-->

Wednesday, April 22, 2015

Bakteri Penghasil Enzim

TUGAS MIKROBIOLOGI HASIL PERTANIAN

Oleh:
Kelompok V (Lima)
1.     Hendri Setiawan   1314071028
2.     Japen H Sigiro     1314071030
3.     Komang Suarme  1324071034
4.     Juianto                 1314071032
5.     Kholfira M           1314071033
6.     Juliadi                  1314071031





JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK


Nama                                NPM                                             Paraf
1.      Hendri setiawan                    1314071028                1.

2.      Julianto                                  1314071032                                        2.

3.      Japen H Sigiro                       1314071030                3.

4.      Komang Suarme                   1314071034                                        4.

5.      Kholfira Masoyogie              1314071033                5.

6.      Juliadi T                                 1314071031                                        6.
















Bakteri Penghasil Enzim

BakteriProteolitik
            Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraselular, enzim protease ini diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan ke mediumnya. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, namun tidak semua enzim protease tersebut dilepaskan ke mediumnya (Abraham et al., 1993).
Dekomposisi protein lebih sulit dibandingkan pemecahan karbohidrat. Produk akhir dari dekomposisi protein pun lebih bervariasi. Hal ini disebabkan struktur protein yang lebih kompleks. Mikroorganisme dengan sistem enzim yang kompleks, memecah protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana        (Abraham et al., 1993).
            Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu :
1. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora
2. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, membentuk spora
3. Bakteri anaerobik pembentuk spora
Beberapa bakteri penghasil proteolitik antara lain genus Bacillus (B. cereus, B. pumilus, B. subtilis, B. licheniformis, B. stearothermophilus, B. polymixa), Aeromonas, Lactobacillus, Pseudomonas, Serratia, Streptomyces dan Staphylococcus. Selain bakteri, fungi juga menghasilkan enzim proteolitik, yakni dari genus Acremonium, Aspergillus, Candida, Sacharomyces, Fusarium, Mucor dan Rhizopus (Rao dkk, 1998).
Di dalam tubuh manusia enzim proteolitik diproduksi oleh pankreas.
Pencari Data : Julianto

Bakteri Amilolitik
Bakteri amilolitik merupakan adalah bakteri yang memproduksi enzim amilase dan memecah pati (Frazier & Westhoff 1988). Genus bakteri yang termasuk kelompok bakteri amilolitik yang cukup dikenal luas ialah Bacillus dan Clostridium, Bacteriodes, Lactobacillus dan Micrococcus (Pelczar 1988).\
Pelczar MJ, Chan ECS. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Terjemahan Ratna Siri, Tedja Imas, S. Sutarmi Tjitrosomo, Sri Lestari Angka. Jakarta: UI-Press.

Morfologi Kapang
Pada kapang, tubuh kapang (thallus) dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Miseliummerupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha) karena pemanjangannya mencapai bagian atas permukaan mediatempat fungi ditumbuhkan (Sylvia, 2008)
 Terdapat 3 macam morfologi hifa, yaitu :
1.                Aseptat (Coenocytic hypha), yaitu hifa yang memiliki dinding sekat (septa)
2.                Septat hifa (hifa bersekat) dengan sel-sel uninukleat. Septa membagi hifa enjadi ruang-ruang berisi 1 inti dan pada tiap sekat terdapat pori-pori yang memungkinkan berpindahnya inti dan sitoplasma dari satu ruang keruag lainnya.
3.                Septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari satu inti (multinukleat)
(Sylvia, 2008)
Pratiwi, Sylvia.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta
Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh dan hifa fertilyang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan,tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan miselium.

