Kekuatan Material Bahan
KEKUATAN BAHAN
(Tugas
Makalah Kekuatan Bahan Teknik)
Oleh:
Nama : Hendri Setiawan
NPM : 1314071028

JURUSAN TEKNIK
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari, dalam membangun rumah, sebuah mobil dan lainnya yang
berhubungan dengan kekuatan bahan maka kita perlu memperhatikan kualitas dari
bahan tersebut. Salah satu tujuannya yaitu agar tercipta hasil yang memuaskan
serta tahan lama untuk kita nikmati. Untuk dapat menentukan hal tersebut, kita perlu memprediksi berapa beban eksternal yang diperlukan
agar bahan dapat mulai mengalir dan terdeformasi plastis sertabagaimana
distribusi tegangan dan regangan pada permukaan bahan maupun perkakas.
Dengan
kata lain, kita perlu menganalisis bahan tersebut sesuai dengan kebutuhan yang
kita inginkan. Selain itu material bahan yang digunakan harus sesuai standar
yang ada dan komposisi yang sesuai.Oleh karena itu dalam makalah ini kita akan
membahasan mengenai konsep-konsep regangan, tegangan pada bahan material.
1.2 Tujuan
ü Apakah
pengertian mekanika meterial ?
ü Apa
yang dimaksud regangan dan tegangan ?
ü Apakah
Poisson Ratio itu ?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tegangan
Gaya per satuan Luas disebut
juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :

Satuan tegangan adalah N/m2
(Newton per meter kuadrat)
Regangan
Regangan merupakan perbandingan
antara perubahan panjang dengan panjang awal. Secara
matematis ditulis :

Karena L sama-sama merupakan
dimensi panjang, maka regangan tidak mempunyai satuan (regangan tidak
mempunyai dimensi).
Regangan merupakan ukuran perubahan
bentuk benda dan merupakan tanggapan yang diberikan oleh benda terhadap
tegangan yang diberikan. Jika hubungan antara tegangan dan regangan dirumuskan
secara matematis, maka akan diperoleh persamaan berikut :


