaian, penggunaan bahan kimia, dan tekanan dari sprayer (Jacobs,1983).
Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot (Kastaman, 2002).
Faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas penggunaan sprayer. Faktor yang berasal dari peralatan sendiri, yaitu lebar nozzle, tekanan, bentuk nozzle. Faktor yang ditentukan oleh cairannya adalah viskositas, harga kerapatan cairan, dan tegangan muka sangat mempengaruhi bentuk ukuran butiran maupun penyebaran butirannya. (Ciptohadijoyo, 2003).
Ditinjau dari sumber daya penggeraknya, sprayer dibedakan menjadi dua, yaitu sprayer yang digerakkan dengan sumber daya penggerak manusia dan sprayer yang digerakkan dengan daya penggerak motor (Ciptohadijoyo, 1998). Kemudian apabila ditinjau dari ukuran dan prinsip kerjanya, sprayer dapat digolongkan sebagai berikut (Irwanto, 1980) :
ü  Sprayer Hidraulik
Pada tipe hidraulik tekanan di dalamnya berasal dari kerja pompa pada bahan semprotan yang cair. Tekanan yang terjadi mendesak cairan melalui nozzle yang memecah semprotan ke dalam tetes-tetes kecil dengan ukuran yang tepat dan memancarkannya dalam pola semprot yang diinginkan. Tenaga yang cukup besar juga diberikan pada tetes-tetes semprotan untuk membawa tetes-tetes itu dari nozzle ke permukaan yang diberi perlakuan.
ü  Sprayer Hidropneumatik
Sprayer tipe ini mempunyai kisaran penggunaan kira-kira sama dengan penyemprot tekanan rendah volume rendah yang telah dipertelakan sebelumnya. Cairan semprotan dibawa di dalam tangki bertekanan dan tekanan penyemprotan diberikan oleh kompresor udara yang digerakkan oleh mesin. Pengadukan dilakukan dengan pengadukan mekanik atau dengan pipa udara yang mengeluarkan udara di bawah permukaan cairan di dalam tangki.
ü  Sprayer Tiup
Sprayer tiup juga dikenal sebagai penyemprot konsentrat atau penyemprot kabut. Dikembangkan untuk pemberian pestisida dalam bentuk yang pekat. Penyemprot ini digunakan untuk penyemprotan kebun pohon buah-buahan yang luas, pohon peneduh yang besar, sayuran, serta tanaman budidaya tertentu lainnya.
ü  Sprayer Aerosol
Sprayer ini menyebarkan bahan semprotan dalam bentuk tetes-tetes yang sangat halus (diameter 1-50 mikron) yang bertahan di dalam udara dalam waktu yang cukup lama. Pembunuhan serangga dengan alat ini bergantung pada tersentuhnya oleh insektisida di udara karena lazimnya tidak ada atau sangat kecilnya pengaruh aksi-aksi bahan kimia. Alat ini digunakan untuk pengendalian sementara nyamuk dewasa, lalat, dan serangga lain sejenisnya.
Alat penyemprot hama dan penyakit. Sprayer berfungsi untuk memecah zat cair menjadi partikel- partikel kecil dengan ukuran yang efektif dan menyebarnya secara merata pada permukaan atau ruangan yang akan dilindungi, dan mengatur jumlah pestisida/insektisida untuk mencegah penggunaan yang berlebihan yang akan merusak atau terbuang (Daywin, 1977).
Menurut tekanan yang digunakan, sprayer dapat digolongkan sebagai berikut (Purwadi, 1999) :
a)      Tekanan rendah
b)      Tekanan 20 – 30 kg/cm2
c)      Tekanan 30 – 40 kg/cm2
d)     Tekanan 40 – 50 kg/cm2
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan nozzle : Tipe pekerjaan penyemprotan, yaitu padang penggembalaan penyemprotan gulma, insektisida, dan lain-lain, jumlah larutan semprotan total yang harus diberikan per akre untuk tiap penyemprotan, jarak antar larikan dan jumlah nozzle yang digunakan per larik, jika penyemprotan harus dilakukan terhadap tanaman larikan, jarak antar nozzle semprot jika keseluruhan areal, seperti dalam pekerjaan di lahan penggembalaan harus disemprot, tipe pola semprotan yang diinginkan, seperti tipe kipas atau kerucut, perkiraan kecepatan yang harus ditempuh, dan perkiraan tekanan yang harus digunakan. (Smith, 1955).