Identifikasi Kapang

Identifikasi kapang biasanya dilakukan dengan melihat morfologi terutama secara mikroskopik.Sifat-sifat yang digunakan untuk identifikasi kapang adalah :
1. Hifa berseptat atau non septat
2. Miselium terang atau keruh
3. Miselium berwarna atau tidak berwarna
4. Memproduksi atau tidak memproduksi spora seksual dan jenis sporanya yaitu
oospora,zigospora atau askospora
5. Jenis spora seksual : sporangiospora, konidia atau arhospora (oidia)
6. Ciri kepala pembawa spora :
a. Sporangium : ukuran, warna, bentuk dan lokasi
b. Kepala spora pembawa konidia : tunggal, berantai, pertunasan atau
    kumpulan (massa),bentuk dan rangkaian sterigmata atau fialides.
7. Penampakan sporangiofora atau konidiofora: sederhana atau bercabang, jika
    bercabang bentukpercabangan, ukuran dan bentuk kolumela pada ujung
sporangiofora, konidiofora tunggal atau bergerombol.
8. Penampakan mikroskopik spora aseksual, terutama konidia : bentuk, ukuran,
warna, halus ataukasar, satu, dua atau banyak sel.
9. Adanya struktur atau spora spesifik : stolon, rhizoid, “foot cell”(sel kaki),
    apofisis, khlamidospora, sklerotia dan sebagainya.
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari          disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia) (Pelczar,2005).
Tubuh atau talus kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman).Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa.Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm.Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri, 2004).
Menurut fungsinya ada dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif.Hifa fertil dapat membentuk sel-sel reproduktif atau badan buah (spora).Biasanya arah pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara.Hifa vegetatif berfungsi mencari makanan ke dalam substrat. Sedangkan menurut morfologinya, ada 3 macam hifa: (1) Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum; (2) Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal, pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain, setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel; (3) Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004).
 melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora.Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual.Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual.Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan.
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta
Sumber : http://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/03/28/morfologi-kapang-dan-khamir/

Bakteri Termofilik

indexjk
Bakteri merupakan organisme uniseluler bersel tunggal. Jumlah bakteri sangat banyak dibanding jumlah makhluk hidup lain. Bakteri menghuni berbagai habitat di permukaan bumi, mulai setetes air selokan, usus manusia, hingga tempat ekstrem seperti kawah gunung berapi. Salah satu jenis bakteri yang menyukai kondisi ekstrem adalah bakteri termofilik.

Habitat Bakteri Termofilik
Bakteri termofilik menyukai kondisi panas. Mereka hidup dan berkembang biak dalam suhu ekstrem, yaitu antara 45°C hingga 80°C. Bahkan, ada bakteri termofilik yang bereproduksi pada suhu 121°C. Bakteri ini diberi nama Strain 121. Suhu 121°C lebih panas daripada suhu air mendidih. Tidak banyak tempat di muka bumi yang mampu menyediakan habitat ekstrem bagi bakteri termofilik.Beberapa di antaranya adalah di sumber air panas, kawah gunung berapi, dan di celah hidrotermal kedalaman laut. Celah tersebut adalah rekahan permukaan bumi di bawah laut tempat magma merembes dan memanaskan air. Bakteri termofilik pertama kali ditemukan pada 1960 oleh Thomas Brock. Bakteri ini ditemukan di sumber air panas di Yellowstone.
Toleransi
 para ilmuwan, tidak ada mikroorganisme yang mampu bertahan hidup pada suhu lebih dari 150°C. Namun, hal tersebut belum pernah dibuktikan keberadaannya. Bakteri termofilik ekstrem (hyperthermofil) membutuhkan suhu 80°C hingga 105°C untuk berkembang. Banyak bakteri termofilik yang membutuhkan elemen belerang untuk tumbuh dan berkembang.
Beberapa di antaranya merupakan bakteri anaerob yang menggunakan belerang sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi selular. Ada juga bakteri termofilik litotrof yang mengoksidasi belerang menjadi asam sulfat sebagai sumber energi. Bakteri termofilik litotrof mampu beradaptasi dengan pH yang sangat rendah. Oleh karena itu, bakteri ini juga termasuk golongan acidofil.
 termofilik litotrof menghuni habitat bersuhu tinggi yang kaya belerang. Biasanya, mereka terdapat di kawah gunung berapi, sumber air panas, geyser, dan fumarol. Beberapa bakteri termofilik litotrof berwarna karena memiliki pigmen fotosintesis. Contoh bakteri termofilik adalah Thermus aquaticus dan Thermococcus litoralis.