Ini adalah persamaan matematis
dari Modulus Elastis (E) alias modulus Young (Y). Jadi modulus elastis
sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalik Regangan.
Ratio
poisson
Tipe deformasi elastis lain adalah
perubahan dimensi melintang yang mengikuti tegangan aksial atau tekan. Pengujian
memperlihatkan bahwa apabila batang diperpanjang dengan tegangan aksial, maka
akan terdapat pengurangan besaran melintang simeon D. poisson memperlihatkan
bahwa ratio satuan deformasi atau regangan dalam arah ini tetap untuk tegangan
dalam daerah batas proporsional. Dengan demikian, ratio ini diberi namanya
sendiri, diberi tanda v dan didefinisikan sebagai.
Di mana
adalah regangan hanya karena tegangan dalam
arah X, dan
dan
adalag regangan disebabkan dalam arah tegak
lurus. Tanda kurang menunjukan dimensi melintang berkurang apabila
positif, seperti pada kasus
perpanjangan tarik. Perbandingan Poisson adalah hubungan konstan antara regangan
lateral dengan regangan
aksial. Selama bahan tetap
elastis,
homogen
dan isotropis.
BAB III PEMBAHASAN
Pemilihan material untuk
penggunaan pipa di industri
proses
sangat penting, membutuhkan
pengetahuan mengenai sifat dan karakteristik
dari
material itu sendiri sehingga cocok
dengan jenis proses
yang akan digunakan.
Material yang
umum
digunakan pada pipa untuk industri ialah baja karbon
(carbon steel), namum dalam pembuatannya umumnya merupakan
campuran dari berbagai unsur logam,
seperti karbon, phosphor,
mangan, nikel, chrom, alumunium,
vanadium dan campuran lainnya. Cara termudah dalam mengelompokkan ialah dengan menetapkan jumlah karbon dari setiap kelasnya antara 0.05-1 % dari beratnya, sehingga pengelompokannya menjadi:
a.
Low carbon steel, 0.05-0.25 % karbon
b.
Medium carbon
steel,
0.25-0.5
% karbon
c.
High carbon steel, 0.5 % dan lebih kandungan
karbon
Penggunaan kelas yang lebih tinggi pada
pipa
industri proses ialah
jenis ferritic
dan
martensitic
stainless
steels. Jenis material ini merupakan paduan dengan unsur
chrom sebanyak lebih
dari 12%, sehingga didapat material
yang tahan terhadap korosi. Jika unsur nikel ditambahkan dengan
komposisi yang cukup pada paduan
antara besi dan chrom
tadi
maka
akan didapat
sebuah struktur austenitic
(FCC).
Austenitic stainless steel merupakan paduan yang cukup baik dalam
kekuatan material, kelenturan dan ketahan terhadap
korosi. Cara perancanaan material pipa
telah diatur di ASME Boiler and Pressure Vessel code
dan ASME B31 Pressure
Piping code. Code
ini menjelaskan dengan
spesifik
tata cara
perancangan, tegangan ijin
yang diperbolehkan dan sifat-sifat
material yang sesuai dengan
proses yang dirancang.
Tegangan
Dalam mekanika bahan, pengertian tegangan tidak sama
dengan vektor tegangan. Tegangan merupakan tensor derajat dua, sedangkan vektor, vektor apapun, merupakan tensor derajat satu. Besaran skalar merupakan tensor derajat nol. Tensor
ialah besaran fisik yang keadaannya pada suatu titik dalam ruang, tiga dimensi,
dapat dideskripsikan dengan 3n
komponennya, dengan n ialah derajat tensor tersebut. Dengan demikian, untuk persoalan tegangan
tiga dimensi pada suatu titik dalam ruang dapat dideskripsikan dengan 32
komponennya. Pada sistem koordinat sumbu silang, tegangan tersebut adalah sxx
, syy , szz
, txy , tyx , txz , tzx , tyz
, dan
tzy seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1(a). Namun
demikian, karena txy = tyx , txz = tzx dan tyz = tzy
, maka keadaan tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan enam komponennya, sxx
, syy , szz
, txy , txz , tyz. Sedangkan untuk tegangan bidang, dua dimensi,
pada suatu titik dapat dideskripsikan dengan 22 komponennya, Gambar
1.1(b), dan karena tij = tji untuk
maka tiga komponen telah dapat mendeskripsikan tegangan bidang pada
titik itu.

Gambar
2.1 Keadaan tegangan pada satu titik
Pada
dasarnya, tegangan secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
tegangan normal, dengan notasi sij
, i = j, serta tegangan geser dengan notasi
tij , . Perhatikan
penulisan pada paragrap di atas.
Karakter indek yang pertama menyatakan bidang tempat bekerjanya gaya,
sedangkan karekter indek yang kedua menyatakan arah bekerjanya vektor tegangan
tersebut. Tegangan normal ialah
tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap bidang pembebanan.
Sedangkan tegangan geser ialah tegangan yang bekerja sejajar dengan bidang
pembebanan. Jadi keenam tegangan yang
mendeskripsikan tegangan pada suatu titik terdiri atas tiga tegangan
normal, sxx
, syy , dan szz
, serta tiga tegangan geser, txy
, tyz , dan tzx. Nilai tegangan bisa positif dan bisa pula
negatif. Tegangan bernilai positif bila tegangan
tersebut bekerja pada bidang positif dengan arah positif, atau bekerja pada
bidang negatif dengan arah negatif.
Selain itu, nilainya negatif.
Tegangan
Normal
Konsep paling dasar
dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam bentuk
yang paling mendasar dengan meninjau sebuah batang prismatis yang mengalami
gaya aksial. Batang prismatis adalah
sebuah elemen struktur lurus yang mempunyai penampang konstan di seluruh
panjangnya, dan gaya aksial adalah beban yang mempunyai arah yang sama dengan
sumbu elemen, sehingga mengakibatkan terjadinya tarik atau tekan pada
batang. Kondisi tarik atau tekan terjadi
pada struktur, misalnya pada elemen di rangka batang di jembatan, dan kondisi
tekan terjadi pada strukur, yaitu pada elemen kolom di gedung. Pembebanan batang secara aksial dapat dilihat
pada Gambar 2.2.