Kalibrasi adalah usaha untuk menentukan atau memperbaiki pada ukuran yang sesuai. Dalam hal ini kalibrasi berhubungan dengan penggunaan volume bahan kimia yang akan disemprotkan persatuan luas, sesuai yang diinginkan. Kalibrasi ini bisa dilakukan dengan cara laboratorium atau dengan efektif di lapangan (Purwadi, 1999).
Klasifikasi Manfaat dan Biaya
Dalam menentukan manfaat dan biaya suatu program atau proyek harus dilihat secara luas pada manfaat dan biaya sosial dan tidak hanya pada individu saja. Oleh karena menyangkut kepentingan masyarakat luas maka manfaat dan biaya dapat dikelompokkan dengan berbagai cara (Mangkoesoebroto, 1998; Musgrave and Musgrave, 1989):
1.      Real (Riil)
·         Primer-Sekunder
·         Tangible-Intangible
·         Internal-Eksternal
2.      Semu (Pecuniary)
·         Primer
Salah satunya yaitu mengelompokkan manfaat dan biaya suatu proyek secara riil (real) dan semu (pecuniary). Manfaat riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi pihak lain. Manfaat semu adalah yang hanya diterima oleh sekelompok tertentu, tetapi sekelompok lainnya menderita karena proyek tersebut. Manfaat riil dibedakan lagi menjadi langsung/primer dan tidak langsung/sekunder (direct/primary dan indirect/secondary). Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan manfaat adalah hanya kenaikan hasil atau kesejahteraan yang diperhitungkan sedangkan kenaikan nilai suatu kekayaan karena adanya proyek tersebut tidak diperhitungkan. Misalnya pada proyek dam maka kenaikan harga tanah disekitar proyek tidak dimasukkan dalam manfaat dari proyek tersebut. Hal ini karena perhitungan kenaikan produktivitas tanah dan kenaikan harga tanah menyebabkan perhitungan ganda dari manfaat adanya proyek tersebut (Prasetya, 2012).
Manfaat langsung berhubungan dengan tujuan utama dari proyek atau program. Manfaat langsung timbul karena meningkatnya hasil atau produktivitas dengan adanya proyek atau program tersebut. Misalnya proyek pembangunan dam untuk mengairi sawah. Manfaat langsung adalah kenaikan hasil sawah karena kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambah baiknya pengairan sawah. Dalam menentukan manfaat ini akan timbul masalah apabila suatu proyek juga memberikan manfaat kepada proyek lain. Sebagai contoh, sebuah jalan dibangun untuk proyek dam dan proyek tenaga listrik. Perhitungan manfaat dari jalan tersebut harus dibagi antara kedua proyek tersebut (Prasetya, 2012).
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tidak secara langsung disebabkan karena adanya proyek yang akan dibangun atau merupkan hasil sampingan. Dalam hal proyek di atas manfaat tidak langsungnya adalah kenaikan produktivitas tanah di luar area pengairan dari dam tersebut. Manfaat tidak langsung ini dapat menjadi luas sekali, tergantung dari sejauh mana memasukkan manfaat tidak langsung ke dalam analisis. Adanya dam juga dapat pula memberikan manfaat lain seperti sebagai tempat rekreasi, pusat tenaga listrik, tempat penghijauan dan sebagainya. Semua manfaat tidak langsung ini dapat dimasukkan ke dalam perhitungan manfaat dari proyek yang akan dibangun pemerintah (Prasetya, 2012).
Konsep Analisis Manfaat dan Biaya
Dalam melaksanakan analisis terutama pada proyek yang mempunyai umur ekonomis yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat yang berbeda-beda maka harus memperhitungkan konsep nilai uang. Analisis harus dilakukan dengan menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan dihitung dalam nilai sekarang.
a)      Konsep Future Value (Nilai Uang yang Akan Datang)
Apabila mempunyai uang sebesar Rpn yang kita bungakan terus menerus dengan tingkat bunga sebesar 10 persen setahun, maka hasil setiap tahun adalah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dengan anggapan bunga yang diterima pada suatu saat dipinjamkan kembali (sistem bunga berbunga).

