-->

Tuesday, April 14, 2015

Sunan Gresik


Riwayat Sunan Gresik

2.1.1    Maulana Malik Ibrahim
Menurut dari bebrapa sumber sejarah, bahwasannya Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang terkenal dengan sebutan Syaikh Maghribi, juga banyak orang menamakan Kakek Bantal, adalah tokoh ulama’ yang ahli tata negara berasal dari Negeri Turki. Dalam riwayat lain, beliau berasal dari Gurajat dan ada yang mengatakan dari Iran serta ada juga yang mengatakan dari Arab, beliau masih keturunan Zainul Abidin bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a. Pada tahun 1404 M. Beliau meyiarkan agama Islam di pulau Jawa, menetap di Gresim dan wafat pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul awwal tahun 822 H. Atau bertepatan dengan tahun 1419 M. Kemudian dimakamkan di Gresik (Syamsuri, 1995).
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik (Trisman, 2014).
2.1.2    Asal Keturunan maulana Malik Ibrahim
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal, “Mulana Ibrahim adalah seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di Jang’gala” (Affles, 1830). Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di Desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang (Moquette, 1912).
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As- Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah (Hasyim, 1981).

2.1.3    Penyebaran Agama Islam
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya (Drewes, 1968). Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah Desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di Desa Pasucinan, Manyar.
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam (Salam, 1960).
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan Desa Roomo, Manyar, Gresik (Munif, 1995). Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal (Tjandrasasmita, 1984). Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama Desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat (Groeneveldt, 1960).
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur Harisah (bubur yang dicampur dengan lauk pauk, makanan khas Timur Tengah) (Kompas, 2006).
Dalam pandangan filsafat ketuhanannya, Maulana Malik Ibrahim pernah menyatakan tentang apa yang dinamakan Allah “Yang dinamakan Allah ialah sesungguhnya yang diperlukan ada-Nya.”


2.1.4    Legenda Rakyat
Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik berasal dari Persia. Syeh Maulana Malik Ibrahim dan Syeh Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Syeh Maulana Ahmad Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro.
Syeh Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syeh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Syeh Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Syeh Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.
Syeh Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Syeh Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat kadang-kadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

2.1.5    Isteri Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama:
1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah.
2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad.
3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf.

Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha (Sunan Santri/Raden Santri) dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus).

2.1.6    Wafat dan Lokasi Makam
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini terdapat di Desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.

2.2       Kondisi Geografis dan Sosial Budaya
Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai. Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya (Trisman, 2014).

2.3       Pokok Pikiran dan Metode Dakwah
Ketika itu masyarakat Jawa, mayoritas masih beragama Hindu dan Budha. Maka tentu saja untuk menyampaikan Islam kepada mereka harus membutuhkan pengalaman yang cukup dan kebijaksanaan serta kesabaran. Demikian juga Syaikh Maulana Malik ibrahim yang menyampaikan Islam kepada mereka itu, melakukannya dengan sangat berhati-hati, penuh kebijaksanaan dan lebih dahulu beliau mengadakan pendekatan terhadap segala lapisan masyarakat (Syamsuri, 1995).
Agama dan adat istiadat mereka, tidak ditentang dengan begitu saja, beliau memperkenalkan keluhuran budi pekerti yang diajarkan Islam. Secara langsung beliau memberi contoh dalam masyarakat akan tutur kata yang sopan, lemah lembut, santun pada fakir miskin, menghormati org yang lebih tua dan menyayangi yang muda. Karena demikian, sehingga dikalangan rakyat kecil beliau tersohor sebagai seorang yang berbaik budi dan dermawan. Itulah cara beliau menyiarkan Islam dimulai dari golongan bawah yang kemudian sampai kepada mereka yang bertingkat atas (Syamsuri, 1995).
Lain halnya dengan Agama Hindu misalnya, datang dari India ke Indonesia adalah untuk keperluan istana, seperti untuk pembuatan candi yang merupakan aktivitas keraton, upacara istana dan dan untuk kepentingan kerajaan. Karena itu Agama Hindu hanya berpengaruh pada kalangan atas saja, sedangkan rakyat bawahan tidak begitu merasakannya. Maka itulah Syaikh Maulana Malik Ibrahim telah mengkajinyadan berarti beliau memasukkan Islam lebih dahulu kepada orang yang belum terisi. Dengan sistem demikian, maka mudahlah masyarakat menerima apa yang ditunjukkan oleh beliau, yakni Agama Islam. Lebih-lebih beliau sering-sering menjelaskan di dalam Islam tidak ada perbedaan diantara manusia, semuanya sama saja bagaikan anak sisir, dan rakyat kecil saling bergaul dan berhubungan dengan orang yang bagaimanapun tinggi kedudukannya, bagi Islam diperbolehkan. Mendengar penjelasan itu, orang-orang yang direndahkan oleh Hindu, semuanya menjadi puas dan bangga, karena merasa mempunyai pembela ats hak asasinya sebagai manusia. Maka itu tidak ada keajaiban kalau mereka dengan segera berbondong-bondong menyatakan masuk Islam dengan suka dan rela hati (Syamsuri, 1995).


