Gambar
2.2 Pembebanan batang secara aksial
Sebagaimana terlihat
pada Gambar 2.2, suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui
kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier dengan arah saling berlawanan yang
berimpit pada sumbu longitudinal batang dan bekerja melalui pusat penampang
melintang masing-masing.
Untuk keseimbangan
statis besarnya gaya-gaya harus sama. Gaya-gaya diarahkan menjauhi batang, maka
batang disebut ditarik, sedangkan gaya-gaya diarahkan pada batang, maka batang
disebut ditekan. Aksi pasangan gaya-gaya
tarik atau tekan, hambatan internal terbentuk di dalam bahan dan
karakteristiknya dapat dilihat pada potongan melintang di sepanjang batang.
Intensitas gaya (gaya
per satuan luas) disebut tegangan dan diberi notasi σ (sigma). Jadi gaya aksial
P yang bekerja pada penampang adalah resultan dari teganagan yang terdistribusi
kontinu.
Dengan mengasumsikan
bahwa tegangan terbagi rata di seluruh potongan penampang, kita dapat melihat
bahwa resultannya harus sama dengan intensitas σ dikalikan dengan luas
penampang A dari batang tersebut. Dengan demikian, besarnya tegangan dapat
dinyatakan dengan rumus:
............ (2.1)
Jadi dapat
didefinisikan bahwa tegangan normal adalah intensitas gaya normal per unit
luasan, yang dinyatakan dalam satuan N/m2 disebut juga pascal (Pa)) atau N/mm2
disebut juga megapascal (MPa).
Apabila
gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang dalam arah menjahui dari batang,
sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan tarik pada
batang, selanjutnya dapat dinyatakan dengan rumus:
.............. (2.1a)
Jika batang
-gaya dikenakan pada ujung-ujung batang dalam arah menuju ke batang, sehingga
batang dalam kondisi tertekan, maka terjadi tegangan tekan, batang, selanjutnya
dapat dinyatakan dengan rumus:
.................. (2.1b)
Tegangan
Geser
Tegangan
geser bekerja di sepanjang atau sejajar bidang. Tegangan geser merupakan
tegangan yang bekerja dalam arah tangensial terhadap permukaan bahan, dan dapat
dilihat pada Gambar 2.3. Tegangan geser
dinotasikan dengan t (tou), yaitu gaya gesek dibagi luasan,
dengan satuan N/m2 atau N/mm2, dan
dinyatakan dengan persamaan:
....................
(2.2)
Gambar 2.3 Tegangan
geser pada bidang

Gambar 2.4 Sambungan
dengan baut
Aksi
tegangan geser, misalnya terjadi pada sambungan dengan baut dengan menggunakan
plat pengapit, dimana akibat aksi beban yang bekerja pada batang dan plat
pengapit akan cendrung menggeser baut, dan kecendrungan ini ditahan oleh
tegangan geser pada baut, bentuk sambungan dengan baut dapat dilihat pada
Gambar 2.4. Diagram benda menunjukkan bahwa ada kecendrungan untuk menggeser
baut, terlihat juga bahwa gaya geser V bekerja pada permukaan potongan
dari baut. Pada gambar di atas ada dua
bidang geser (mn dan pq), sehingga baut dikatakan mengalami geser
ganda (dua irisan). Dalam geser ganda, masing-masing gaya geser sama dengan
setengah dari beban total yang disalurkan oleh baut, artinya Fs = V =
P/2.
Gambaran
lebih lengkap tentang aksi tegangan geser, dapat dilihat pada elemen dari suatu
bahan berbentuk persegi panjang, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
2.5. Muka depan dan belakang dari elemen
tidak bertegangan, asumsikan bahwa tegangan geser t terbagi rata di
seluruh muka atas. Agar elemen berada
dalam keseimbangan dalam arah x, maka
gaya geser total di muka atas harus diimbangi oleh gaya geser yang sama
besar tetapi berlawanan arah di muka bawah.
Oleh karena luas muka atas dan bawah sama, maka tegangan geser di kdua
muka tersebut sama.

