-->

Tuesday, March 24, 2015

Azas dan Prinsip Community Drvolpment (Pengembangan Masyarakat)




AZAS DAN PRINSIP-PRINSIP COMMUNITY DEVOLPMENT (PENGEMBANGAN MASYARAKAT)


Oleh:
Fatkhul Rohman         1314071028
Hendri Setiawan         1314071028


1.jpg

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
RESUME
Asas pengembangan masyarakat pada umumnya mengacu pada kesejahteraan masyarakat yang menjadi tujuan utama.
ü  Azas yang pertama yaitu komunitas dalam setiap proses pengambilan keputusan.
Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat menunjuk pada interaksi aktif antara pekerjaan sosial dan masyarakat dengan mana mereka terlibat dalam proses perencanaan , pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi suatu program pembangunan kesejahteraan sosial (PKS) atau usaha kesejahteraan sosial (UKS) (Suharto, 2005).
Dari penjelasan yang saya kutip dari buku Edi Suharto, Ph.D. bahwa masyarakat membutuhkan suatu metode untuk menuju kesejahtaraan mereka. Peran komunitas sangat penting disini, kerana dalam pelaksanaannya kominitas akan mengambil keputusan serta melaksanakan metode tersebut. Artinya bahwa pengembangan masyarakat dalam memutuskan suatu masalah harus dengan musyawarah atau membentuk suatu komunitas yang akan melaksanakan metode ini.
ü  Mengoptimalkan strategi komperhensif pemerintah, pihak yang terkait, dan partisipasi masyarakat.
Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan (Suharto, 2005).
Pemerintah sendiri mempunyai strategi untuk mengengkat derajat masyarakat yang dibawah. Seperti dijelaskan di atas bahwa pengembangan masyarakat berhubungan dengan upaya untuk membantu masyarakat kelas bawah. Selain itu juga partisipasi masyarakat dalam hal ini sangat penting karena siapa lagi yang harus merubah perbedaan menjadi kesatuan jika bukan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pihak yang terlibat dalam pengembangan masyarakat setidaknya bisa membantu untuk mewujudkan atau mengurangi kesenjangan antara komunitas satu dengan yang lain. Maka dari itu, penting peran komunitas dalam proses pengembangan masyarakat untuk lebih sejahtera.
ü  Membuka akses warga atas bantuan professional, teknis, fasilitas, insentif lain untuk meningkatkan partisipatif warga.
Hasil penelitian Muchtar dkk. (2010) di Desa Sendangmulyo dan Desa Mlatirejo, Rembang, Jawa Tengah sebagai desa yang berbatasan langsung dengan hutan jati menunjukkan, meskipun dari sisi ketersediaan fasilitas (jalan desa, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan) relatif memadai karena ada akselerasi pembangunan infrastruktur selama kurun waktu lima tahun sebelumnya oleh pemerintah daerah setempat. Akan tetapi, dari sisi kehidupan warga di kedua desa tersebut, masih memerlukan perhatian. Dari hasil penelitian tersebut juga diperoleh informasi, pada tahun 1998/1999-an, hutan jati yang berbatasan langsung dengan ke dua desa tersebut habis terjarah (warga), meskipun para penjarah tersebut banyak dari luar ke dua desa tersebut (Muhtar, 2012).
Contoh di atas sangat nyata dan masih butuh pengembangan masyarakat yang menyeluruh. Fasilitas yang memadai belum menjamin mutu dari masyarakat di dalamnya. Pembangunan fasilitas seperti akse jalan, pendidikan, dan kesehatan sudah cukup lumayan untuk membuka akses warga untuk dapat membantu mensinergikan strategi pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
ü  Mengubah perilaku professional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga komunitas.
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan – tujuan yang diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi pada “tujuan proses” (process goal) dari pada tujuan tugas atau tijuan hasil (task or product goal) (Suharto, 2005).
Artinya gagasan di atas, bahwa tujuan dari pengembangan masyarakat sendiri sebenarnya hanya menekankan pemberian fasilitas bagi masyarakat agar mereka lebih peka untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, proses dalam mencapai suatu tujuan lebh diutamakan karena dapat membantu masyarakat belajar untuk mandiri, dan lebih selektif dalam mempriorotaskan kepentingan atau keputusan yang dianggap sulit. Tentunya dalam hal ini peran komunitas sangat dibutuhkan untuk mengambil keputusan secara musyawarah. Azas pengembangan masyarakat sendiri sudah jelas bahwa dalam proses pengembangan masyarakat harus disertai dengan partisipasi masyarakat itu sendiri dan tentunya harus mendapat dukungan dari pemerintah sebagai salah satu pihak yang terkait untuk mensejahterakan warga.

Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat
ü  Prinsip pemberdayaan masyarakat
Salah satu program yang sering kali dilakukan oleh pekerja sosial dalam pengembangan masyarakat adalah penigkatan kapasitas klien (capacity building). Pendidikan dan pelatihan merupakan keahlian yang sangat penting dimiliki oleh pekerja sosial. Tujuan program ini adalah untuk membimbing dan membantu klien dalam memperoleh informasi, pengetahuan atau keterampilan yang berguna bagi kehidupannya. Pekerja sosial umumnya memberikan pelajaran mengenai keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan pengasuhan anak, komunikasi interpersonal, manajemen stress, pencarian kerja, hidup mandiri. Pengajaran mereka diberikan kepada klien, tenaga sukarela, teman sejawat atau peserta biasa. Pengajaran dilakukan dalam konteks relasi personal, lokakarya, atau kelas formal. Beberapa pedoman di bawah ini dapat membantu pekerja sosial menjadi pelatih yang baik:
1.      Mengajar dan belajar berbeda. Kegiatan mengajar direncanakan dan dikontrol oleh guru, tetapi belajar tidak. Belajar tergantung pada individuyang bersangkutan, khususnya motivasi, kemampuan, dan kesiapannya.
2.      Apa yang kita ajarkan dan pelajari menyangkut tiga kategori besar: pengetahuan, keyakinan dan nilai-nilai, serta keterampilan.
3.      Orang yang benar-benar terpelajar adalah orang yang belajar bagaimana belajar.
4.      Identifikasi dan ajarkan terminologi dan konsep-konsep yang paling penting.
5.      Bantulah orang belajar dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan dan teknik-teknik yang dapat menjebatani proses belajar. Keterampilan dan teknik tersebut meliputi: membaca, menulis, komunikasi verbal, mendengarkan, manajemen waktu, pemecahan masalah, perumusan tujuan, pembuatan keputusan, dan lain-lain.
6.      Ketika merencanakan suatu pelajaran atau pelatihan dikelas, mulailah dengan menganalisis karakteristik peserta (tahap pengembangan, pendidikan formal, pengalaman kerja, pengalaman hidup, dan lain-lain) dan mengidentifikasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang diharapkan atau ingin dipelajari. Kemudian pilih atau rancang metode ang paling tepat atau disukai.
7.      Review dan kenali kurikulum dan bahan-bahan ajar yang sudah ada, namun yakini bahwa materi tersebut perlu dimodifikasi. Materi dan metoda yang munkin tepat bagi kelompok tertentu mungkin tidak sesuai untuk kelompok lainnya.
8.      Sampai tingkat tertentu, gunakanlah pendekatan pengajaran yang dinamakan “learning by doing” atau belajar sambil berbuat. Teknik ini secara aktif melibatkan pikiran dan tubuh peserta didik (permainan peran,  latihan simulasi, debat, dan diskusi). Kurangi seminimal mungkin presentasi yang bersifat formal.
9.      Ketika mengajarkan suatu keterampilan, gunakan model yang dikenal dengan istilah “lihatlah satu, lakukan satu, ajarkan satu”.
10.  Beri penekanan untuk membantu peserta didik menggunakan segera informasi, pengetahuan atau keterampilan yang baru diajarkan.
11.  Evaluasi secara kritis pelajaran yang dilakukan oleh kita. Bisa secara sederhana bertanya kepada peserta didik, apakah mereka menyukainya. Kita bisa menilai apakah peserta didik belajar sesuatu yang baru atau apakah mereka menggunakan pengetahuan dan keterampilan setelah kelas usai. Kita juga bisa menilai apakah pengetahuan dan keterampilan yang baru berdampak positif bagi kehidupan dan pekerjaannya (Suharto, 2005).
ü  Partisipasi