Bakteri Halofilik

Bakteri ekstrim halofit, Bakteri ini hidup di air sangat asin menggunakan garam menghasilakn energi (ATP). Laut mati dan danau asin merupakan habitat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri ini
Dengan cir – ciri sebagai berikut :
-          Dapat bertahan hidup pada kadar garam 9%. Ada yang tumbuh optimum dengan kadar garam 17-23% dan bertahan pada kadar garam 35%
-          Bentuk bulat dan batang tidak beraturan
-          Jenis gram positif dan gram negatif
-          Kisaran suhu : mesofil dan sedikit termofil
-          Kebutuhan oksigen : aerob
-          Memiliki flagel
-          Memiliki pigmen merah/orange (bakteriodopsin) untuk memanfaatkan energi cahaya dalam mengubah co2 menjadi bahan organik
-          Hidup berkoloni dan dapat membusukkan bahan makanan yang diasinkan
-          Habitat : laut mati, danau great salt
contoh : Halobacterium salinarium, Halococcus, NatronobacteriumProkariota adalah kumpulan organisme yang bahan inti selnya belum dilapisi
membran. Cara reproduksi organismo prokariotdapatberlangsung secara aseksual dan seksual. Reproduksiaseksualdilakukandengan cara pembelahanbiner (bineryfision), fragmentasiatauspora. Reproduksi secara seksualadalahdengan cara konjugasi, transduksimaupuntransformasi.
OrganismeprokariotikdigolongkandalamdomainEubacteria dan Archaebacteria, keduanyaberbedadalamhalpenyusundindingsel, membransel, susunan RNA ribosom, dan habitatnya. DomainArchaebacteriaBerdasarkanfisiologinya, diklasifikasikanmenjadimetanogen, ekstremhalofil, dan  termoasidofil. SedangkandomainEubacteriaberanggotakanbakteri dan gangganghijaubiru(Cyano bacteria atauCyanophyta). Berdasarkanmetabolime dan lingkunganhidupnya yang ekstrim, Arkhaebakteriadigolongkandalam 3 kelompokyaitutermofilikekstrim, halofilikekstrim, dan metanogen. SelainituadakelompokArkhaebakteriatanpadindingsel.
Temperatur Suhu Bakteri

Temperatur (suhu)
Tiap-tiap bakteri mampunyai temperatur optimum, agar bakteri dapat tumbuh dengan baik. Terutama untuk pembelahan sel, karena sangat peka pada pengaruh temperatur tinggi. Terdapat batas-batas suhu pertumbuhan bakteri, yaitu:
a.       Psikhrofilik: -5oC – 30oC dengan optimum 10o – 20oC
b.      Mesofilik: 10o – 45oC dengan suhu optimum 20o – 45o C
c.       Termofilik: 25o – 80o C dengan suhu optimum 50o – 60oC 1
Sebagian besar organisme adalah mesofilik, dengan 30oC merupakan suhu optimal beberapa mikroba yang hidup bebas, dan temperatur pejamu adalah suhu optimal untuk simbiosis hewan berdarah panas.
Mikroorganisme memiliki respon syok panas dan dingin. Respon syok panas berupa sintesis sesaat seperangkat “protein syok panas”, bila terkena suhu yang tiba-tiba meningkat di atas suhu optimum pertumbuhan. Protein-protein tersebut sangat tahan terhadap panas dan dapat menstabilkan protein sel yang sensitif panas. Sedangkan syok dingin ialah pembunuhan sel akibat pendinginan yang cepat. Namun sejumlah senyawa dapat melindungi sel dari pembekuan atau syok dingin, yaitu dengan gliserol dan dimetil sulfoksida paling sering digunakan.

Pencari Data :



Hendri Setiawan


0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com