Tabel 2. Hasil Bunga Berbunga Uang Sebesar RpU,-

Akhir tahun

Jumlah uang



0

U
1
U + U x 10% = (1 + 0,1) U
2
U (1 + 0,1) + U (1 + 0,1) x 10% = U (1 + 0,1)2
3
U (1 + 0,1)2
+ U (1 + 0,1)2 x 10% = U (1 + 0,1)3
.


.


N
U (1 + 0,1)n-1
+ U (1 + 0,1)n-1 x 10% = U (1 + 0,1)n




Sumber: Mangkoesoebroto, 1998

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa uang sebesar RpU,- pada tahun ke n akan bernilai sebesar U (1+0,1)n. Dengan analisis seripa maka kita tahu apabila kita mempunyai uang sebesar Rp5 juta kita bungakan terus menerus selama 30 tahun, pada akhir tahun ke-30 akan bernilai 5 (1,10)30 atau sebesar Rp87 juta.
Rumus umum penghitungan nilai akan datang (future value):

Pn = Po (1 + i)n
di mana:

Pn       = nilai uang di masa datang
Po        = nilai uang sekarang
I           = tingkat bunga
n          = tahun
b)      Konsep Present Value (Nilai Uang Sekarang)
Karena sifat manusia yang myopic tersebut maka uang yang akan kita terima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan apabila jumlah uang tersebut kita terima saat ini. Berapa nilai sekarang dapat dihitung dengan menggunakan konsep present value (nilai uang sekarang).
Apabila kita menerima uang sebesar RpU,- yang diterima pada n tahun yang akan datang, maka penghitungan nilainya sekarang (Po) dari uang tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Po = U / (1 + i)n

di mana:
Po        = nilai uang sekarang
U         = jumlah uang yang akan diterima 30 tahun yang akan datang
i           = tingkat bunga
n          = tahun
Sebagai contoh, apabila kita akan menerima uang sebesar Rp5 juta pada lima tahun yang akan datang, maka nilai uang tersebut sekarang adalah tidaklah sebesar Rp5 juta, akan tetapi sebesar Rp5 / (1+0,10)5 atau hanya sebsar Rp3,10juta.
Dari analisis di atas dapat kita ketahui bahwa dalam melaksanakan evaluasi atas suatu proyek, terutama pada jenis proyek yang mempunyai umur ekonomis yang relatif panjang dan memberikan manfaat serta menimbulkan biaya pada saat yang berbeda-beda, maka dalam mengevaluasinya kita harus mempertimbangkan faktor-faktor di atas, yaitu kita menghitung seluruh manfaat dan biaya dari suatu proyek selama umur proyek yang bersangkutan dan kita hitung nilainya sekarang (Prasetya, 2012).





















III. METODOLOGI

3.1       Waktu dan Tempat
Kegiatan analisis dan penyusunan laporan dengan judul Analisis Kelayakan Pengendalian Gulma Menggunakan Knapsack Handsprayer ini dilakukan di Bandar Lampung mulai dari bulan September sampai November 2014.
3.2       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan analisis ini adalah laptop, alat tulis, kalkulator.
3.3       Metode Analisis
Metode yang digunakan pada kegiatan analisis ini yaitu menggunakan metode sinking fund. Serta data-data yang diolah berasal dari hasil wawancara dengan petani maupun toko tempat menjual alat pertanian, pencarian dari internet, dan asumsi-asumsi yang masih dalam lingkup wajar.
3.4       Prosedur Analisis
Adapun prosedur yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:


 















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil
Hasil yang didapat dari kegiatan analisis kelayakan ini berupa data yang diperoleh tentang alat pengendali gulma yaitu knapsack handsprayer, analisis biaya terhadap alat dan analisis kelayakannya untuk mengendalikan gulma.
4.1.1    Data Pengamatan
Dari hasil studi pustaka melalui wawancara terhadap knapsack handsprayer, maka didapat data sebagai berikut:
KOMPONEN
NILAI
SATUAN