Gambar
2.5 Elemen persegi panjang mengalami tegangan geser
Regangan
Regangan
adalah hasil dari pemberian gaya pada objek padat. Gaya yang diberikan
merupakan hal khusus yang menyatakan istilah tekanan (stress). Efek
dari pemberian gaya dinyatakan sebagai tekanan dan hasil deformasi dinyatakan
sebagai regangan. Untuk mendukung perlakuan analitis yang cukup pada subjek,
tekanan dan regangan didefinisikan secara hati-hati untuk menekankan sifat
fisis dari suatu bahan yang ditekan dan tipe tertentu dari tekanan yang diberikan.
Kita gambarkan di sini tiga tipe khusus dari hubungan regangan dan tekanan.
Sifat
alami dari daya rentang gaya dperlihatkan sebagai gaya yang diberikan pada
contoh bahan pada suatu cara untuk memperpanjang atau menekan bagian dari
sampel. Dalam hal ini, tekanan didefinisikan sebagai
Daya
rentang tekanan
=
Dimana
:
F
= gaya dalam N
A
= daerah irisan dalam m2
Strain
pada bahasan ini didefinisikan sebagai perubahan panjang dari contoh
Tensile
Strain = l /
l
Dimana
l
= perubahan panjang dalam m
l
= panjang semula dalam m
Strain
dinyatakan sebagai besaran tanpa satuan
Regangan
Normal
Regangan merupakan
perubahan bentuk per satuan panjang pada suatu batang. Semua bagian bahan yang
mengalami gaya-gaya luar, dan selanjutnya tegangan internal akan mengalami
perubahan bentuk (regangan). Misalnya di sepanjang batang yang mengalami suatu
beban tarik aksial akan teregang atau diperpanjang, sementara suatu kolom yang
menopang suatu beban aksial akan tertekan atau diperpendek. Perubahan bentuk
total (total deformation) yang dihasilkan suatu batang dinyatakan dengan huruf
Yunani δ (delta). Jika panjang batang adalah L, regangan (perubahan bentuk per
satuan panjang) dinyatakan dengan huruf Yunani ε (epsilon),
![]() |
maka:
ε = Regangan
δ = Perpanjangan (Setelah terjadi perubahan
panjang)
L = Panjang batang
Sesuai dengan
hukum Hooke, tegangan adalah sebanding dengan regangan. Dalam hukum ini hanya
berlaku pada kondisi tidak melewati batas elastik suatu bahan, ketika gaya
dilepas. Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan sebagai
perbandingan tegangan satuan terhadap regangan satuan, atau perubahan bentuk.
Pada bahan kaku tapi elastik, seperti baja, kita peroleh bahwa tegangan satuan
yang diberikan menghasilkan perubahan bentuk satuan yang relatif kecil. Pada
bahan yang lebih lunak tapi masih elastik, seperti perunggu, perubahan bentuk
yang disebabkan oleh intensitas tegangan yang sama dihasilkan perubahan bentuk
sekitar dua kali dari baja dan pada aluminium tiga kali dari baja. Regangan ε
disebut regangan normal (normal strain) karena berhubungan dengan tegangan
normal. Rumus regangan normal berdasarkan hukum Hooke :

Dimana:
E = modulus elastisitas tekan/tarik
Bentuk Regangan Normal:
·
Regangan Tarik (Tensile
Strain) terjadi jika batang mengalami tarikan.
·
Regangan Tekan
(Compressive Strain) terjadi jika batang mengalami tekanan.
Bila gaya diberikan pada balok tersebut
memberikan tegangan tarik, maka balok tersebut juga mengalami perubahan bentuk
yang disebut regangan.
Lo
L
Lo
Lo
Regangan
tekan dapat didefinisikan dengan cara sama, dengan DL
sebagai pengurangan panjang.
Kurva
Tegangan-Regangan
Sebagaimana
beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang terhadap panjang gage
diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan sampai terjadi
kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang
awal spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh
untuk setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan
![]() |
Gb. 1-5 Gb. 1-6 Gb.
1-7
Gb. 1-8 Gb. 1-9
dimana P
menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang
awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ
dan regangan normal ε, data percobaan dapat digambarkan dengan
memperlakunan kuantitas-kuantitas ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang
diperoleh adalah diagram atau kurva tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan
mempunyai bentuk yang berbeda-beda tergantung dari bahannya. Gambar 1-5 adalah
kurva tegangan regangan untuk baja karbon-medium, Gb. 1-6 untuk baja campuran,
dan Gb. 1-7 untuk baja karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous. Untuk
campuran nonferrous dengan besi kasar diagramnya ditunjukkan pada Gb. 1-8,
sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 1-9.
Hukum
Hooke
Kini kita kembali meninjau bagian garis lurus dari diagaram pada gambar
1-5. Kemiringan garis itu adalah ratio tegangan terhadap regangan. Ratio itu
disebut modulus elastisitas dan
disingkat E :

