PEMBANGUNAN DI PROVINSI LAMPUNG (Tugas Artikel Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat)
PEMBANGUNAN DI PROVINSI LAMPUNG
(Tugas Artikel Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat)
Oleh:
Fatkhul Rohman 1314071028
Hendri Setiawan 1314071028
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
Artikel
Perkembangan Pembangunan Provinsi
Lampung
Lampung
merupakan provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, di sebelah utara
berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan. Lampung dengan ibukota Bandar
Lampung, yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan
Telukbetung, memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi
kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni
serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda
di Teluk Lampung. Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung, dan di Laut
Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di
samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan
menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat
Pelabuhan Krui.
Pelebaran
jalan nasional di Panjang, Lampung.
Provinsi
yang berpenduduk ± 7,6 juta jiwa ini terdiri dari 14 kota/kabupaten, yakni Kota
Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Utara,
Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten
Tanggamus, Kabupaten Tulangbawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten
Way Kanan.
Luas
wilayah Lampung 35.376,50 km², di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda
dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah
Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya Pulau
Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi,
Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau
Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Keadaan
alam Lampung di sebelah barat dan selatan di sepanjang pantai merupakan daerah
yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan, dan di
tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah
timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang
luas.
Hutan-hutan
besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah habis dimanfaatkan untuk
kepentingan pembangunan pertanian dan lokasi transmigrasi yang terus-menerus
memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan
yang masih ada, yang tanahnya dapat dikatakan belum banyak dibuka sebagian
besar terletak di sebelah barat, di daerah Bukit Barisan Selatan.
Berbagai
pembangunan infrastruktur dewasa ini tengah dilakukan di Lampung, antara lain
pembangunan kota baru Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan, seluas 1.300 ha.
Anggarannya pada tahun 2010 sebesar Rp 29 miliar dan diperkirakan menelan biaya
sekitar Rp 1,8 triliun, serta direncanakan selesai tahun 2014. Saat ini yang
tengah dibangun adalah akses jalan masuk. Di kawasan bekas lahan perkebunan karet
milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Lampung tersebut akan dibangun pusat
pemerintahan provinsi Lampung, pusat perbelanjaan dan sarana olah raga.
Pembangunan
infrastruktur lainnya adalah pengembangan Bandara Radin Inten II yang pada
tahun 2010 menambah lebar apron 80 x 80 meter dan taxiway 130 x 30 meter dengan
total panjang runway 2.500 meter. Peningkatan signifikan juga terlihat dari
meningkatnya jumlah penumpang dari 552.796 orang pada tahun 2009 menjadi
737.541 orang pada tahun 2010. Kapasitas ruang tunggu penumpang juga
ditingkatkan sehingga mampu menampung 300 orang dalam waktu yang bersamaan.
Frekuensi penerbangan meningkat 12 kali sehari dibandingkan dengan tahun 2009
yang 5 kali sehari. Pada tahun 2010 Lampung berhasil menjadi embarkasi dan debarkasi
haji antara melalui Bandara Radin Inten II. Kuota jamaah haji Lampung tahun
2010 sebanyak 6.336 orang.
Infrastruktur
lainnya yang dibangun adalah Bandara Pekon Serai di Lampung Barat. Pada tahun
2010 dibangun apron dan taxiway dengan anggaran sebesar Rp 7.570.360.000 dan
tahun 2011 pembuatan box culvert (saluran air) dengan anggaran sebesar
Rp 3.645.585.000. Pemerintah menetapkan bandara yang berlokasi di Pekon Serai
itu sebagai bandara untuk mitigasi bencana. Selain berfungsi sebagai bandara
mitigasi, bandara ini juga diharapkan dapat menunjang potensi-potensi unggulan
yang ada di Provinsi Lampung, khususnya Lampung Barat, antara lain hasil
tangkapan laut dengan nilai ekonomis tinggi seperti ikan layaran, cakalang dan
lobster. Selain itu untuk menunjang sektor wisata berupa wisata hutan tropis,
paralayang, arum jeram, surfing, dan lain sebagainya.
Akses
jalan menuju Bandara Pekon Serai masih berupa jalan tanah dan rusak berat.