Harga Awal (P)
300.000
Rp

Nilai Akhir (S)
30.000
Rp

Umur Ekonomis (N)
5
Tahun

Jam Kerja Per Tahun (Wt)
1.760
Jam/Tahun

Kapasitas Kerja (k)
0
Ha/Jam

Tingkat Suku Bunga (i)
12
%

Persentase Asuransi (i)
5
%

Upah Operator (Uop)
6.500
Rp/Jam

Harga Tetapan x
2


Harga Tetapan y
15


Harga Sewa Penyemprotan Gulma Pertama
60.000
Rp/Ha


4.1.2    Analisis Biaya/Ekonomi
Dari data yang sudah diperoleh melalui wawancara kepada petani maupun toko-toko yang menjual alat pertanian yaitu knapsack handsprayer, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung analisis biaya/ekonomi dan analisis proyek dengan menggunakan metode sinking fund. Tujuan analisis ini yaitu untuk memperoleh biaya pokok dari alat knapsack handsprayer ini. Perhitungan biaya adalah sebagai berikut:
4.1.2.1 Biaya Tetap
Komponen dari biaya tetap adalah biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi, biaya pajak, dan biaya bangunan dan garasi.
a)      Biaya Penyusutan
(A/F,12%,5) = 0,157409732
(F/P.12%,5)  = 1,12
Dn = (P-S) (A/F,12%,5) (A/P,12%,5)
     = (300.000-30.000)( 0,157409732)( 1,12)
            = Rp 47600,70294/Tahun.
Dari perhitungan dihasilkan biaya penyusutan adalah sebesar Rp47600,70294 /Tahun.
b)     Biaya Bunga Modal dan Asuransi
30600/Tahun.
Dari perhitungan besar bunga modal dan asuransi adalah 30.600/Tahun.
c)      Pajak
Pajak dalam analisis kali ini dianggap memiliki nilai nol, karena alat pertanian tidak menggunakan pajak.
d)     Biaya Bangunan/Garasi
3000
Biaya garasi bernilai 0,5-1 % dari harga awal. Untuk analisis kali ini kita asumsikan 1 % dan setelah dihitung mendapatkan hasil sebesar Rp 3000,-.
Dari perhitungan di atas bisa dihitung biaya tetapnya. Maka, biaya tetap dari knapsack handsprayer adalah penjumlahan dari biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi, pajak, dan biaya garasi.
3.000)
                                             =  Rp 81.200,70294
4.1.2.2 Biaya Tidak Tetap
Pada perhitungan biaya tidak tetap ini kita akan menggunakan rumus untuk alat. Komponen dari biayatidak tetap yaitu biaya perbaikan dan pemeliharaan alat, biaya suku cadang, dan biaya operator. Adapun perhitungan biaya tidak tetap untuk knapsack handsprayer adalah sebagai berikut:
a.      Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan
       
        = Rp 57.024
Hasil dari perhitungan didapat biaya PPa sebesar Rp 57.024.
b.      Biaya Suku Cadang
24.000
Biaya suku cadang yang didapat yaitu sebesar Rp 24.000.
c.       Biaya Operator
11.440.000/Tahun
Biaya operator yang dikeluarkan pertahunnya adalah sebesar 11.440.000.
Dari data perhitungan di atas biaya total dari biaya tidak tetap adalah sebagai berikut:
         11.440.000)
         =  Rp 11.521.024

ü  BIAYA TOTAL
Maka biaya total untuk analisis biaya ini adalah sebagai berikut:
     
11.521.024)
11.602.224,7

ü  BIAYA POKOK
Biaya pokok adalah biaya yang dikeluarkan per unit produk. Maka biaya pokok dari knapsack handsprayer adalah:
      Rp 52.737,38501
Adapun perhitungan analisis biaya atau ekonomi dari pengendalian gulma menggunakan knasack handsprayer ini sudah terselesaikan di atas. Hasil dari perhitungan kita yaitu biaya pokok. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan per unit produk.


4.1.3    Analisis Proyek
Analisa proyek dilakukan untuk mengetahui proyek layak atau tidak untuk dilaksanakan. Untuk mengetahui proyek layak atau tidak kita harus tahu nilai dari NPV, IRR, serta B/C Ratio dan analisis sensitif dari data yang mendukung untuk proyek ini. Dari perhitungan anilisis biaya di atas maka di dapat nilai-nilai tersebut yang terperinci di bawah ini:
ü  Nilai NPV
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan tabel arus kas maka didapat nilai NPV sebesar Rp 1.794.368,545. Jika menggunakan cara kedua hasilnya pun juga menunjukkan nilai yang sama. Perhitungan ini menggunakan discount factor  12% dan dengan hasil ini proyek dinyatakan layak.
ü  Nilai IRR
Pada perhitungan IRR kita menggunakan tabel arus kas dan pada kasus ini terdapat kasus bahwa IRR memiliki nilai tak terhingga, karena rentan discount factor dan NPV bernilai positif terus. Maka dari nilai NPV yang positif terus proyek sangat menguntungkan.
ü  Nilai B/C Ratio
Dari perhitungan B/C ratio didapatkan hasil sebesar 1,043. Hasil ini melebihi angka satu yaitu batas dari proyek layak. Oleh karena nilai B/C Ratio lebih besar dari 1 maka proyek dinyatakan layak.

