-->

Monday, April 13, 2015

PEMBANGUNAN DI PROVINSI LAMPUNG (Tugas Artikel Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat)





PEMBANGUNAN DI PROVINSI LAMPUNG
(Tugas Artikel Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat)

Oleh:
Fatkhul Rohman         1314071028
Hendri Setiawan         1314071028






JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015








Artikel
Perkembangan Pembangunan Provinsi Lampung
Lampung merupakan provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan. Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung, memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung, dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.
Pelebaran jalan nasional di Panjang, Lampung.
Provinsi yang berpenduduk ± 7,6 juta jiwa ini terdiri dari 14 kota/kabupaten, yakni Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulangbawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten Way Kanan.
Luas wilayah Lampung 35.376,50 km², di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Keadaan alam Lampung di sebelah barat dan selatan di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan, dan di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.
Hutan-hutan besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah habis dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan pertanian dan lokasi transmigrasi yang terus-menerus memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan yang masih ada, yang tanahnya dapat dikatakan belum banyak dibuka sebagian besar terletak di sebelah barat, di daerah Bukit Barisan Selatan.
Berbagai pembangunan infrastruktur dewasa ini tengah dilakukan di Lampung, antara lain pembangunan kota baru Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan, seluas 1.300 ha. Anggarannya pada tahun 2010 sebesar Rp 29 miliar dan diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 1,8 triliun, serta direncanakan selesai tahun 2014. Saat ini yang tengah dibangun adalah akses jalan masuk. Di kawasan bekas lahan perkebunan karet milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Lampung tersebut akan dibangun pusat pemerintahan provinsi Lampung, pusat perbelanjaan dan sarana olah raga.
Pembangunan infrastruktur lainnya adalah pengembangan Bandara Radin Inten II yang pada tahun 2010 menambah lebar apron 80 x 80 meter dan taxiway 130 x 30 meter dengan total panjang runway 2.500 meter. Peningkatan signifikan juga terlihat dari meningkatnya jumlah penumpang dari 552.796 orang pada tahun 2009 menjadi 737.541 orang pada tahun 2010. Kapasitas ruang tunggu penumpang juga ditingkatkan sehingga mampu menampung 300 orang dalam waktu yang bersamaan. Frekuensi penerbangan meningkat 12 kali sehari dibandingkan dengan tahun 2009 yang 5 kali sehari. Pada tahun 2010 Lampung berhasil menjadi embarkasi dan debarkasi haji antara melalui Bandara Radin Inten II. Kuota jamaah haji Lampung tahun 2010 sebanyak 6.336 orang.
Infrastruktur lainnya yang dibangun adalah Bandara Pekon Serai di Lampung Barat. Pada tahun 2010 dibangun apron dan taxiway dengan anggaran sebesar Rp 7.570.360.000 dan tahun 2011 pembuatan box culvert (saluran air) dengan anggaran sebesar Rp 3.645.585.000. Pemerintah menetapkan bandara yang berlokasi di Pekon Serai itu sebagai bandara untuk mitigasi bencana. Selain berfungsi sebagai bandara mitigasi, bandara ini juga diharapkan dapat menunjang potensi-potensi unggulan yang ada di Provinsi Lampung, khususnya Lampung Barat, antara lain hasil tangkapan laut dengan nilai ekonomis tinggi seperti ikan layaran, cakalang dan lobster. Selain itu untuk menunjang sektor wisata berupa wisata hutan tropis, paralayang, arum jeram, surfing, dan lain sebagainya.
Akses jalan menuju Bandara Pekon Serai masih berupa jalan tanah dan rusak berat. Berkaitan dengan hal itu Gubernur Lampung telah berkirim surat kepada Menteri Pekerjaan Umum tanggal 12 Juni 2010 dan 19 Mei 2011 yang intinya mengusulkan pembangunan/peningkatan jalan akses ke Bandara Pekon Serai sepanjang 2,3 km x 25 meter beserta drainasenya. Namun, hingga kini belum ada respons dari Menteri Pekerjaan Umum.
Pembangunan infrastruktur lainnya di Lampung Barat adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Bengkunat. Tahun 2010 dibangun dermaga dengan anggaran sebesar Rp 6,6 miliar, dan sebelumnya tahun 2009 dengan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar dilaksanakan pemasangan tiang pancang. PPN Bengkunat termasuk salah satu dari 6 pelabuhan di lingkar luar dan daerah perbatasan yang potensial, sehingga ditargetkan tahun 2003 tahapan pembangunan selesai.