Untuk
bahan-bahan yang mempunyai kurva tegangan-regangan dengan bentuk seperti Gb.
1-5, 1-6, dan 1-7, dapat dibuktikan bahwa hubungan tegangan-regangan untuk
nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara
pertambahan panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya pertama kali dinyatakan
oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke.
Hukum ini menyatakan
dimana E
menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva Gb. 1-5,
1-6 dan 1-7.
Bentuk
Umum Hukum Hooke
Bentuk sederhana
hukum Hooke telah diberikan untuk tarikan aksial ketika pembebanan adalah
sejajar dengan sumbu batang, biasa disebut pembebanan satu arah, uniaksial.
Disini hanya deformasi pada arah pembebanan yang diperhatikan, dan
diformulasikan dengan

Untuk kasus yang
lebih umum suatu elemen bahan dikenai tiga tegangan normal yang saling
tegaklurus σx, σy, σz,
yang masing-masing diikuti dengan regangan εx, εy,
εz. Dengan mempertimbangkan komponen-komponen regangan yang
terjadi karena kontraksi lateral karena efek Poisson pada regangan langsung
maka kita peroleh pernyataan hukum Hooke berikut:
Modulus
elastisitas
Kuantitas E,
yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah modulus elastisitas
bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai E untuk
berbagai bahan disajikan pada Tabel 1-1. Karena unit regangan ε
merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua satuan panjang), maka E
mempunyai satuan yang sama dengan tegangan yaitu N/m2. Untk banyak
bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan mendekati sama dengan
modulus elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa perilaku bahan dibawah
pembebanan yang akan kita diskusikan dalam buku ini dibatasi hanya pada daerah
kurva tegangan regangan.
a.Modulus
Young
Bila
kita perhatikan tegangan dan regangan tarik/tekan, sampai batas proporsional,
perbandingan tegangan dan regangan disebut : modulus Young, Y :