4.2       Pembahasan
Langkah Analisis
Pada  tugas akhir mata kuliah Ekonomi Teknik yaitu membuat laporan analisis tentang kelayakan pengendalian gulma menggunakan knapsack handsprayer ini kami banyak melalui tahap-tahapan dalam menyelesaikannya. Kegiatan dimulai dengan mencari data dari alat yang ingin kita analisis kinerjanya terhadap kegunaan alat. Pada kali ini alatnya yaitu Knapsack Hansprayer. Setelah data terkumpul yang bersumber dari wawancara dan searching di internet kami memulai perhitungan analisis biaya atau ekonomi dengan menggunakan metode penyusutan sinking fund. Dalam perhitungan analisis biaya banyak komponen biaya yang harus dihitung, dan komponen tersebut terbagi atas biaya tetap (BT) dan biaya tidak tetap (BTT). Biaya tersebut akan dapat menentukan biaya pokok (B) dari alat tersebut. Setelah terhitung biaya pokok alat tersebut, maka selanjutnya kita akan menghitung analisis proyek dengan komponen Biaya dan manfaat. Dari perhitungan analisis proyek inilah kita akan mengetahui proyek layak atau tidak dengan kriteria nilai NPV, IRR, dan B/C Ratio. Pada kasus ini proyek yang kami analisis memiliki kriteria proyek yang layak dilaksanakan.
Analisis biaya
Pada analisis biaya, komponen yang dihitung pertama yaitu penyusutan yang terjadi setiap tahunnya. Metode penyusutan dibagi menjadi empat yaitu Metode Garis Lurus (Straight Line method), Metode Penjumlahan Angka Tahun (Sum Of The Year Digits Method), Metode Keseimbangan Menurun Berganda (Double Declining Balance Method), Metode Sinking Fund (Sinking Fund Method) (Prabawa, 2013). Dalam proyek kali ini kami menggunakan salah satu metode yaitu metode sinking fund. Metode ini adalah metode yang paling mendekati nilai sebenarnya. Sebelum menghitung analisis biaya tentunya ada komponen-komponen dari analisis biaya ini. Komponen-komponen itu yaitu dikelompokkan dalam Biaya Tetap (BT) dan Biaya Tidak Tetap (BTT).
Pada biaya tetap kali ini terdiri dari biaya penyusutan (Dn), Biaya bunga modal dan asuransi (I), Biaya bangunan atau garasi (BG). Untuk alat petanian biaya pajak dianggap memiliki nilai nol (0). Pada perhitungan biaya penyusutan ini merupakan nilai yang turun akibat dari pemakaian atau umur pakai bertambah. Setelah dihitung dengan menggunakan metode sinking fund, biaya penyusutan knapsack handsprayer yaitu sebesar Rp 47.600,70294/ tahun. Nilai ini adaah nilai yang cukup besar untuk nilai penyusutan harga. Untuk perhtungan biaya bunga modal dan yang harus dikeluarkan tiap tahunnya yaitu sebesar Rp 30.600/ tahun. Dalam hal ini ita menggunakan discount rate sebesar 12% dan asuransi sebesar 5%. Untuk biaya pajak bernilai nol karena alat pertanian kebanyakan tidak memakai pajak dan dalam analisis ini kita anggap nol. Untuk biaya garasi berkisar antara 05-1 % dari harga awal (P). Setelah dihitung dengan menggunakan 1 % dari harga awal yaitu sebesar Rp 3.000. total biaya tetap (BT) alat yaitu sebesar Rp 81.200,70294.
Pada biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan dan pemeliharaan (PPa), biaya suku cadang (SCa), dan biaya operator (BO). Pada biaya tidak tetap menggunakan rumus untuk alat, karena kita menganalisis alat dan bukan menganalisis mesin. Untuk perhitungan biaya pemeliharaan didapat nilai sebesar Rp 57.024. nilai ini cukup besar untuk biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan. Untuk biaya suku cadang alat setelah dihitung memiliki nilai sebesar Rp 24.000. biasanya tidak banyak yang diganti dari knapsack handsprayer ini. Mungkin hanya penggantian dibagian knpsack dan alat penyemprotnya. Untuk biaya operator kita menggunakan upah umum pada masyarakat. Biasanya petani mengupah orang yang menyemprt dengan knapsack handsprayer ini sebesar Rp 50.000 per hari. Oleh karena itu, setelah dihitung dengan menggunakan kapasitas 8 jam kerja per hari maka didapat biaya opertor sebesar Rp 11.440.000/ tahun. Dari komponen di atas maka didapat jumlah biaya tidak tetap (BTT) alat sebesar Rp 11.521.024/ tahunnya. Ternyata pengeluaran tidak tetap masih terlalu besar untuk kriteria alat sedang seperti knapsack hansprayer.
Dari komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap menghasilkan biya total dari alat selama satu tahun atau tahun pertama. Jumlah nilai tersebut yaitu sebesar Rp 11.602.224,7 tiap tahunnya. Nilai cukup besar untuk alat pertanian yang harga ekonomisnya kecil. Dari komponen biaya tetap ini bisa dihitung biaya pokok alat per hektarnya. Biya pokok adalah biaya yang dikeluarkan per unit produk. Dari hasil yang sudah dihitung menghasilkan biaya pokok sebesar Rp 52.737,38501 per hektar.
Biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan suatau alat/mesin pertanian untuk setiap unit produk. Sebagai contoh biaya pengolahan tanah perhektar (Rp/Ha), biaya penggilingan padi per kg (Rp/kg). Jika terdiri dari beberapa alat mesin mesinmaka biaya pokok merupakan gabungan. Perhitungan biaya pokok bersangkutan dengan kapasitas mesin dalam perhitungannya (Prabawa, 2013).
Biaya pokok knapsack handsprayer ini lebih rendah jika dihitung dengan metode sinking fund dan dibandingkan dengan metode lainnya. Hal ini bisa dilihat pada tabel analisis biaya.
Tabel Biaya Pokok Knapsack Handsprayer Dengan Macam-Macam Metode.
BIAYA POKOK
NILAI
SATUAN
Metode Garis Lurus
52861.47558
Rp/Ha
Motode Penjumlahan Angka Tahun
52848.29091
Rp/Ha
Metode Kesetimbangan Menurun Berganda
53066.47273
Rp/Ha
Metode Sinking Fund
52737.38501
Rp/Ha