Keberadaan PPN Bengkunat diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan di Lampung Barat. Pada tahun 2008 produksi perikanan tangkap sebesar 9.359,3 ton, tahun 2009 sebesar 9.535,0 ton, dan tahun 2010 sebesar 10.731,1 ton. Sementara itu produksi perikanan budidaya pun mengalami kenaikan, yakni tahun 2008 sebesar 717,3 ton, tahun 2009 sebesar 766,5 ton, dan tahun 2010 sebesar 1.043 ton.
Di Lampung Barat juga dibangun sebuah pasar tradisional yang berlokasi di Liwa pada tahun 2010 dengan anggaran sebesar Rp 1 miliar yang bersumber dari Kementerian Koperasi dan UKM. Pasar tradisional Liwa merupakan salah satu dari 34 pasar tradisional yang dibangun oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Pembangunan pasar tradisional salah satu fasilitas dari pemerintah untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebelumnya para pedagang berjualan di pasar lama dan sebagian lagi berjualan di pinggir jalan dan menyebabkan kemacetan. Sejak Januari 2011 para pedagang itu menempati pasar baru yang terdiri dari 40 kios dan 104 los serta menampung 700 pedagang. Sementara ini kios dan los digratiskan, para pedagang hanya dikenakan membayar uang redtribusi Rp 5.000/hari. Dalam waktu dekat kios disewakan Rp 850.000/tahun dan los Rp 20.000/bulan.
Salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah adalah banyaknya jalan yang rusak. Panjang jalan Provinsi Lampung 2.369,97 km. Pada tahun 2010 dialokasikan anggaran untuk penanganan jalan dan jembatan dari APBD sebesar Rp 221,554 miliar untuk pemeliharaan jalan sepanjang 1.723,7 m, perbaikan jalan 7 km, pembangunan/peningkatan jalan 14 km, pembangunan jembatan 200 meter, sehingga mampu mempertahankan kondisi kemantapan jalan provinsi sebesar 43,18%. Sementara itu sekitar 56,82% jalan dalam kondisi tidak mantap (35,47% rusak sedang, dan 21,35% rusak berat).
Panjang jalan nasional di Lampung mengalami peningkatan sebesar 136,71 km dari panjang awal 1.004,16 km dari tahun 2009 sehingga total panjang jalan nasional adalah 1.140,87 km. Penambahan jalan tersebut berasal dari peningkatan status jalan provinsi ruas Bukit Kemuning-Liwa-Krui sepanjang 108,21 km dan ruas Metro-Sukadana 22,02 km menjadi status jalan nasional. Dana APBN tahun 2010 yang diterima dialokasikan sebesar Rp 366,636 miliar dan dipergunakan untuk pemeliharaan jalan 831 km, perbaikan jalan 90 km, pelebaran jalan 60 km, sehingga mampu mempertahankan kondisi kemantapan jalan nasional sebesar 82,24%.
Pada Maret lalu hingga kini dilakukan pelebaran jalan di jalan nasional di kawasan Panjang dari 7 meter menjadi 7,5 meter sepanjang 9 km dengan anggaran sebesar Rp 152,3 miliar. Pelebaran jalan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan.
Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, dan tebu. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke Sumatra. Dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri seperti di daerah pesisir Panjang, Natar, Tanjung Bintang, Bandar Jaya, dan lain-lain.
Lampung merupakan salah satu lumbung pangan di Indonesia. Produksi padi meningkat dari 2,6 juta ton pada tahun 2009 menjadi 3,005 juta ton pada tahun 2010 dan menduduki peringkat 7 nasional. Produksi jagung di Lampung secara nasional menduduki peringkat 3. Pada tahun 2009 produksi jagung sebesar 2,067 juta ton dan tahun 2010 meningkat menjadi 2,126 juta ton. Produksi ubi kayu menduduki peringkat 1 secara nasional dengan produksi tahun 2009 sebesar 7,589 juta ton meningkat menjadi 8.637 juta ton pada tahun 2010. Produksi kelapa sawit tahun 2009 sebesar 364.826 ton dan tahun 2010 meningkat menjadi 366.423 ton. Produksi kakao tahun 2009 sebesar 26.046 ton meningkat tahun 2010 sebesar 26.589 ton.
Pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2009 sebesar 5,16% dan meningkat menjadi 5,75% pada tahun 2010. Angka pengangguran tahun 2009 sebesar 6,62% dan menurun menjadi 5,57% pada tahun 2010. Angka kemiskinan pun mengalami penurunan dari 20,22% pada tahun 2009 menjadi 18,94% pada tahun 2010.
Penulis adalah Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden RI Bidang Komunikasi Sosial.
Sumber:

Komentar
Dari artikel yang sudah kami pelajari bahwa partisipasi masyarakat lampung dalam proses pembangunan di Lampung sangat antusias. Terbukti dari jumlah produksi jagung yang mereka hasilkan meningkat dari tahun ke tahun akibat subsidi atau sarana dari pemerintah. Namun dari segi tipologi masih banyak yang tergolong pasif dan sebagian dalam goglongan pemberi informasi.
Pada golongan pasif atau tipologi manipulatif masyarakt dalam mengikuti proses embangunan diprovinsi Lampung hanya menerima namun tidak mau mengikuti apa yang sudah diprogramkan oleh pemerintah. Terbukti masih ada program dari pemerintah yang belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Namun kita bisa ambil contoh pada daerah Liwa, yang sebelumnya pedagang berjualan di pinggir jalan atau sepanjang jalan sekarang sudah ditempatkan dikios atau tempat berjualan yang selayaknya. Ini menunjukkan bahwa pemerintah Lampung benar-benar ingin pembengunan di Lampung ini berhasil serta partisipasi dari masyarakat sendiri sanat positif dengan pemindahan  akses berjualan mereka.
Pada tingkat golongan pemberi infornasi, masyarakat sudah ikut berpartisipasi dalam pembangunan dengan baik. Dalam hal ini masyarakat yang berada pada golongan ini tergolong memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Seperti pedagang kaki lima, nelayan, dan lainnya. Dengan partisipasi dari mereka tentu akan membantu terwujudnya program pembangunan pemerintah. Selain itu, masyarakat sudah membuktikan pada pemerintah akan keberhasilan dari program yang sudah berjalan seperti penghasil ikan yang sudah menaik, produksi jagung menaik, penertban akses berjualan, produksi padijuga meningkat.
Namun dari segi patisipasi masyarakat, pemerintah masih belum mampu untuk mengawasi aprogram yang sudah berjalan. Contohna seperti infrastuktur jalan yang dulunya dibangun tapi sekaran sudah mulai rusak karena pemerintah belum sepenuhnya mampu mengawasi program ini. Akibatnya masyarakat kurang aktif atau berkomunikasi dengan pemerintah belum sepenuhnya terjalin. Terlebih lagi dapat kita ambil contoh bahwa jalan menuju pusat transportasi umu mash ada yang belum dibangun.
Pada tingkat masyarakat, pihak pemerintah provinsi Lampung belum bisa mengawasi program pembangunan dengan sepenuhnya. Namun pada permasalahan ini tergolong pada tingkat partisipasi fungsional. Artinya masyarakat berperan aktif dalam pembangunan Sumber Daya di Lampung dan hasil dari pembangunan tersebut akan dievaluasi oleh pemerintah Lampung. Dengan harapan pembengunan ke depan bagi provinsi Lampung akan lebih baik tentunya.

0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com