Y= =
F^
/ A’
DL
/ Lo
b.
Modulus Geser
Didefinisikan
sebagi perbandingan tegangan geser dan regangan geser.
Tegangan geser
Regangan geser
Modulus
geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada zat padat.
c.
Modulus Bulk (Balok)
Modulus
ini menghubungkan tekanan hidrostatik dengan perubahan volumenya.
dp dp
dV/Vo dV
Kebalikan
dari modulus Bulk adalah kompresibilitas
k = 1/ B
Regangan Geser
Gaya
geser menyebabkan deformasi geser seperti gaya aksial menyebabkan perpanjangan,
tetapi dengan perbedaan penting. Suatu elemen diberi tegangan akan bertambah
panjang; suatu elemen yang diberi gaya geser panjang sisinya tidak berubah,
tetapi bentuknya berubah dari segi empat menjadi pararel logam.
Untuk
saat ini aksi bisa dilihat sebagai gaya yang terjadi akibat lapisan tipis
dimana satu sama lain saling bergeser secara tidak terbatas sehinga
menghasilkan deformasi geser total x sepanjang h.
Regangan
geser rata-rata diperoleh dengan membagi x dengan h. Gambar di bawah ini
mendefinisikan tan f = x/h. Tetapi karena sudut f
biasanya sangat kecil, maka tan f
≈ f
sehingga kita peroleh :
H
Lebih
tepat, tegangan geser didefinisikan sebagai perubahan sudut antar 2 permukaan
tegak lurus dari elemen diferrensial.
Hubungan
antara tegangan geser dan regangan geser, mengandaikan hukum hooke berlaku
terhadap geser, yaitu :
τ = Gh
Bila
gaya yang diberikan memberikan tegangan geser maka perubahan bentuk pada balok
menjadi :
![]() |
|||
h f
a,a’
d,d’
Regangan
geser = x/h = tg f ~
f
( karena x << h)
Regangan
dikarenakan tekanan hidrostatis disebut regangan volume :
V
Ratio
poisson
Tipe deformasi elastis lain adalah
perubahan dimensi melintang yang mengikuti tegangan aksial atau tekan.
Pengujian memperlihatkan bahwa apabila batang diperpanjang dengan tegangan
aksial, maka akan terdapat pengurangan besaran melintang simeon D. poisson
memperlihatkan bahwa ratio satuan deformasi atau regangan dalam arah ini tetap
untuk tegangan dalam daerah batas proporsional. Dengan demikian, ratio ini
diberi namanya sendiri, diberi tanda v dan didefinisikan sebagai.
Di mana
adalah regangan hanya karena tegangan dalam
arah X, dan
dan
adalag regangan disebabkan dalam arah tegak
lurus. Tanda kurang menunjukan dimensi melintang berkurang apabila
positif, seperti pada kasus
perpanjangan tarik.
Ratio
poisson mengizinkan kita mengembangkan hukum Hooke dan tegangan sesumbu ke
kasus tegangan dwi-sumbu. Berarti, apabila elemen mengalami tegnagan tarik
secara serempak dalam arah X dan Y, regangan dalam arah X akibat tegangan tarik
secara serempak dalm arah X dan Y, regangan dalam arah X akibat tegangan tarik
(sigma x) adalah
. secara serempak tegangan tarik
(sigma y) akan menghasilkan pengurangan
lateral dalam arah X sebesar
, sehingga resultan satuan deformasi
atau regangan dalm arah X menjadi;
Dengan cara yang sama regangan total dalam arah Y adalah;
Apabila diinginkan, persamaan (2-9)
dan (2-10) dapat diselesaikan untuk menyatakan tegangan dalam terminology
regangan sebagai berikut :
Kelanjutan
diskusi di atas menghasilkan ekspresi regangan yang disebabkan oleh kerja
serempak tegangan tarik tiga sumbu sebagai berikut :
Semua
persamaan di atas berlaku pula untuk pengaruh tekan; hanya perlu menegaskan
bahwa tanda positif terhadap perpanjangan san tegangan tarik, sebaliknya tanda
negative terhadap pengecilan dan tegangan tekan.
Hubungan penting antara konstanta E, G dan v untuk bahan
tertentu dinyatakan dengan
Yang
berguna untuk menghitung harga v bila E dan G telah ditetapkan. Harga umum
ratio poisson untuk baja 0,25 sampai dengan 0,30. Untuk berbagai bahan lain,
kira-kira 0,33 dan untuk beton 0,20
Tabel Poisson Ratio
Typical Values of Young’s Elastic Modulus and
Poisson’s Ratio for Pavement Materials
Material
|
Young’s Elastic Modulus
(E or Mr), psi
|
Poisson’s Ratio
(μ or
ν)
|
Asphalt concrete 32 F
(uncracked) 70 F
140 F
|
2,000,000 – 5,000,000
300,000 – 500,000
20,000 – 50,000
|
0.25 – 0.30
0.30 – 0.35
0.35 – 0.40
|
Portland cement concrete
(uncracked)
|
3,000,000 – 5,000,000
|
0.15
|
Extensively cracked surfaces
|
Similar
to granular base course materials