Dari perhitungan analisis biaya diatas bisa dilihat bahwa alat kecil pun menghasilkan biaya yang besar setiah tahunnya. Tujuan dari analisis tersebut yaitu meraih keuntungan dari proyek yang dilaksanakan. Jika pada knapsack handsprayer ini memiliki potensi keuntungan, karena biaya sewa dari knapsack ini lumayan besar dan pengeluaran dari alat ini sedikit. Oleh karena itu, dari situ bisa dipastikan proyek layak.
Analisis proyek
Pada kali ini kita akan membahas analisis proyek pada alat pertanian yaitu knapsack handsprayer. Tujuan analisis ini yaitu ingin melihat bahwa proyek layak apa tidak. Namun sebelum itu kita harus tahu apa yang dimaksud proyek itu sendiri. Menurut Sigit Prabawa (2013) proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan sejumlah sumber daya untuk memperoleh suatu manfaat (Benefit). Hal ini selaras dengan tujuan kami yaitu ingin mengetahui bahwa proyek yang kami analisis ini layak apa tidak.
Pada kegiatan analisis kali ini knapsack handsprayer sebagai bahan kami. Mulai dari biaya investasi yang dibutuhkan sampai hasil yang dikeluarkan dari alat akan kami jelaskan di bawah ini. Pada knapsack handsprayer biaya investasi atau cost, diambil dari biaya total alat setiap tahunnya. Biaya tersebut adalah Rp 11.602.224,7. Biaya ini cukup besar untuk alsintan kecil. Dan manfaat pada analisis ini diambil dari biaya upah operator dikali tetapan x untuk alsintan dan dikali dengan harga sewa alat. Biaya tersebut menghasilkan Rp 12.100.000,00. Hasil ini tentunya menentukan proyek layak atau tidak.
Kriteria menentukan proyek layak atau tidak ada tiga yaitu:
ü  NPV
ü  IRR
ü  B/C Ratio
NPV
NPV sendiri adalah perbedaan nilai sekarang dari manfaat biaya. Jika NPV dihasilkan memiliki nilai yang negatif maka proyek mengalami kerugian. Dan jika proyek mengalami keuntungan maka akan ditandai dengan hasil NPV positif. Pada analisis kali ini jika manfaat dikurang dengan biaya investasi maka hasilnya akan positif. Selanjutnya akan dikalikan dengan discount faktor setiap tahunnya selama 5 tahun. Dan untuk proyek kali ini dinyatakan layak untuk diteruskan. NPV tersebut adalah sebesar Rp 1.794.368,545.
IRR
Pada analisis dengan IRR ini mempunyai syarat proyek layak yaitu IRR lebih besar dari tingkat discount rate. IRR sendiri adalah tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu proyek. IRR juga merupakan tingkat bunga dimana NPV bernilai nol. Namun pada kasus analisis kami saat ini NPV akan bernilai positif terus walaupun discount rate memakai 100%. Hal ini menunjukkan proyek akan sangat menguntungkan.
B/C Ratio
B/C Ratio merupakan Manfaat dibagi dengan biaya. Jika B/C Ratio menunjukkan nilai lebih besar sama dengan 1 maka proyek dinyatakan layak. Pada analisis saat ini knapsack handsrpayer dinyatakan layak karena menghasilkan B/C ratio melebihi angka 1. Yaitu sebesar 1,043.
Kendala yang dihadapi saat melakukan analisis yaitu sering tidak telitinya dalam memasukkan angka ke dalam excel maupun perhitungan. Inilah yang mengakibatkan proyek tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu faktor kelelahan menjadi fokus utama, karena terlalu banyak angka yang dihitung. Sedangkan keuntungan dari kegiatan ini adalah dapat memperoleh informasi mengenai alsintan maupun teknologi pertanian.