Dari sisi etnis, warga Desa Sendangmulyo dapat dikatakan homogen, yakni etnis Jawa. Dari sisi religi/kepercayaan/agama, mayoritas memeluk agama Islam, dan hanya terdapat dua orang penganut Kristiani, dua orang menganut Budha, dan empat orang penganut aliran kepercayaan. Sistem agraris merupakan mayoritas mata pencarian warga desa ini. Hubungan kekerabatan pada warga Desa Sendangmulyo ini meskipun dapat dikatakan telah mengalami pergeseran sebagai akibat atau pengaruh karena pengaruh teknologi-informasi khususnya, namun sistim kekerabatan pada warga desa ini dapat harmonis. Hal itu terlihat, masih terpeliharanya pranata sosial berupa nilainilai positif yang tetap lestari di masyarakat hingga saat ini, yakni: sambatan ketika mengerjakan lahan pertanian mengerjakan rumah. Nilai-nilai yang sifatnya spiritual (baca: kepercayaan) juga masih terpelihara secara baik oleh warga di Desa Sendangmulyo ini, seperti: selamatan/sedekahan/syukuran jika akan menanam dan akan memanen padi, jika sapi mereka beranak, jika mereka membeli motor, dan lain sebagainya. Organisasi sosial-kemasyarakatan di desa ini antara lain: PKK, Karang Taruna, Kelompok Tani, dan Organisasi Muslimat/Fatayat. Warga desa ini secara turun temurun masih meyakini apa yang mereka sebut sebagai “Resik Deso” (Bersih Desa) yang dilakukan secara rutin pada bulan Madilakir (Jumadil Akhir) dengan mengadakan kesenian “Tayub”, jika tradisi itu ditinggalkan, akan terjadi marabahaya (Muhtar, 2012).
Dari keterangan diatas jelas partisipasi dari masyarakat sangat penting untuk terlaksananya pengembangan masyarakat yang dalam hal ini masih dalam wilayah belum maju. Hal tersebut sangat bergantung pada kondisi yang mendukung di wilayah itu, seperti tersedianya kelompok-kelompok pemuda yang aktif di wilayah itu. Selain itu, sarana dan prasarana juga sangat mendukung untuk terlaksananya proses pengembangan masyarakat.
ü  Menghargai pengetahuan lokal
Dari sisi etnis, warga Desa Sendangmulyo dapat dikatakan homogen, yakni etnis Jawa. Dari sisi religi/kepercayaan/agama, mayoritas memeluk agama Islam, dan hanya terdapat dua orang penganut Kristiani, dua orang menganut Budha, dan empat orang penganut aliran kepercayaan. Sistem agraris merupakan mayoritas mata pencarian warga desa ini. Hubungan kekerabatan pada warga Desa Sendangmulyo ini meskipun dapat dikatakan telah mengalami pergeseran sebagai akibat atau pengaruh karena pengaruh teknologi-informasi khususnya, namun sistim kekerabatan pada warga desa ini dapat harmonis. Hal itu terlihat, masih terpeliharanya pranata sosial berupa nilainilai positif yang tetap lestari di masyarakat hingga saat ini, yakni: sambatan ketika mengerjakan lahan pertanian mengerjakan rumah. Nilai-nilai yang sifatnya spiritual (baca: kepercayaan) juga masih terpelihara secara baik oleh warga di Desa Sendangmulyo ini, seperti: selamatan/sedekahan/syukuran jika akan menanam dan akan memanen padi, jika sapi mereka beranak, jika mereka membeli motor, dan lain sebagainya. Organisasi sosial-kemasyarakatan di desa ini antara lain: PKK, Karang Taruna, Kelompok Tani, dan Organisasi Muslimat/Fatayat. Warga desa ini secara turun temurun masih meyakini apa yang mereka sebut sebagai “Resik Deso” (Bersih Desa) yang dilakukan secara rutin pada bulan Madilakir (Jumadil Akhir) dengan mengadakan kesenian “Tayub”, jika tradisi itu ditinggalkan, akan terjadi marabahaya (Muhtar, 2012).
Dari penjelasan diatas banya sekali kebudayaan dan perbedaan yang terjadi di desa tersebut. Namun semua warganya saling menghormati dan mengharagai satu sama lain. Selain merek cinta akan kebudayaan yang ada, seperti “resik deso” dan “tayub”. Kebudayaan atau pengetahuan semacam ini sekarang mulai langka dikalangan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Suharto, Edi, Ph.D. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika
Aditama: Bandung.
Muhtar. 2012. Jurnal Pengembangan Masyarakat Dengan Memanfaatkan Aspek Lokal.

0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com