3.1       Kesimpulan
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Beliau masih merupakan ada keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Beliau meyiarkan agama Islam di pulau Jawa, menetap di Gresim dan wafat pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul awwal tahun 822 H. Atau bertepatan dengan tahun 1419 M. Kemudian dimakamkan di Gresik. Beliau menyebarkan Islam di Indonesia bersama dengan walisongo. Penyebaran Agama Islam yang neliau bawakan yaitu melalui pendekatan terhadap masyarakat. Beliau pertama kali menyebarkan Islam di daerah Gresik. Beliau ditemani oleh beberapa orang. Beliau juga dalam penyebaran Agama Islam yaitu melalui berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan Desa Roomo, Manyar, Gresik.
Secara langsung beliau memberi contoh dalam masyarakat akan tutur kata yang sopan, lemah lembut, santun pada fakir miskin, menghormati org yang lebih tua dan menyayangi yang muda. Karena demikian, sehingga dikalangan rakyat kecil beliau tersohor sebagai seorang yang berbaik budi dan dermawan. Itulah cara beliau menyiarkan Islam dimulai dari golongan bawah yang kemudian sampai kepada mereka yang bertingkat atas.

3.2       Saran-saran
Dari penyusunan Laporan ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca serta diharapkan pembaca memaklumi apabila terdapat kesalahan dalam keterangan maupun isinya. Karena di dapat dari berbagai sumber. Sebaiknya pembaca membaca lebih dari satu refernsi selain laporan ini agar dapat membandingkan kebenaran dari isinya.
Diharapkan laporan ini juga dapat dijadikan artikel bagi proses pembelajaran khususnya dalam dunia pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA


Affles, Sir Thomas Stamford, F.R.S., 1830. The History of Java, from the earliest
Traditions till the establisment of Mahomedanism. Published by John Murray, Albemarle-Street. Vol II, 2nd Ed, Chap X, page 122.
Drewes, G. W. J. 1968. New Light on the Coming of Islam to Indonesia?,
Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.
Groeneveldt, W.P., 1960. Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled
from Chinese Sources. Bhratara, Jakarta.
Hasyim, Umar, 1981. Riwayat Maulana Malik Ibrahim. Menara Kudus.
Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, Penerbit Buku Kompas, Desember 2006.
Moquette, J.P., 1912. "De oudste Mohammedaansche inscriptie op Java end
Madura de graafsteen te Leran"
Munif, Drs. Moh. Hasyim, 1995. Pioner & Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa,
hlm 5-6, Yayasan Abdi Putra Al-Munthasimi, Gresik.
Salam, Solichin, 1960. Sekitar Walisanga, hlm 24-25, Penerbit "Menara Kudus",
Kudus.
Syamsuri, Baidlowi. 1995. Kisah Walisongo “Penyebar Agama Islam Di Tanah
Jawa Dan Tata Cara Ziarah Kubur”. Surabaya: Apollo Lestari.
Tjandrasasmita, Uka (Ed.), 1984. Sejarah Nasional Indonesia III, hlm 26-27, PN
Balai Pustaka, Jakarta. 
diakses pada hari Sabtu 03 Januari 2014 pada pukul 13:00 WIB.

0 comments:

Post a Comment

Kontak Saya

No. WhatsApp:

+62 852 9091 95XX

Alamat:

Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah

Email:

hendriseetiawan@gmail.com