V. KESIMPULAN

Bedasarkan analisis yang telah dilakukan  maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.      Biaya total pengendalian gulma dengan knapsack handsprayer menggunakan metode sinking fund yaitu sebesar Rp 11602224.7/tahun.
2.      Biaya pokok pengendalian gulma dengan knapsack handsprayer menggunakan metode sinking fund yaitu sebesar Rp 52737.38501/Ha.
3.      Dari perhitungan analisis biaya didapat NPV bernilai posotif, IRR melebihi batas proyek layak yaitu discount rate, dan B/C Ratio melebihi satu.
4.      Berdasarkan kriteria proyek layak yaitu NPV, IRR, dan B/C Ratio menunjukkan nilai yang melebihi batas atau positif maka proyek dinyatakan layak.
5.      Kendala yang dihadapi saat menyusun laporan analisis ini adalah tidak teliti memasukkan angka dalam perhitungan.
6.      Keuntungan analisis ini adalah mengetahui teknologi pertanian serta mengenal alsintan.









DAFTAR PUSTAKA

Ciptohadijoyo, Sunarto. 2003. Hand Out Mata Kuliah Mesin Produksi Pertanian.
Yogyakarta:Fakultas Teknologi Pertanian.
Daywin, Frans J..1977. Teknik Budidaya Pertanian. Departemen Mekanisasi
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan THP Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Irwanto, Kohar. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, Departemen Mekanisasi Pertanian: Bogor.
Jacobs,O.Clinton.,William R. Harrel,  1983, Agricultural Power and Machinery,
Gregg Division McGraw-Hill Book Company, USA
Kastaman, Roni, Wahyu Daradjat dan Entun Santosa. 2002. Aplikasi Alat Penyemprot Listrik-Statik Sistem Butiran Terkontrol. (diakses    tanggal
YmuosTnc0J:resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/No.03%2520paperskimRoni2.pdf+fungsi+sprayer&cd=11&hl=id&ct=lnk&gl=id&client=firefox-a).
Prasetya, Ferry, SE., M.App Ec. 2012. Modul Ekonomi Publik Bab VI Analisis
Biaya dan Manfaat. Universitas Brawijaya: Malang.
Purwadi, Tri, Ir. M. Eng. 1999. Mesin Tanam dan Mesin Pemeliharaan Tanaman. Program Studi Teknik Pertanian. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Smith, Harris P. 1935.  Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.



