Berkaitan dengan hal itu Gubernur Lampung telah berkirim surat kepada Menteri
Pekerjaan Umum tanggal 12 Juni 2010 dan 19 Mei 2011 yang intinya mengusulkan
pembangunan/peningkatan jalan akses ke Bandara Pekon Serai sepanjang 2,3 km x
25 meter beserta drainasenya. Namun, hingga kini belum ada respons dari Menteri
Pekerjaan Umum.
Pembangunan
infrastruktur lainnya di Lampung Barat adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Bengkunat. Tahun 2010 dibangun dermaga dengan anggaran sebesar Rp 6,6
miliar, dan sebelumnya tahun 2009 dengan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar
dilaksanakan pemasangan tiang pancang. PPN Bengkunat termasuk salah satu dari 6
pelabuhan di lingkar luar dan daerah perbatasan yang potensial, sehingga
ditargetkan tahun 2003 tahapan pembangunan selesai.
Keberadaan
PPN Bengkunat diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan di Lampung Barat.
Pada tahun 2008 produksi perikanan tangkap sebesar 9.359,3 ton, tahun 2009
sebesar 9.535,0 ton, dan tahun 2010 sebesar 10.731,1 ton. Sementara itu
produksi perikanan budidaya pun mengalami kenaikan, yakni tahun 2008 sebesar
717,3 ton, tahun 2009 sebesar 766,5 ton, dan tahun 2010 sebesar 1.043 ton.
Di
Lampung Barat juga dibangun sebuah pasar tradisional yang berlokasi di Liwa
pada tahun 2010 dengan anggaran sebesar Rp 1 miliar yang bersumber dari
Kementerian Koperasi dan UKM. Pasar tradisional Liwa merupakan salah satu dari
34 pasar tradisional yang dibangun oleh Kementerian Koperasi dan UKM.
Pembangunan pasar tradisional salah satu fasilitas dari pemerintah untuk
mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebelumnya para pedagang
berjualan di pasar lama dan sebagian lagi berjualan di pinggir jalan dan
menyebabkan kemacetan. Sejak Januari 2011 para pedagang itu menempati pasar
baru yang terdiri dari 40 kios dan 104 los serta menampung 700 pedagang.
Sementara ini kios dan los digratiskan, para pedagang hanya dikenakan membayar
uang redtribusi Rp 5.000/hari. Dalam waktu dekat kios disewakan Rp
850.000/tahun dan los Rp 20.000/bulan.
Salah
satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah adalah
banyaknya jalan yang rusak. Panjang jalan Provinsi Lampung 2.369,97 km. Pada
tahun 2010 dialokasikan anggaran untuk penanganan jalan dan jembatan dari APBD
sebesar Rp 221,554 miliar untuk pemeliharaan jalan sepanjang 1.723,7 m,
perbaikan jalan 7 km, pembangunan/peningkatan jalan 14 km, pembangunan jembatan
200 meter, sehingga mampu mempertahankan kondisi kemantapan jalan provinsi
sebesar 43,18%. Sementara itu sekitar 56,82% jalan dalam kondisi tidak mantap
(35,47% rusak sedang, dan 21,35% rusak berat).
Panjang
jalan nasional di Lampung mengalami peningkatan sebesar 136,71 km dari panjang
awal 1.004,16 km dari tahun 2009 sehingga total panjang jalan nasional adalah
1.140,87 km. Penambahan jalan tersebut berasal dari peningkatan status jalan
provinsi ruas Bukit Kemuning-Liwa-Krui sepanjang 108,21 km dan ruas
Metro-Sukadana 22,02 km menjadi status jalan nasional. Dana APBN tahun 2010
yang diterima dialokasikan sebesar Rp 366,636 miliar dan dipergunakan untuk
pemeliharaan jalan 831 km, perbaikan jalan 90 km, pelebaran jalan 60 km, sehingga
mampu mempertahankan kondisi kemantapan jalan nasional sebesar 82,24%.
Pada
Maret lalu hingga kini dilakukan pelebaran jalan di jalan nasional di kawasan
Panjang dari 7 meter menjadi 7,5 meter sepanjang 9 km dengan anggaran sebesar
Rp 152,3 miliar. Pelebaran jalan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi
kemacetan.
Lampung
fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit,
karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, dan tebu. Dan di
beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih
menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil bumi
Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena lampung adalah pintu gerbang untuk
masuk ke Sumatra. Dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri
seperti di daerah pesisir Panjang, Natar, Tanjung Bintang, Bandar Jaya, dan
lain-lain.