|
Similar
to granular base course materials
|
Crushed stone base
(clean, well-drained)
|
20,000 – 80,000
|
0.35
|
Crushed gravel base
(clean, well-drained)
|
20,000 – 80,000
|
0.35
|
Uncrushed gravel base
Clean, well-drained
Clean, poorly-drained
|
10,000 – 60,000
3,000 – 15,000
|
0.35
0.40
|
Cement stabilized base
Uncracked
Badly cracked
|
500,000 – 2,000,000
40,000 – 200,000
|
0.20
0.30
|
Cement stabilized subgrade
|
50,000 – 500,000
|
0.20
|
Lime stabilized subgrade
|
20,000 – 150,000
|
0.20
|
Gravelly and/or sandy soil subgrade
(drained)
|
10,000 – 60,000
|
0.40
|
Silty soil subgrade (drained)
|
5,000 – 20,000
|
0.42
|
Clayey soil subgrade (drained)
|
3,000 – 12,000
|
0.42
|
Dirty, wet, and/or poorly-drained materials
|
1,500 – 6,000
|
0.45 – 0.50
|
Intact Bedrock
Note: Values greater
than 500,000 have negligible
influence on surface deflections.
|
250,000 – 1,000,000
|
0.20
|
Gravelly and/or sandy soil subgrade
(drained)
|
10,000 – 60,000
|
0.40
|
Silty soil subgrade (drained)
|
5,000 – 20,000
|
0.42
|
Clayey soil subgrade (drained)
|
3,000 – 12,000
|
0.42
|
Dirty, wet, and/or poorly-drained materials
|
1,500 – 6,000
|
0.45 – 0.50
|
Intact Bedrock
Note: Values greater than 500,000 have
negligible influence on surface deflections.
|
250,000 – 1,000,000
|
0.20
|
Typical Values of
Young’s Elastic Modulus and
Poisson’s Ratio for
Pavement Materials
Material
|
Young’s Elastic Modulus
(E or Mr), MPa
|
Poisson’s Ratio
(μ or
ν)
|
Asphalt concrete 0 C
(uncracked) 20 C
60 C
|
13500 – 35000
2000 – 3500
150 – 350
|
0,25 – 0,30
0,30 – 0,35
0,35 – 0,40
|
Portland cement concrete
(uncracked)
|
20000 – 35000
|
0,15
|
Extensively cracked surfaces
|
Similar
to granular base course materials
|
Similar
to granular base course materials
|
Crushed stone base
(clean, well-drained)
|
150 – 600
|
0,35
|
Crushed gravel base
(clean, well-drained)
|
150 – 600
|
0,35
|
Uncrushed gravel base
Clean, well-drained
Clean, poorly-drained
|
70 – 400
20 – 100
|
0,35
0,40
|
Cement stabilized base
Uncracked
Badly cracked
|
3500 – 13500
300 – 1400
|
0,20
0,30
|
Cement stabilized subgrade
|
350 – 3500
|
0,20
|
Lime stabilized subgrade
|
150 – 1000
|
0,20
|
Gravelly and/or sandy soil subgrade
(drained)
|
70 – 400
|
0,40
|
Silty soil subgrade (drained)
|
35 – 150
|
0,42
|
Clayey soil subgrade (drained)
|
20 – 80
|
0,42
|
Dirty, wet, and/or poorly-drained materials
|
10 – 40
|
0,45 – 0,50
|
Intact Bedrock
Note: Values greater
than 3500 have
negligible influence on surface deflections.
|
2000 – 7000
|
0,20
|
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Regangan adalah hasil dari pemberian gaya pada
objek padat. Gaya yang diberikan merupakan hal khusus yang menyatakan istilah
tekanan (stress). Efek dari pemberian gaya dinyatakan sebagai
tekanan dan hasil deformasi dinyatakan sebagai regangan. Sifat-sifat regangan
ada beberapa macam ada regangan normal danm ada regangan geser.
2. Stress adalah beban dibagi
luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan
panjang dibagi panjang awal bahan.
3. Perbandingan Poisson adalah hubungan konstan
antara
regangan lateral dengan
regangan aksial.
Selama
bahan tetap elastis,
homogen
dan isotropis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. http://file-education.blogspot.com/2011/06/mkm-tegangan- dan-regangan-sederhana.html (diakses pada hari kamis tanggal 12 Maret 2014 pukul
13:40 WIB).
Ayhan
ince and Grzegorz Glinka. The Journal of Strain Analysis for Engineering
design.
originally published online 5 April 2013The Journal of Strain Analysis for
Engineering Design
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika
Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit
Erlangga
Neuber H. Theory of
stress concentration for shear strained prismatic bodies with
arbitrary
stress–strain law. J Appl Mech 1961; 28: 544–550.
Tipler, P.A.,1998, Fisika
untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta :
Penebit
Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman,
Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),
Jakarta :
Penerbit Erlangga



0 comments:
Post a Comment