LAMPIRAN



































A.    Lampiran Excel
Analisis Pengendalian Gulma Dengan Knapsack Handsprayer


NO
PARAMETER
NILAI
SATUAN


1
Harga Awal (P)
300,000
Rp

2
Nilai Akhir (S)
30,000
Rp

3
Umur Ekonomis (N)
5
Tahun

4
Jam Kerja Per Tahun (Wt)
1,760
Jam/Tahun

5
Kapasitas Kerja (k)
0.125
Ha/Jam

6
Tingkat Suku Bunga (i)
12
%

7
Persentase Asuransi (i)
5
%

8
Upah Operator (Uop)
6,500
Rp/Jam

9
Harga Tetapan x
2


10
Harga Tetapan y
15


11
Harga Sewa Penyemprotan Gulma Pertama
55,000
Rp/Ha



(A/P,12%,5) atau crf
0.277409732

(A/F,12%,5)
0.157409732

(F/P,12%,5)
1.12


V1
180000

V0
300000


BIAYA TETAP
NILAI
SATUAN
1. Biaya Penyusutan


   a. Metode Garis Lurus
74900.62762
Rp/Tahun
   b. Metode Penjumlahan Angka Tahun
72000
Rp/Tahun
   c. Metode Kesetimbangan menurun   
       Berganda
120000
Rp/Tahun
   d. Metode Sinking Fund
47600.70294
Rp/Tahun
2. Biaya Bunga Modal dan Asuransi
30600
Rp/Tahun
3. Pajak
0
Rp/Tahun
4. Biaya Garasi
3000
Rp/Tahun

TOTAL BIAYA TETAP
NILAI
SATUAN
Metode Garis Lurus
108500.6276
Rp/Tahun
Motode Penjumlahan Angka Tahun
105600
Rp/Tahun
Metode Kesetimbangan Menurun Berganda
153600
Rp/Tahun
Metode Sinking Fund
81200.70294
Rp/Tahun

BIAYA TIDAK TETAP
NILAI
SATUAN
Biaya Perbaikan Dan Pemeliharaan
57024
Rp/Tahun
Biaya Suku Cadang
24000
Rp/Tahun
Biaya Operator
11440000
Rp/Tahun
TOTAL BIAYA TIDAK TETAP
11521024
Rp/Tahun

BIAYA TOTAL
NILAI
SATUAN
Metode Garis Lurus
11629524.63
Rp/Tahun
Motode Penjumlahan Angka Tahun
11626624
Rp/Tahun
Metode Kesetimbangan Menurun Berganda
11674624
Rp/Tahun
Metode Sinking Fund
11602224.7
Rp/Tahun

BIAYA POKOK
NILAI
SATUAN
Metode Garis Lurus
52861.47558
Rp/Ha
Motode Penjumlahan Angka Tahun
52848.29091
Rp/Ha
Metode Kesetimbangan Menurun Berganda
53066.47273
Rp/Ha
Metode Sinking Fund
52737.38501
Rp/Ha








Analisis Proyek Menggunakan Metode Sinking Fund







Tahun
Biaya ( C )
Manfaat ( B )
B - C
DF 12%
Nilai Sekarang
Keterangan
(Rp/Th)
(Rp/Th)
(Rp/Th)
(Rp/Th)
1
11602224.7
12100000
497775.2971
0.892857143
444442.2295
Layak
2
11602224.7
12100000
497775.2971
0.797193878
396823.4192
3
11602224.7
12100000
497775.2971
0.711780248
354306.6243
4
11602224.7
12100000
497775.2971
0.635518078
316345.2003
5
11602224.7
12100000
497775.2971
0.567426856
282451.0717
NPV Cara Pertama (Rp)
1794368.545

Tahun
Nilai Sekarang
Keterangan

C
B

1
10359129.2
10803571.43
Layak

2
9249222.499
9646045.918

3
8258234.374
8612540.999

4
7373423.548
7689768.749

5
6583413.883
6865864.954

NPV
41823423.5
43617792.05
1794368.545






GROSS B/C
1.042903435
≥ 1 DR (Proyek Layak)



B - C
DF 12%
Nilai sekarang 12%
DF 15%
Nilai sekarang 15%
DF 20 %
Nilai sekarang 20%
(Rp/th)
(Rp/th)
(Rp/th)
(Rp/th)
497,775.30
0.892857143
444,442.23
0.869565217
432,848.08
0.833333333
414,812.75
497,775.30
0.797193878
396,823.42
0.756143667
376,389.64
0.694444444
345,677.29
497,775.30
0.711780248
354,306.62
0.657516232
327,295.34
0.578703704
288,064.41
497,775.30
0.635518078
316,345.20
0.571753246
284,604.64
0.482253086
240,053.67
497,775.30
0.567426856
282,451.07
0.497176735
247,482.30
0.401877572
200,044.73

NPV (Rp)
1,794,368.54
NPV (Rp)
1,668,620.00
NPV (Rp)
1,488,652.85

IRR(%)
61.3590152
 ≥ DISCOUNT RATE PROYEK LAYAK


B/C Ratio
               
               








B.     Lampiran Foto
Knapsack Handsprayer Tipe SA-14
  



0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com