Lampung
merupakan salah satu lumbung pangan di Indonesia. Produksi padi meningkat dari
2,6 juta ton pada tahun 2009 menjadi 3,005 juta ton pada tahun 2010 dan menduduki
peringkat 7 nasional. Produksi jagung di Lampung secara nasional menduduki
peringkat 3. Pada tahun 2009 produksi jagung sebesar 2,067 juta ton dan tahun
2010 meningkat menjadi 2,126 juta ton. Produksi ubi kayu menduduki peringkat 1
secara nasional dengan produksi tahun 2009 sebesar 7,589 juta ton meningkat
menjadi 8.637 juta ton pada tahun 2010. Produksi kelapa sawit tahun 2009
sebesar 364.826 ton dan tahun 2010 meningkat menjadi 366.423 ton. Produksi
kakao tahun 2009 sebesar 26.046 ton meningkat tahun 2010 sebesar 26.589 ton.
Pertumbuhan
ekonomi Lampung tahun 2009 sebesar 5,16% dan meningkat menjadi 5,75% pada tahun
2010. Angka pengangguran tahun 2009 sebesar 6,62% dan menurun menjadi 5,57%
pada tahun 2010. Angka kemiskinan pun mengalami penurunan dari 20,22% pada
tahun 2009 menjadi 18,94% pada tahun 2010.
Penulis adalah Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden RI
Bidang Komunikasi Sosial.
Sumber:
Komentar
Dari artikel yang sudah kami pelajari bahwa partisipasi
masyarakat lampung dalam proses pembangunan di Lampung sangat antusias.
Terbukti dari jumlah produksi jagung yang mereka hasilkan meningkat dari tahun
ke tahun akibat subsidi atau sarana dari pemerintah. Namun dari segi tipologi
masih banyak yang tergolong pasif dan sebagian dalam goglongan pemberi
informasi.
Pada golongan pasif atau tipologi manipulatif masyarakt
dalam mengikuti proses embangunan diprovinsi Lampung hanya menerima namun tidak
mau mengikuti apa yang sudah diprogramkan oleh pemerintah. Terbukti masih ada
program dari pemerintah yang belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Namun
kita bisa ambil contoh pada daerah Liwa, yang sebelumnya pedagang berjualan di
pinggir jalan atau sepanjang jalan sekarang sudah ditempatkan dikios atau
tempat berjualan yang selayaknya. Ini menunjukkan bahwa pemerintah Lampung
benar-benar ingin pembengunan di Lampung ini berhasil serta partisipasi dari
masyarakat sendiri sanat positif dengan pemindahan akses
berjualan mereka.
Pada tingkat golongan pemberi infornasi, masyarakat sudah
ikut berpartisipasi dalam pembangunan dengan baik. Dalam hal ini masyarakat
yang berada pada golongan ini tergolong memiliki tingkat ekonomi menengah ke
bawah. Seperti pedagang kaki lima, nelayan, dan lainnya. Dengan partisipasi
dari mereka tentu akan membantu terwujudnya program pembangunan pemerintah.
Selain itu, masyarakat sudah membuktikan pada pemerintah
akan keberhasilan dari program yang sudah berjalan seperti penghasil ikan yang
sudah menaik, produksi jagung menaik, penertban akses berjualan, produksi
padijuga meningkat.
Namun dari segi patisipasi masyarakat, pemerintah masih
belum mampu untuk mengawasi aprogram yang sudah berjalan. Contohna seperti
infrastuktur jalan yang dulunya dibangun tapi sekaran sudah mulai rusak karena
pemerintah belum sepenuhnya mampu mengawasi program ini. Akibatnya masyarakat
kurang aktif atau berkomunikasi dengan pemerintah belum sepenuhnya terjalin.
Terlebih lagi dapat kita ambil contoh bahwa jalan menuju pusat transportasi umu
mash ada yang belum dibangun.
Pada tingkat masyarakat, pihak pemerintah provinsi Lampung belum bisa mengawasi
program pembangunan dengan sepenuhnya. Namun pada permasalahan ini tergolong
pada tingkat partisipasi fungsional. Artinya masyarakat berperan aktif dalam
pembangunan Sumber Daya di Lampung dan hasil dari pembangunan tersebut akan
dievaluasi oleh pemerintah Lampung. Dengan harapan pembengunan ke depan bagi
provinsi Lampung akan lebih baik tentunya.
0 comments:
Post a Comment